فَٱصۡبِرۡ كَمَا صَبَرَ أُو۟لُوا۟ ٱلۡعَزۡمِ مِنَ ٱلرُّسُلِ
“Maka bersabarlah engkau (Muhammad ﷺ) sebagaimana kesabaran rasul-rasul yang memiliki keteguhan hati.” (QS Al-Ahqaf 35)
Suatu ketika iblis mendengar para Malaikat memuji-muji ibadahnya Nabi Ayub As yang tak terhitung, lalu iblis tidak terima, dan berniat dengki kemudian berkata,
لو كان أيوب فقيرا ما عبد الله فلو سلطنى الله على ماله لترك العبادة
“Kalau saja Nabi Ayub As jadi fakir, dia tidak mungkin ibadah kepada Allah ﷻ, dan andaikan aku bisa menguasai hartanya dia akan meninggalkan ibadah.”
Akhirnya Allah ﷻ menguasakan terhadap Iblis untuk merusak harta Nabi Ayub As sehingga ia jadi miskin. Namun ternyata meski demikian, Nabi Ayub As tetap teguh beribadah.
Singkat cerita, setelah semua alasan iblis oleh Allah ﷻ diperlihatkan, bahwa jika Nabi Ayub As begini atau begitu maka dia tidak akan ibadah kepada Allah ﷻ. Tapi meski sudah diuji dengan banyak hal Nabi Ayub As tetap tidak bergeser dari ibadahnya.
Sampai akhirnya iblis berkata,
فلو سلطنى الله على جسده لما صبر على ذلك
“Jika saja Allah ﷻ menguasakan aku untuk merusak tubuhnya Nabi Ayub As, dia tidak akan sabar dengan itu.”
Akhirnya Nabi Ayub As diuji dengan penyakit di sekujur tubuhnya.
Nabi Ayub As mempunyai tiga istri, tapi yang dua orang pergi meninggalkan beliau setelah beliau terkena penyakit. Hanya satu yang masih setia, dia bernama Rahmah.
Setelah Rahmah istri Nabi Ayub As pun merasa seakan tidak sanggup menghadapi itu semua, juga tekanan dari warga karena mereka takut ditulari penyakitnya.
Akhirnya karena diisolasi mandiri oleh warga, Rahmah terpaksa harus menjual rambutnya demi mendapatkan makanan. Setelah Nabi Ayub As mengetahui itu, beliau menangis sejadi-jadinya.
Rahmah berkata kepada Nabi Ayub As,
يا أيوب أطلب لك العافية من الله، فقال يا رحمة خلولنا الله فى نعمائه أفلا نصبر على بلائه
“Wahai, Ayub. Mintalah kesembuhan kepada Allah ﷻ untukmu!” “Wahai, Rahmah. Allah ﷻ telah mengaruniakan nikmat-nikmatNya kepada kita, apakah kita tidak mau sabar atas ujiannya?” Jawab Nabi Ayub As.
Imam al-Kisai berkata, “Ulat-ulat itu tidak henti-hentinya menggerogoti tubuh Nabi Ayub As hingga sampai pada lidahnya. Beliau khawatir tidak bisa lagi berdzikir kepada Allah ﷻ, lalu beliau bermunajat,
رب إنى مسنى الضر وأنت أرحم الراحمين
“Ya Tuhanku, sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang.” (QS. al-Anbiya’ 83)
قال الله تعالى : فاستجبنا له وكشفنا ما به مضر
Kemudian Allah ﷻ berfirman, “Maka Kami kabulkan (doa)nya, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya” (QS. al-Anbiya’ 84)
Demikianlah pelajaran kesabaran dari Nabi Ayub As yang kalau dibandingkan dengan ujian yang telah menimpa kita masih belum ada apa-apanya. Maka hanya mengeluhlah kepada Allah ﷻ jika diberi ujian.
والشكاية لا تليق إلا إلى الله فإنها من جملة الدعاء. أما الشكاية إلى الناس فهي من علامة عدم الرضا بقسمة الله تعالى له
“Mengeluh tidak pantas kecuali kepada Allah ﷻ, karena mengeluh kepada Allah ﷻ terhitung sebagai doa. Sedangkan mengeluh kepada manusia (terutama di sosial media) menandakan tidak rela dengan bagian yang diberikan Allah ﷻ kepadanya.” Waallahu A’lamu
Penulis: Shofiyullah El_Adnany
Sumber :
Tafsir Maa Ashabaka Min Hasnatin Fa Minallah| Ahmad bin Asmuni al-Jarauni| hal 24
Nashaihul Ibad Fi Bayani Alfadli Munabbihati Alas Ti’dadi Liyaumil Maad| Syaikh Nawawi al-Banteni|