Syaichona.net- Suatu hari Syaikh Muhammad al-Hadhariy pernah ditanya seseorang yang membenci al-Imam Hujjatu al-Islam Abu Hamid al-Ghazali.
“Apakah boleh membaca kitab-kitab yang ditulis al-Ghazali?”
Syaikh Muhammad al-Hadhariy menjawab dengan lugas dan panjang lebar dan diakhir jawabannya beliau berkata:
إِنَّا لله وإِنَّا إليه راجعون، محمدُ بنُ عبد الله سيد الأنبياء، ومحمد بن إدريس سيد الأئمة، ومحمد بن محمد بن محمد الغزالي سيد المصنفين
“Innalillahi wainnailaihi rajiun, Muhammad bin Abudullah penghulu para Nabi, Muhammad bin Idris Penghulu para Imam dan Muhammad bin Muhammad al-Ghazali penghulu para penulis.”
Penulis kitab, Syaikh Afifuddin Abdullah bin As’ad al-Yafi’i mengatakan: “Kenapa Imam al-Ghazali disebut penghulu para penulis? Kerena beliau berbeda dibanding para penulis lainnya dengan bukti banyaknya karya-karya beliau yang luar biasa dan panjang hidupnya beliau tenggelam dalam lautan ilmu. Dari tangan beliau lahir permata-permata ilmu yang indah, teks-teks ilmu yang ditulis beliau mampu membius para intelektual dengan manisnya perumpamaan-perumpamaan kata yang beliau sampaikan. Indahnya paragraf dan penyajian isi yang menggunakan bahasa eksotis, estetis dan efektif. Karya beliau mampu memadukan segala disiplin ilmu syariat dan hakikat, ushul dan furu’, nalar dan nash, rumit dan gamblang, ilmu dan amal serta lain sebagainya yang tidak pernah diciptakan penulis lain pada masanya di muka bumi ini. Beliau adalah penghulu para penulis menurut para penulis, Hujjatu al-Islam (pembela Islam) yang diakui semua kalangan seantero jagat. Maksudku, bukanlah karya beliau paling shahih (otentik)nya kitab yang ditulis. Adapun paling shahihnya kitab yang ditulis manusia adalah kitab Shahih al-Bukhari kemudian kitab Shahih al-Muslim.
Sebagian para ulama, pembesar auliya’ mengatakan:
لو كان نبي بعد النبي ﷺ لكان الغزالي، وأنه يحصل ثبوت معجزاته ببعض مصنفاته
“Seandainya ada Nabi setelah Nabi Muhammad ﷺ, tentu Imam al-Ghazali adalah orangnya dan sebagian karya tulisnya bisa menjadi mukjizatnya.”
Pendapat ini tanpa melirik pada riwayat hadits yang menyatakan:
قال رسول الله ﷺ: لو كان بعدي نبي لكان عمر بن الخطاب. (أخرج الترمذي ٣٦٨٧ في المناقب، باب مناقب عمر بن الخطاب رضي الله عنه، والحاكم في مستدركه ٨٥/٣، وصححه ووافقه الذهبي عن عقبة بن عامر)
Artinya: “Rasulullah ﷺ bersabda: Seandainya ada Nabi setelahku, tentu Umar Ibnu al-Khattab adalah orangnya.”
Sebelumnya syaikh Afifuddin Abdullah bin As’ad al-Yafi’i mengutip dari riwayat Syaikh Hasan ash-Sho’idiy dari Syaikh Harun al-Muqaddasiy yang mendengar langsung darinya mengisahkan:
“Bahwa di Negara Syam ada seorang laki-laki yang mencintai Imam al-Ghazali. Ketika cinta laki-laki tersebut kepada Imam al-Ghazali diketahui begitu mendalam, orang-orang disekitar membenci dan memusuhinya serta tidak segan-segan menghina dan memaki Imam al-Ghazali”.
Lantas laki-laki tersebut berkata:
“Syahdan, pada suatu hari aku tidur bermimpi melihat dua halaqah (diskusi ilmiyah). Satu halaqah ditempatkan di Qubah an-Nasar masjid Bani Umayyah, sedangkan halaqah yang lain diletakkan ditempat yang berbeda yang dilingkungan masjid tersebut. Halaqah yang berada di Qubah an-Nasar terbilang halaqah kecil dibanding halaqah satunya namun dihadiri para pembesar ulama. Setelah itu aku pun mendatangi halaqah yang kecil, ternyata di sana dipimpin oleh al-Imam asy-Syafi’i. Ketika Imam asy-Syafi’i melihatku, beliau memberi isyarat agar aku mendatangi halaqah yang lain yang lebih besar dan ketika aku mendatangi halaqah yang besar tersebut, ternyata yang menjadi pimpinan halaqah adalah al-Imam al-Ghazali. Saat Imam al-Ghazali melihatku, beliau berkata:
“Semoga Allah ﷻ mengampuni mereka semua.”
Kemudian aku membaca al-Qur’an Surat al-Muluk yang aku hadiyahkan pahalanya kepada Imam al-Ghazali agar aku mendapat berkah Imam al-Ghazali. Waallahu A’lamu
Penulis : Abdul Adzim
Publisher : Fakhrul
Referensi:
✍️ Syaikh Afifuddin Abdullah bin As’ad al-Yafi’i| al-Irsyad wa ath-Thariz fi Fadhli Dzikrillah wa Tilawati Kitabihi al-Aziz wa Fadhlu al-Awliya wa an-Nasikin wa al-Furo’ wa al-Masakin| Daru al-Kutub al-Ilmiyah| Daru al-Kutub al-Ilmiyah hal 110-111.