Ilmu dan Ibadah Adalah Dua Esensi Penciptaan Manusia di Muka Bumi

oleh -1,729 views

Esensi penciptaan manusia sebagai khalifah Allah ﷻ di muka bumi adalah ilmu dan ibadah. Hujjatu al-Islam al-Imam al-Ghozali dalam kitabnya Minhaju al-Abidin ila Jannati Rabbi al-Alamin mengatakan:

“Ketahuilah, bahwa ilmu dan ibadah adalah dua esensi (penciptaan manusia). Kerena alasan itu, terciptalah segala apa yang dilihat dan yang didengar dari karya tulis para penulis, pembelajaran para guru, petuah para ceramah agama, pemikiran para cendikiawan bahkan karena alasan itu, diturunkanlah kitab-kitab Allah ﷻ dan diutuslah para utusan Allah ﷻ serta karena alasan itu pula, diciptakanlah langit dan bumi dan segala isinya. Maka renungkanlah dua Ayat al-Qur’an berikut:

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا

Artinya: “Allah-lah yang menciptakan tujuh Langit dan seperti itu pula Bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.” (QS. Ath-Thalaq: 12).

Cukuplah Ayat ini sebagai dalil atas kemuliaan ilmu lebih-lebih ilmu Tauhid.

Kedua, firman Allah ﷻ:

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Az-Zariyat: 56).

Dan cukuplah Ayat ini sebagai dalil atas kemuliaan ibadah dan kewajiban melaksanakannya. Betapa agungnya dua perkara ini dan keduanya adalah tujuan dari penciptaan makhluk. Maka seharusnya bagi seorang hamba, jangan menyibukkan diri kecuali dengan keduanya dan jangan memikirkan sesuatu kecuali tentang keduanya.

Ketahuilah, bahwa selain keduanya adalah suatu yang batil, tidak ada kebaikannya dan suatu yang sia-sia, tidak ada nilainya. Ketika Anda telah mengetahui hal itu, maka ketahuilah, bahwa ilmu adalah lebih mulia dan lebih utamanya dua esensi tersebut. Disamping itu, selain harus memiliki ilmu seorang hamba harus senantiasa mengamalkan ilmu yang dimiliki. Kalau tidak, maka ilmunya bagaikan debu yang berterbangan, tiada berguna. Ilmu laksana pohon dan ibadah laksana buahnya. Kemuliaan patut disemat pada pohon karena ia adalah asal tetapi sebuah pohon dianggap berguna, jika pohon itu bisa menghasilkan buah. Jika seperti itu, maka bagi Anda dari dua esensi tersebut harus mendapat bagian dan nilai yang berarti.

As-Sayyid Alawiy bin as-Saqaf dalam kitab al-Fawaid al-Makkiyah fima Yahtajuhu Thullabatu asy-Syafi’iyah menambahkan:

بل لا بد للعبد من أربعة أشياء: العلم والعمل والإخلاص والخوف فيعلم الطريق أولا وإلا فهو (أعمى) ثم يعمل بعلمه ثانيا وإلا فهو محجوب) ثم يخلص العمل ثالثا وإلا فهو .(مغبون) ثم لا يزال يخاف ويحذر من الآفات وإلا فهو (مغرور) فإن الأعمال بخواتيمها وما يدري ما يختم له اهـ

“Bahkan bagi seorang hamba dalam menjalani hidup harus memiliki empat perkara: Ilmu, amal, ikhlas dan rasa takut. Pertama, ia harus mengetahui jalan, kalau tidak maka berati ia buta. Kedua, ia harus mengamalkan ilmunya yang dimiliki, kalau tidak maka berarti ia orang yang terhalang. Ketiga, ia ikhlas dalam beramal, kalau tidak maka ia berarti menipu kemudian keempat, harus senantiasa merasa takut dan khawatir dari petaka yang akan menimpanya, kalau tidak berarti ia orang yang arogan. Waallahu ‘Alam.

Penulis: Abdul Adzim

Publisher: Fakhrul

Referensi:

✍️ Hujjatu al-Islam al-Imam al-Ghozali| Minhaju al-Abidin ila Jannati Rabbi al-Alamin| Daru al-Minhaj, halaman 44-45.

✍️ As-Sayyid Alawiy bin as-Saqaf| Al-Fawaid al-Makkiyah fima Yahtajuhu Thullabatu asy-Syafi’iyah| Daru al-Kutub al-Ilmiyah, halaman 13.

banner 700x350

No More Posts Available.

No more pages to load.