Pekan berikutnya, KH. Muhammad Ismail Ahmad Yahya Al-Ascholy menjelaskan bab tentang Allah Swt. dan para wali-Nya.
باب ذلك هو الله وهؤلاء هم أولياءه
“(Bab) Itu adalah Allah dan mereka adalah wali-walinya”
وقال شيخنا مبينا عن معجزة الله تعالى في العرب ولغتهم الفصيحة
Artinya : Guru kami, KH. Maimun Zubair ketika menjelaskan mukjizat Allah Swt. tentang orang Arab dan bahasanya yang fasih, beliau berkata:
العرب قديما ينزلون في أرض صخراء ليس فيها شيء من الأشياء؛ أعاليهم أحجار وأسافلهم تراب ورمال، لكن خصهم الله سبحانه بألسنة فصيحة لا يوجد في ظهر الأرض أفصح منهم، والعجيب أنهم مع فصاحة ألسنتهم كانوا أميين لا يعرفون قواعد لغاتهم، فلذلك دوّن من بعدهم من علماء اللغة من أكثرهم عجمي كتباً يكشفون بها لغتهم الفصيحة، بل بتلك اللغة أنزل القرآن، وهذا دليل على أن العرب أرض اصطفاها الله لرسالة محمد الله، فإن هذا أوقع على العقل في وجود تدبير الله سبحانه وتعالى لقوم عربي، وأدعى دليل بأن الله سبحانه وتعالى منشئ اللغة وموجد البلاغة كما قال تعالى: ﴿وَمِنْ ءَايَاتِهِ خَلْقُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَانِكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِلْعَالِمِينَ ﴾ [الروم الآية ٢]
Artinya : Orang Arab zaman dulu tinggal di tanah yang gersang, yang di dalamnya tidak ada apa-apa, bagian permukaannya adalah bebatuan, sedangkan bagian bawahnya adalah debu dan pasir. Namun, Allah Swt. mengistimewakan mereka dengan lisan yang sangat fasih sehingga tidak ada di muka bumi yang lebih fasih daripada mereka. Yang menakjubkan adalah, meskipun mereka memiliki kefasihan lisan, mereka adalah kaum yang buta huruf dan tidak mengetahui kaidah-kaidah bahasa mereka. Oleh karena itu, setelah mereka, para ulama bahasa (yang kebanyakan bukan orang Arab) menuliskan kitab-kitab untuk menjelaskan kefasihan bahasa mereka. Bahkan, dengan bahasa itulah Allah Swt. menurunkan Al-Qur’an. Ini merupakan dalil bahwa tanah Arab adalah tanah yang dipilih oleh Allah Swt. untuk mengutus Nabi Muhammad saw. Hal ini lebih masuk akal sebagai bukti adanya aturan Allah Swt. terhadap kaum Arab dan merupakan dalil terkuat bahwa Allah Swt. adalah yang menciptakan bahasa serta sastra. Sebagaimana firman Allah Swt. yang artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan Allah Swt. adalah terciptanya langit dan bumi, serta perbedaan bahasa dan warna kulit mereka. Sesungguhnya, dalam hal itu terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.” (QS. Ar-Rum:2)
Di redaksi;
(العرب قديما ينزلون في أرض صخراء ليس فيها شيء من الأشياء؛ أعاليهم أحجار وأسافلهم تراب ورمال)
ada catatan kaki berikut:
وفي بعض المناسبة وصفهم شيخنا بقوله: ليس لهم طعام خاص بهم و ببلادهم، ولكن هناك يوجد سائر أنواع الأطعمة والفواكه، وقد شهد بذلك الواقع كما ترى الآن، كأن ذلك إشارة قوله تعالى: ﴿وَإِذْ جَعَلْنَا الْبَيْتَ مَثَابَةً للنَّاس … (البقرة الآية ١٢٥) وقوله: ﴿ … يُجْبَى إِلَيْهِ ثَمَرَاتُ كُلِّ شَيْ ءٍ … (القصص الآية ٥٧)
Artinya : Dalam kesempatan lain, guru kami menggambarkan mereka dengan mengatakan: “Mereka tidak memiliki makanan khusus yang berasal dari diri mereka sendiri atau dari negeri mereka. Namun, di sana terdapat berbagai jenis makanan dan buah-buahan.” Hal ini telah dibuktikan oleh kenyataan yang dapat dilihat hingga sekarang, seakan-akan hal tersebut merupakan isyarat dari firman Allah Ta’ala: “Dan (ingatlah) ketika Kami menjadikan rumah (Ka’bah) tempat berkumpul bagi manusia… (QS. Al-Baqarah: 125), dan firman-Nya: “…didatangkan ke sana buah-buahan dari segala macam jenis… (QS. Al-Qashash: 57).”
