Saat itu H. Marsayu yang biasa menjadi supir Ra. Lilur sedang berada di Makkah, kemudian H. Wardi menjadi ganti supir sementara Ra. Lilur. Pada waktu Ra. Lilur pergi ke Gunung Gigir yang disupiri oleh H. Wardi ditengah-tengah perjalanan ban mobil Pick up yang ditumpangi bocor.
Supirnya bilang “Mobilnya sedang bocor kiai”, dengan spontan Ra. Lilur menjawab ” Oo… tunggu, saya mau cari orang dulu”. padahal kejadian itu ditengah alas yang sangat jauh dari rumah penduduk tidak ada satupun orang yang tinggal ditempat itu tetapi Ra. Lilur malah menemukan seseorang lengkap dengan peralatan untuk menembel ban mobil tersebut.
Setelah penembalan ban selesai, Ra. Lilur menyuruh H. Wardi untuk membayar ke orang yang menjadi tukang tembel ban tersebut.
Setelah dibayar beberapa saat kemudian Ra. Lilur malah menegur H. Wardi “Kamu tidak sungkem kepada tukang tambal barusan itu?” tegur Ra. Lilur. “Tidak kiai” jawab H. Wardi. Kemudian Ra. Lilur berkata “Laaa…. yang barusan itu Nabi Khidir”. Dengan spontan H. Wardi merasa sangat menyesal karena dengan matanya yang awam ia tidak bisa melihat kehadiran Nabi Khidir dihadapannya.
Publisher: Fakhrul
Dikutip dari Buku Ra. Lilur antara dimensi Wali dan Sufi yang ditulis oleh Team Asschol Media.
