اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ . نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ . وَالْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ .وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ الْعَظِيْمِ
Artinya: “Ya Allah curahkanlah rahmat atas junjungan kita Nabi Muhammad sebagai pembuka apa yang tertutup dan yang menjadi penutup apa yang terdahulu, penolong kebenaran dengan kebenaran yang memberi petunjuk ke arah jalan yang lurus. Dan kepada keluarganya, sebenar-benar pengagungan padanya dan kedudukan yang agung.”
**
Shalawat ini diberi nama Sholawat al-Fatih, termasuk salah satu lafaz shalawat yang masyhur diamalkan dalam dunia Islam. Shalawat ini dinisbahkan kepada dua orang wali yang besar, pertama kepada Sulthan al- Awliya` ًWa Ghautsul al-Rabbaniy Syaikh Imam ‘Abdul Qadir al-Jilani ra dan yang kedua kepada Quthub al-Awliya Syaikh Imam Abul Hasan Muhammad al-Bakri ra.
Sayyid Ahmad Zaini Dahlan al-Makki dan beberapa ulama lain seperti Syaikh ‘Ali Ibn Abdurrahman al-Kelantani dalam kitab al-Asrar al-Rabbaniyyah Wa al-Fuyudhat al-Rabbaniyyah Syarh al-Shalawat al-Dardiriyyah menisbahkan shalawat ini kepada Syaikh al-Imam Abdul Qadir al-Jilani, sedangkan sebagian ulama lain seperti Syaikh Ahmad al-Shawiy al-Maliki dan Syaikh Muhammad Fathan Ibn Abdul wahid al-Susiy al-Nazhifi dalam kitab al-Durrah al-Kharidah Syarh al-Yaqutah al-Faridah menisbahkannya kepada Syaikh Abul Hasan Muhammad al-Bakri. Beliau adalah salah satu keturunan Sayyiduna ABu Bakar Ash Shiddiq ra.
Namun menurut Syaikh Yusuf Ibn Ismail al-Nabhani ra dalam karyanya Afdhal al-Shalawat Ala Sayyid al-Sadat menyatakan bahwa apa yang disampaikan Syaikh Ahmad Ibn Muhammad al-Shawi al-Maliki ra dan Syaikh ‘Abdul Rahman al-Kuzbari ra, ahli hadits kebanggaan negeri Syam, yaitu menisbahkan Shalawat al-Fatih ini kepada Syaikh Abul Hasan Muhammad al-Bakri ra nampaknya yang lebih kuat.
Syaikh Ahmad Bin Muhammad Dardir al-Khalwati al-Maliki dan sebagian dari kalangan Ahlul Fadhl (orang-orang mulia) menyebutkan selain redaksi shalawat al-Fatih diatas juga terdapat redaksi tambahan sebagai berikut:
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدِنِ الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ . اَلنَّاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ وَالْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ . صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وعَلىَ آلِهِ وَاَصْحَابِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ العَظِيْمِ .
Redaksi tambahan tersebut ditemukan di beberapa karya para ulama di antaranya kitab al-Asrarur Robbaniyyah karya syekh Ahmad bin Muhammmad Dardir al-Khalwati ra, Afdhal al-Shalawat Ala Sayyid al-Sadat karya Syekh Yusuf Bin Ismail Nabhani ra kitab karya Muhaddist al-Haramain Sayyid Muhammad Bin Alawi al-Maliki ra dan juga kitab an-Nujumuz Zahiroh Lisalikil akhirah karya Sayyid Zen bin Ibrahim bin Sumaith Hafidhahullah ra.
Penambahan وَسَلِّمْ dan وَبَارِكْ adalah bagian dari “متحسنات” yakni perbuatan yang dipandang baik, mengingat ada pendapat yang mengatakan perintah bershalawat untuk Nabi ﷺ sebagaimana dalam al-Qur’an disebutkan berbarengan dengan perintah mengucapkan salam.
Adapun penambahan redaksi وَاَصْحَابِهِ atau وَصَحْبِهِ sebagian ulama menjawab di antara mereka adalah syaikh Ahmad bin Muhammad Shawi al-Maliki sebagai bentuk penolakan tasayyu’ (ajaran syiah) yakni sebagaimana shalawat orang syiah yang hanya bershalawat kepada para keluarga Nabi ﷺ saja, tidak kepada para sahabat yang menurut I’tiqad mereka para sahabat Nabi ﷺ ada yang kufur, sehingga tidak perlu bershalawat kepada mereka.