ORANG AJAM
Ra. Ismail menjelaskan bahwa selain orang Arab diistilahkan dengan ‘ajam karena bahasanya tidak fasih. Sedangkan bahasa Arab sendiri menjadi bahasa yang fasih karena yang menjaganya langsung adalah Allah Swt. Allah juga memuliakan orang Arab dan bahasanya karena terdapat Rasulullah saw. di antara mereka, sebagaimana firman Allah Swt.:
لَقَدْ أَنزَلْنَا إِلَيْكُمْ كِتَابًا فِيهِ ذِكْرُكُمْ
Artinya: “Sungguh, Kami telah menurunkan kepadamu sebuah kitab yang di dalamnya disebut namamu.” (QS. Al-Anbiya’: 10)
BAHASA NABI ADAM
Allah menciptakan Nabi Adam itu dengan diajari pokok- pokok bahasa, jadi Nabi Adam tidak mengetahui bahasa orang zaman sekarang, yang diketahui Nabi Adam adalah usul al-lughah, yaitu bahasa-bahasa pokok, bahasa yang tidak memiliki perbedaan yang disebabkan terkontaminasi oleh orang lain
Allah menciptakan Nabi Adam dengan mengajarkan pokok-pokok bahasa. Jadi, Nabi Adam tidak mengetahui bahasa orang-orang zaman sekarang. Yang diketahui oleh Nabi Adam adalah usul al-lughah, yaitu bahasa-bahasa pokok, bahasa yang tidak memiliki perbedaan akibat terkontaminasi oleh pengaruh orang lain.
Nabi Adam memiliki putra-putra yang diajarkan bahasa yang berbeda-beda dan ditempatkan di berbagai wilayah. Hal ini dilakukan agar bumi yang luas tidak hanya dihuni oleh hewan, tetapi juga oleh manusia.
Adanya perubahan bahasa dipengaruhi oleh berbagai macam kultur hingga akhirnya muncul bahasa-bahasa baru. Namun, bahasa Arab tetap menggunakan bahasa yang fasih dan akan dijaga oleh Allah Swt. meskipun melewati ribuan tahun. Dan yang bisa menguasai bahasa Arab secara sempurna adalah Rasulullah saw, seperti kata Imam Syafi’i, “ma wa’al arabiyah illa nabi,” tidak ada orang yang bisa mencakup bahasa arab yang fasih kecuali Nabi.
ففي كل شيئ له آية # تدل على أنه واحد
Artinya : Setiap sesuatu memiliki tanda yang menunjukkan keesaan Allah Swt.
YANG MENGUNGKAPKAN ESENSI BAHASA ARAB ADALAH ORANG AJAM
وقال أيضاً: العرب أفصح الناس لغة، ولكن القائم بمصطلحات لغتهم وقواعدها وأبرز جواهر علومها ومتعلقاتها إنما هو العجم، وذلك مصداق قوله تعالى: وَ آخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ … الجمعة الآية ١٣
Artinya: Beliau juga berkata, “Orang Arab adalah orang yang paling fasih dalam berbahasa. Namun, yang memelihara istilah-istilah bahasa mereka, kaidah-kaidahnya, serta menggali permata-permata ilmu dan hubungannya adalah orang-orang non-Arab. Hal ini sesuai dengan firman Allah Ta’ala: ‘Dan orang-orang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka.’”
