Larangan Menghina Segala Ciptaan Allah ﷻ

oleh -747 views

Maha suci Allah ﷻ yang menciptakan makhluk-Nya dengan aneka ragam jenis dan bentuk, salah satunya adalah manusia. Namun dengan semua kelebihan yang dianugerahkan Allah ﷻ kepada manusia—berakal dan bentuk fisik yang sempurna—manusia kadang terlena dan merasa paling mulia hingga dengan seenaknya mencaci dan mengolok sesama dan makhluk yang lain.

Syaikh Ahmad bin Hijaziy al-Fasyiniy dalam kitabnya Muhibu ash-Shomat fi Hilli alfadzi az-Zubat mengingatkan:

ومن أدب من عرف اسمه تعالى الخالق، أنه لا يستقبح ما ينظره من آدمي أو حيوان مأكولا وغيره

“Di antara tatakrama yang baik adalah barang siapa yang mengetahui asma Allah ﷻ al-Khaliq (Sang Pencipta). Tidak selayaknya menghina (menganggap jelek) apa yang dilihat, baik berupa manusia, hewan yang bisa dimakan atau lainnya.

Beliau lantas berkisah: “Ada seseorang pria saat melihat Kelelawar ia berkata:

 ما أراد الله تعالى بخلقها، لا صورة حسنة ولا رائحة طيبة؟

“Apa yang dikehendaki Allah ﷻ dengan menciptakan Kelelawar, yang buruk rupa dan memiliki aroma tidak sedap?”

Syahdan, setelah beberapa waktu pria itu menderita penyakit kulit bernanah yang akut hingga para dokter tidak mampu mengobatinya. Setelah beberapa lama mencari, akhirnya menemukan seorang dokter spesialis yang sanggup mengobati.

Dokter itu berkata: “Carikan aku seekor Kelelawar, bakar lalu abunya oleskan pada kulit yang luka.”

Keesokan harinya, dengan idzin Allah ﷻpria itu beransur sembuh dari penyakitnya. Lantas pria itu sadar dan berkata:

أراد الله تعالى أن يعرفني أن أقبح الحيوانات أعز الأدوية عندي

“(Ternyata) Allah ﷻ berkehendak memberi tahuku bahwa hewan-hewan yang paling jelek rupa adalah yang paling ampuh mengobati penyakitku.”

Dalam kitab al-Haqoiq juga dikisahkan: “Suatu hari Nabi Nus as melihat Anjing di sebuah rumah yang memiliki 4 mata, lantas terbesit di hati Nabi Nuh as ucapan: “Anjing itu jelek”.

Lantas Anjing berkata kepada Nabi Nuh as:

 يا نوح أتعيب على الصنعة؟ فلو كان الأمر إلي لم أكن كلباً، وأما الصانع فهو الذي لا يلحقه عيب

“Wahai Nabi Nuh! Apakah engkau menghina ciptaan (ataukah engkau menghina Pencipta)? Jika seandainya urusannya ada padaku, tentu aku tidak akan memilih menjadi seekor Anjing dan seandainya hinaan itu ditujukan kepada Pencipta, maka sebetulnya Dia tidak berhak mendapat hinaan.”

Mendengar jawaban Anjing, Nabi Nuh as menangis dan meratapi atas kesalahannya. Waallahu A’lamu

Penulis: Abdul Adzim

Referensi:

✍️ Syaikh Ahmad bin Hijaziy al-Fasyiniy|Muhibu ash-Shomat fi Hilli alfadzi az-Zubat| As-Su’un ad-Diniyah Daulata al-Qithri, juz 1, halaman 23-24.

banner 700x350

No More Posts Available.

No more pages to load.