Konon kronologi datangnya shalawat fatih kepada Syaikh Abul Hasan Muhammad al-Bakri ra, bermula saat beliau melakukan munajat selama 30 tahun, bahkan riwayat dari syaikh Muhammad Fathan Bin Abdul Wahid an-Nazhifi ra menyebutkan munajat beliau selama 60 tahun. Dalam munajatnya, beliau memohon kepada Allah ﷻ agar diberikan redaksi shalawat yang mengungguli shalawat yang ada di alam. Sehingga pada waktunya Allah ﷻ mengabulkan permohonan beliau datang dari alam ghaib. Oleh karenanya Shalawat al-Fatih yang pertama kali diturunkan tidak menggunakan tambahan وَسَلِّمْ dan وَبَارِك, mengingat redaksi shalawat Allah ﷻ dan para malaikat hanya menggunakan kata shalawat sebagaimana dalam pernyataan ayat:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ
“Innallaha wa malaikatahu yusholluna Alan Nabi”
Lantaran redaksi tambahan wa sallim adalah redaksi shalawat yang Allah ﷻ perinntahkan kepada manusia-manusia yang beriman dalam pernyataan ayat:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Ya ayyuhal ladzina amanuu shollu wa sallimu taslima”.
Inilah sebagian jawaban yang mengukuhkan bahwa shalawat fatih bagian dari redaksi yang datang dari alam ghaib dengan tidak menggunakan redaksi:
وَسَلِّمْ٬ وَبَارِك dan وَاَصْحَابِهِ
Kata آلِهِ (keluarga Nabi) dalam Shalawat al-Fatih memiliki pengertian seluruh ummat Nabi yang taqwa mencakup para sahabat, tabiin, tabiut tabiin dan tabi’ tabi’ tabi’in sampai hari qiyamat. Adapun ulama yang menambahkan redaksi وَاَصْحَابِهِ sebagai takhsish (penyebutan secara khusus) dari keumuman kata آلِهِ (keluarga Nabi).
Mengenai keutamaan yang diperoleh oleh orang yang mau menekuni Sholawat al-Fatih Syaikh Yusuf Ibn Ismail al-Nabhani ra menjelaskan: Bahwa Sayyid Ahmad Zaini ra Dahlan mengatakan, shalawat ini bermanfaat bagi semua peringkat dan barang siapa yang menekuni membacanya setiap hari 100 kali niscaya akan terbuka baginya segala hijab dan ia mendapatkan cahaya dan tertunaikan segala hajat yang tiada mengetahui kadarnya melainkan Allah ﷻ.
Sebagian ulama mengutip langsung dari pemiliknya yaitu, Syaikh Abul Hasan Muhammad al-Bakri, mengatakan : “Barang siapa membaca Sholawat al-Fatih, seumur hidup sekali saja Insya Allah diselamatkan dari api neraka”.
Sebagian ulama lain menyatakan: “Barang siapa membaca Sholawat Al-Fatih satu kali seperti membaca sholawat 10.000 x (ada yang mengatakan 600.000 x) dan barang siapa menekuninya selama 40 hari, maka Allah ﷻ akan menerima taubatnya. Barang siapa yang membacanya 1.000 kali pada malam Kamis atau malam Jum’at atau malam Senin setelah melaksanakan sholat 4 rakaat. Rakaat pertama membaca surat al-Qadr, rakaat kedua membaca surat al-Zalzalah, rakaat ketiga membaca surat al-Kafirun dan rakaat keempat membaca surat al-Mu’adzatain (al-Falaq dan an-Nas) disertai membakar kemeyan gaharu atau lainnya saat membacanya, maka dia setalah itu dapat bertemu dan berkumpul dengan Nabi Muhammad ﷺ. Wallahu A’lamu
Penulis : Abdul Adzim
Publisher : Fakhrul
المراجع : أفضل الصلوات على سيد السادات (ص/77-78) للشيخ يوسف بن إسماعيل بن يوسف بن إسماعيل بن محمد ناصر الدين النبهاني (ت 1350هـ)، والدرة الخريدة شرح الياقوتة الفريدة الجزء 2 (ص/308) للشيخ محمد فتحا بن عبد الواحد مَحمد بن عبد الواحد النظيفي (ت 1366 هـ) والأسرار الربانية والفيوضات الرحمانية (ص/39-40) للشيخ أحمد الصاوي المالكي الخلوتي ( ت 1241 هـ) وغيرها