Dalam ayat di atas, ada lafaz “wa ākhirīna minhum”. Oleh karena itu, dikatakan, “Laysa al-‘Arabīyu man kāna abūhū ‘Arabīyan, walākin al-‘Arabīya man yatakallamu ‘Arabīyan.” Orang Arab itu bukanlah orang yang bapaknya berasal dari bangsa Arab, tetapi orang Arab adalah orang yang bisa berbicara bahasa Arab.
Seperti misalnya Imam Sibawaih, meskipun bukan orang Arab, tetapi beliau bisa membahas bahasa orang Arab, bahkan meskipun beliau tidak hidup di zaman sahabat.
PERADABAN YANG PALING BAIK
Inilah kemuliaan umat Nabi Muhammad. Rasulullah pernah bersabda, “Ummati kal-matar, la yudra khairuhu fi awwalihi am fi ākhirihi,” yang berarti, umat Rasulullah seperti hujan, tidak diketahui yang baik, apakah bagian awalnya atau bagian akhirnya.
Jika dilihat dari redaksi-redaksi hadis yang ada, tentunya masa para sahabat adalah masa yang paling baik. Namun, jika dilihat dari hadis lain yang berbunyi, “Lā takūmu as-sā‘a ḥattā taksūr al-fawāḥish,” (Tidak akan terjadi kiamat hingga kejelekan meraja lela) hingga orang yang berkata, “Mungkin berzina di belakang saja,” itu sederajat dengan Abu Bakar. Ditambah lagi, umat terakhir akan ditemani oleh Nabi Isa, yang tentunya lebih baik dari Abu Bakar. Namun, Ahlus Sunnah mengatakan bahwa yang paling utama tetaplah masa Rasulullah, kemudian masa setelahnya, dan seterusnya.
APAKAH ALLAH MEMBEDA-BEDAKAN UTUSAN-NYA?
وقال في تفسير قوله تعالى
سورة البقرة
تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ مِنْهُم مَّن كَلَّمَ اللَّهُ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجَاتِ وَءاتَيْنَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ …..٢٥٣
Artinya : KH. Maimun Zubair berkata ketika menjelaskan Firman Allah Swt. surah Al-Baqarah yang artinya, “Itulah rasul-rasul yang kami lebihkan sebagian di antara mereka atas sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang diajak bicara oleh Allah, dan ada yang dinaikkan derajatnya beberapa tingkatan. Dan kami berikan kepada Isa putra Maryam bukti-bukti yang nyata, serta kami kuatkan dia dengan roh yang mulia (Malaikat Jibril)…” (QS. Al-Baqarah: 253).
Di ayat lain Allah berfirman,
لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّنْهُمْ [ آل عمران: 84]
Artinya: “Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari mereka (beberapa Rasul).” (QS. Ali Imran: 84)
Maksud tidak membeda-bedakan di sini adalah dalam syariatnya, sedangkan di ayat sebelumnya adalah tentang derajatnya, artinya Allah membeda-bedakan derajat para utusannya, ada yang bergelar ulul azmi, ada yang diberi kitab, ada yang diberi mushaf dan sebagainya.
Ayat “Man kallama” di atas merujuk kepada Nabi Muhammad (Meskipun sebagian ulama juga mengartikan itu adalah Nabi Musa) dan “warafa’a darajat” juga merujuk kepada Nabi Muhammad. Kemudian, lafaz “Atainā Mūsā” disebutkan agar tidak dianggap bahwa itu juga merujuk kepada Nabi Muhammad.
MC YANG TIDAK MENYEBUTKAN NAMA SAAT PENGHORMATAN
Adapun nama Nabi Muhammad tidak disebut merupakan bagian daripada bentuk penghormatan, seperti misalnya MC yang sedang memberikan penghormatan mengatakan, “dan para kiai yang tidak bisa saya sebut namanya satu persatu namun tak mengurangi rasa hormat dan takdzim kami.”
