Hakikat Mencintai Nabi Muhammad Saw.

oleh -506 views

Mencintai Nabi Muhammad ﷺ bukan sekedar anjuran tapi sebuah kewajiban bagi setiap orang Islam, bahkan menjadi syarat kesempurnaan iman.

Nabi ﷺ sendiri bersabda:

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ)

Artinya: Tidak sempurna iman salah seseorang diantara kalian, hingga aku lebih ia cintai dari orang tuanya, anaknya dan seluruh manusia. (HR. Al-Bukhari. Nomer: 15).

Imam Nawawi rahmatullah alaih dalam kitab Syarah Muslim mengatakan: “Imam Abu Sulaiman rahmatullah alaih mengatakan: “Cinta yang dimaksud dalam hadits tersebut bukanlah “Hubbu ath-Thab’i (cinta yang biasa atau cinta yang timbul dari karakter bawaan manusia) tapi cinta yang dimaksud adalah “Hubbu al-Ikhtiyar” (cinta yang berdasarkan pilihan) karena cinta manusia kepada dirinya karakter bawaan yang melekat dalam hatinya. Dengan begitu hakikat mencintai Nabi ﷺ adalah:

لَا تَصْدُقُ فِي حُبِّي حَتَّى تَفْنِي فِي طَاعَتِي نَفْسَكَ وَتُؤْثِرَ رِضَايَ عَلَى هَوَاكَ وَإِنْ كَانَ فِيهِ هَلَاكُكَ

“Tidak dibenarkan (pengakuanmu) dalam mencintaiku sehingga dirimu melebur dalam ketaatan kepadaku dan kerelaanku membekas padamu mengalahkan keinginan hawa nafsumu meskipun di dalamnya mengandung resiko kebinasaanmu”.

Ibnu Baththal dan Qadhi al-‘iyadh dan lainya rahmatullah alaihim mengatakan:

الْمَحَبَّةُ ثَلَاثَةُ أَقْسَامٍ، مَحَبَّةُ إِجْلَالٍ وَإِعْظَامٍ كَمَحَبَّةِ الْوَالِدِ ، وَمَحَبَّةُ شَفَقَةٍ وَرَحْمَةٍ كَمَحَبَّةِ الْوَلَدِ، وَمَحَبَّةُ مُشَاكَلَةٍ وَاسْتِحْسَانٍ كَمَحَبَّةِ سَائِرِ النَّاسِ فَجَمَعَ أَصْنَافَ الْمَحَبَّةِ فِي مَحَبَّتِهِ.

“Cinta itu terbagi menjadi tiga katagori: 1- Cinta pengagungan dan penghormatan seperti mencinta (anak) kepada kedua orang tuanya. 2- Cinta kasih dan sayang seperti cinta (orang tua) kepada anaknya. 3- Cinta kebaikan dan berbuat baik seperti cinta kepada sesama manusia. Maka cinta kepada-Nya adalah gabungan dari semua katagori cinta tersebut.”

Ibnu Baththal rahmatullah alaih mengatakan:

وَمَعْنَى الْحَدِيثِ أَنَّ مَنِ اسْتَكْمَلَ الْإِيمَانَ عَلِمَ أَنَّ حَقَّ النَّبِيَّ ﷺ أَكَدُ عَلَيْهِ مِنْ حَقٌّ أَبِيهِ وَابْنِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ لِأَن بِهِ اسْتُنْقِذْنَا مِنَ النَّارِ وَهُدِينَا مِنَ الضَّلَالِ

“Arti dari hadits tersebut adalah bahwa barang siapa yang sempurna imannya, ia akan tahu bahwa keharusan mencintai Nabi ﷺ lebih penting dari pada keharusan mencintai kedua orang tua, anak dan segenap manusia dengan sebab cinta itu kita akan selamat dari api neraka dan mendapat petunjuk selamat dari kesesatan.”

Al-Qadhi al-‘iyadh rahmatullah alaih menambahkan:

وَمِنْ مَحَبَّتِهِ اللهِ نُصْرَةُ سُنَّتِهِ وَالدَّبُّ عَنْ شَرِيعَتِهِ وَتَمَنِّي حُضُورٍ حَيَاتِهِ فَيَبْذُلَ مَالَهُ وَنَفْسَهُ دُونَهُ قَالَ وَإِذَا تَبَيَّنَ مَا ذَكَرْنَاهُ تَبَيَّنَ أَنَّ حقيقة الإيمان لا يتم إلا بذلك وَلَا يَصِحُ الْإِيمَانُ إِلَّا بتحقِيقِ إِعْلَاءِ قَدْرِ النَّبِيَّ ﷺ وَمَنْزِلَتِهِ عَلَى كُلِّ وَالِدٍ وَوَلَدٍ وَمُحْسِنٍ وَمُفَضَّلٍ وَمَنْ لَمْ يَعْتَقِدْ هَذَا وَاعْتَقَدَ سِوَاهُ فَلَيْسَ بِمُؤْمِنٍ

“Di antara (tanda) seseorang mencintai Allah ﷻ adalah menolong sunahnya, tekun mengamalkan syariatnya dan berharap menghadirkan kehidupannya lalu menyerahkan harta dan dirinya hanya kepadanya. (Al-Qadhi al-‘iyadh) berkata: “Ketika telah jelas apa yang aku tuturkan, maka jelaslah bahwa hakikat iman tidak sempurna kecuali dengan hal tersebut dan iman tidak sah kecuali dengan nyatakan ketinggian derajat dan pangkat Nabi ﷺ mengalahkan semua orang tua, anak, orang yang berbuat baik dan orang yang diutamakan. Barang siapa yang tidak percaya hal ini dan percaya pada lainya, maka ia bukan orang bariman.

Syamsuddin as-Safiriy berkata:

وسئل علي بن أبي طالب – رضي الله عنه- كيف كان حبكم لرسول الله – ﷺ – قال: كان والله أحب إلينا من أموالنا وأولادنا وآبائنا وأمهاتنا، ومن الماء البارد على الظمأ اهـ

“Dan Sayyidina Ali bin Abi Tholib radhiyallah anhu perna ditanya: “Seperti apa (gambaran) cinta kalian kepada Rasulullah ﷺ? Beliau menjawab: “Demi Allah ﷻ, Rasulullah ﷺ lebih kami cintai dari pada harta, anak, bapak dan ibu kami dan dari pada air dingin saat dahaga”.

Dalam kitab Shahih Muslim terdapat sebuah hadits dari Abu Hurairoh radhiyallah di sebutkan:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ: مِنْ أَشَدِّ أُمَّتِي لِي حُبًّا نَاسٌ يَكُونُونَ بَعْدِي يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ رَآنِي بِأَهْلِهِ وَمَالِه

“Sesungguhnya Rasulullah ﷺ bersabda: “Di antara umatku yang paling cinta kepadaku adalah orang-orang yang hidup sesudahku, yang salah seorang di antara mereka ingin melihatku walau harus mengorbankan keluarga dan harta benda.” (HR. Muslim). Wallahu A’lamu.

Penulis: Abdul Adzim

Publisher: Fakhrul

Referensi:

✍️ Syaikh A. Abu Bakar bin Muhyiddin al-Ahsaniy al-Farafuriy al-Malibariy| Qurratu al-‘ainaini bi Dikri Sayyidi al-Kaunaini| Asy-Syariah bi Jami’ah ats-Tsaqafah al-Islamiyah Kerala al-Himdi, halaman 244-247.

banner 700x350

No More Posts Available.

No more pages to load.