KELANJUTAN PEMBAHASAN SEBELUMNYA:
وقال: علامة وصول شخص إلى درجة معرفته بأنه ما نظر في شيء إلا ورأى الله فيه أو قبله هي شعوره بأنه خَلْق، وكل خلق له خالق. فمن عرف بأنه خَلْق فعليه بحسن الخلق
Artinya: Guru kami, KH. Maimun Zubair berkata, “Tanda seseorang sampai ke derajat makrifatnya adalah dengan tidak melihat terhadap sesuatu kecuali dia melihat Allah di dalamnya atau pada sebelumnya (tandanya) adalah dengan dia merasa bahwa dirinya adalah mahluk, dan setiap mahluk pasti memiliki pencipta (Kholik). Maka barangsiapa yang sadar bahwa dirinya adalah mahluk maka hendaknya dia berprilaku baik.”
MULAI PEMBAHASAN BARU:
Antara Sabar & Syukur
وعن قوله تعالى
سورة الرعد
سَلٰمٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ ۗ الرعد : 24
Artinya: “Selamat sejahtera atasmu karena kesabaranmu.” Maka alangkah nikmatnya tempat kesudahan itu. (QS. Ar-Ra’d: 24)
وقوله تعالى
يَا قَوْمِ إِنَّمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَإِنَّ الْآخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ
[ غافر: 39]
Artinya: Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal. [Ghafir: 39]
كل نعم الدنيا بالنسبة إلى الجنة فكالمذاق، ومن رحمة الله لنا أن هذا الذوق يسوقنا إلى تذكر نعم الجنة مع الشوق، فتبين لنا أن الدنيا ليست بدار القرار، فنهيج ونشتاق إلى الحياة الأخروية
Artinya: Setiap kenikmatan dunia dibandingkan dengan surga hanyalah seperti setetes air di lautan yang luas. Sungguh, merupakan rahmat dari Allah bagi kita bahwa sedikit kenikmatan dunia ini dapat mengingatkan kita akan nikmat surga yang abadi, sehingga timbul kerinduan dalam hati kita. Hal ini menunjukkan dengan jelas bahwa dunia bukanlah tempat tinggal yang kekal. Oleh karena itu, kita akan merindukan kehidupan akhirat yang abadi.
Ra. Ismail menyampaikan bahwa, ketika merasakan nikmat dunia, maka perlu di angan-angan bahwa hal itu baru secuil bila dibandingkan dengan nikmat surga. Ketika bisa berangan-angan maka setiap merasakan nikmat dunia bukan malah makin mengejar dunia, tapi menginginkan nikmat yang lebih besar, yaitu nikmat hidup di surga
Dan sebaliknya, jika di dunia sudah merasakan kesusahan, maka harus menjadi motivasi supaya tidak terlalu lama hidup di dunia, karena hidup di dunia tidak akan pernah lepas dari yang namanya rasa susah, Syeikh Ibnu Athoillah As- Sakandari berkata:
لا تستغرب وقوع الأكدار ما دمت فى هذه الدار
Artinya: “Jangan merasa aneh dengan kesulitan-kesulitan yang ada selama kamu berada di dunia.” Sebab, dunia itu memang tempatnya kesusahan.
Penolong Saat Gundah
Dan ketika dilanda kesusahan, seharusnya menjadi motivasi utama untuk masuk surga Allah dengan cara bersabar. Makanya Allah berkata,
وَٱسۡتَعِینُوا۟ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِۚ
Artinya: “Mintalah pertolongan dengan bersabar dan melaksanakan sholat.”
Dalam hal kesabaran ini, menurut Ra. Ismail, semua orang pasti bisa melakukannya, karena tolak ukur sabar itu adalah selagi tidak bunuh diri maka orang tersebut tetap dikatakan sabar meskipun mengeluh.
Ternyata Bukan Rindu yang Berat, Tapi Sholat
Ketika menghadapi ujian, semua orang bisa minta tolong dengan rasa sabar, tapi tidak semua orang bisa minta tolong dengan sholat, kecuali orang-orang yang khusyu’, makanya dikatakan oleh Allah:
وَإِنَّهَا لَكَبِیرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلۡخَـٰشِعِینَ﴾ [البقرة ٤٥]
Artinya: “Sholat itu berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu'”
Lalu siapakah orang khusuk itu? Dia adalah
ٱلَّذِینَ یَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلَـٰقُوا۟ رَبِّهِمۡ وَأَنَّهُمۡ إِلَیۡهِ رَ ٰجِعُونَ﴾ [البقرة ٤٦]
Yaitu orang-orang yang sangat yakin bahwa mereka akan bertemu Allah, dan akan kembali kepada-Nya.
Lebih Utama Manakah Antara Sabar & Syukur?
Terjadi khilaf ulama antara keutamaan sabar dan syukur, serta dalam dalam hal mudahnya mengimplementasikan antara keduanya. Dauhnya ulama muhaqqiqin sebagaimana dikutip oleh Imam Ghazali dalam Ihya’nya, bahwa lebih mudah sabar daripada syukur, karena dengan tidak ngapa-ngapain itu sudah dikatakan sabar.
Sedangkan jika hidup dalam rasa nikmat, maka tidak semua orang bisa bersyukur, malah kadang berfoya-foya. Sehingga jika dimasukkan pada konsep al-ajru biqodri at-ta’ab, maka pahala orang yang bersyukur itu lebih besar daripada pahala orang yang bersabar, Allah Swt. berfirman:
وَقَلِیلࣱ مِّنۡ عِبَادِیَ ٱلشَّكُورُ﴾ [سبأ ١٣]
Artinya: Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur. (QS. Saba’: 13)
Jadi, dari dua ayat di atas (Ar-Ra’du:24 dan Al-Ghafir:39) Ra. Ismail menjelaskan bahwa seseorang bisa masuk surga sebab kesabarannya bahkan mendapat salam hangat dari Malaikat, dan juga bisa masuk surga sebab merasakan nikmat Allah yang melimpah.
Agar tidak rugi dua kali, di dunia sudah susah tapi malah ketika di akhirat masuk neraka maka hendaknya menjaga sholat lima waktu, karena hal itu membuat seseorang mati Khusnul khatimah.
Dari keterangan di atas, benarlah sabda Nabi dalam Hadis Qudsi yang berbunyi:
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
Artinya: “Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya seluruh urusannya itu baik, dan hal itu tidak dimiliki kecuali oleh seorang mukmin. Apabila dia mendapatkan nikmat dia bersyukur dan itu baik baginya. Dan apabila dia mendapatkan musibah dia sabar dan itu baik baginya.” (HR. Muslim, no. 5318)
Author: Fakhrullah