Atau juga karena maklum, semisal ada anak yang sering juara, kemudian ada orang bertanya tentang siapa juaranya pada saaat itu, lalu dijawab, “Ya siapa lagi” maka itu sudah jelas.
ALASAN NABI ISA DISEBUT PALING AKHIR
إنما أخر عيسى عليه السلام مع أنه أرسل قبل سيدنا محمد ﷺ تنبيها بأن سيدنا عيسى سينزل مرة أخرى في آخر أيام الدنيا، فهو الخاتم في زمان الأمة المحمدية
Artinya : Adapun diakhirkannya penyebutan Nabi Isa (pada ayat di atas) meskipun ia diutus sebelum Nabi Muhammad adalah sebagai peringatan bahwa Nabi Isa akan turun yang kedua kalinya di akhir-akhir kehidupan dunia, dia adalah pemungkas umat Nabi Muhammad saw.
وإنما ذكر فيها موسى ومحمد وعيسى، وأخر عيسى دلالة على أنه خاتم رسل بني إسرائيل الذين هم أمة موسى، وأنه خاتم أمة سيدنا محمد ﷺ، فمجيء عيسى عليه السلام فيه دلالة مفهمة وعلامة معلنة على بلوغ أي أمر ختامه
Artinya : Penyebutan Nabi Musa, Nabi Muhammad dan Nabi Isa pada ayat di atas dan di akhirkannya penyebutan Nabi Isa merupakan tanda bahwa ia adalah pemungkas Bani Israil yang mana mereka adalah umat Nabi Musa, dan dia juga akan menjadi pemungkas umat Nabi Muhammad, maka kedatangan Nabi Isa disini merupakan petunjuk yang memahamkan dan tanda yang menjelaskan akan selesainya setiap urusan.
LAFAZ ALLAH YANG MENGAGUMKAN
وقال شيخنا: أهل الصفاء كل أفعالهم وأحوالهم في أربعة، وهي مضمونة فـ كلمة (الله)، وإن حذفت الألف منه ف(لله) وإن حذفت منه اللام فـ (له) أي ملكه، وإن حذفت منه اللام فـ ( هـ ) أي ذكر اسمه بالضمير لعظمة جلالة اسمه، فلا يجدون شيا إلا والله فيه كل حال
Artinya : Guru kami, KH. Maimun Zubair berkata, “Adapun para sufi, setiap tingkah laku dan prilakunya ada di empat perkara, yaitu terkumpul pada lafadz Allah, jika dibuang huruf alif nya maka menjadi lillah, jika dibuang lam nya maka menjadi lahu yang berarti milik Allah, jika dibuang lam nya lagi maka menjadi hu yang berarti menyebut nama Allah Swt. dengan dhomir.
قلت: يعني أن اسم الله بمجرده دال على ألوهيته، حتى إذا فرض أن لو حذفت أحرفه مثل ذلك الحذف فهو باق على دلالته على الواجب الوجود، فأحوال أهل الصفاء أن يذكروا اسم الله تعالى في كل أفعالهم وأحوالهم سواء بلفظ صريح أو بدونه. والله أعلم. اهـ
Saya berkata: Maksudnya, nama Allah sendiri menunjukkan ke-tuhanan-Nya, bahkan jika seandainya huruf-huruf-Nya dihilangkan seperti penghapusan di atas, ia tetap mempertahankan maknanya sebagai Dzat yang wajib ada. Adapun keadaan para ahli sufi adalah mereka menyebut nama Allah Ta’ala dalam setiap perbuatan dan keadaan mereka, baik dengan lafaz yang jelas atau tidak. Dan Allah Maha Mengetahui.
In kana huna shohihun fahuwa bifadlillah wa in kana huna khoto’un fahuwa bidho’fi Fahmi. Allahua’lam, Semoga bermanfaat.
Author : Fakhrullah