Kisah di Balik Contoh Ilmu Nahwu, Zaid Selalu Memukul Amr

oleh -256 views

KISAH DI BALIK CONTOH ILMU NAHWU, ZAID SELALU MEMUKUL AMR

Bagi para Santri yang pernah belajar ilmu Nahwu tentu tidak asing dengan contoh:

”ضرب زيد عمرا“

“Zaid memukul ‘Amr”

Kata ustadz, itu adalah contoh Fi’il, Fa’il dan Maf’ul.

Lalu sebagian murid Madrasah ada yang iseng bertanya: “Mengapa Amr yang selalu dipukul oleh Zaid, kok bukan Zaid yang dipukul Amr?”

Sontak teman-teman kelasnya kompak menertawai murid tersebut karena dianggap punya pemikiran nyeleneh.

Namun sang Ustadz segara menenangkan suasana dengan berkata: “Anaku! Itu hanya contoh saja agar para pelajar ilmu Nahwu seperti kalian lebih mudah memahaminya.”

Em, ternyata ada kisah yang sama dibalik pertanyaan sang murid di atas yang ditulis oleh Syaikh Musthofa Luthfi al-Mufaluthiy dalam bukunya yang berjudul “An-Nadzirat”. Berikut kisah selengkapnya:

Dahulu kala ada seorang Gubernur dari Daulah Usmaniyah (Dinasti Ottoman) bernama Dawud Basya. Beliau ingin sekali belajar bahasa Arab. Kemudian ia menghadirkan salah seorang ulama dari ulama-ulama di negerinya. Suatu hari ia bertanya kepada ulama tersebut.

“Wahai guru, apa kesalahan Amr sehingga Zaid memukulnya setiap hari”

“Apakah Amr mempunyai kedudukan lebih rendah dari Zaid sehingga Zaid bebas memukulnya, menyiksanya, dan Amr tidak bisa membela dirinya?”.

Sang Gubernur menanyakan hal tersebut dengan menghentakkan kakinya ke tanah sambil marah-marah.

“Tidak ada yang dipukul, tidak ada yang memukul wahai Gubernur, ini hanya contoh saja yang dibuat ulama Nahwu supaya memudahkan para pelajar memahami rumus-rumus ilmu grametika bahasa Arab”. jawab sang guru.

Jawaban sang guru tidak memuaskan hati sang Gubernur, oleh karena itu ia marah lalu ia memenjarakan gurunya. Kemudian ia menyuruh orang untuk mencari ulama Nahwu yang lain. Pertanyaan yang sama diajukan dan mereka menjawab dengan jawaban seperti ulama yang pertama. Gubernur kembali tidak puas, akhirnya guru barunya pun ikut dipenjarakan.

Satu per satu ulama negeri itu tidak bisa memuaskan sang Gubernur dengan jawabannya. Alhasil, penuh penjara dengan pengajar ilmu Nahwu dan sepilah madrasah-madrasah dari para pengajar dikarenakan para ulamanya dipenjara. Kejadian ini menjadi perbincangan dimana-mana dan semuanya berusaha bagaimana mencari jalan keluarnya.

Sang Gubernur kembali mencari guru dengan mengutus utusan untuk menjemput para ulama-ulama ahli bahasa di Baghdad. Sang utusan akhirnya berhasil menghadirkan ulama yang dicari. Beliau adalah pimpinan ulama yang paling alim dari para ulama di Baghdad. Sang ulama berani maju ke depan dan berkenan menjawab pertanyaan yang diajukan Sang Gubernur.

“Apa kesalahan Amr sehingga selalu dipukul oleh Zaid ?” tanya Sang Gubernur Dawud.

“Kesalahan Amr adalah karena ia telah mencuri huruf Wawu yang seharusnya itu milik Anda wahai Gubernur. Huruf Wawu yang saharusnya ada dua pada kata Dawud ternyata cuma ada satu, oleh karenanya para ulama Nahwu menugaskan Si Zaid untuk selalu memukul Amr, sebagai hukuman atas perbuatannya itu.” Jawab pimpinan ulama tersebut dengan tegas, sambil mengisyaratkan adanya huruf Wawu di kalimat Amr setelah huruf Ro’ (عمرو).

Mendengar jawaban dari ulama tersebut, Sang Gubernur merasa sangat puas dan memujinya. Kepuasan hati Sang Gubernur membuatnya ingin memberikan hadiah. Ia menawarkan hadiah apa saja yang ulama tersebut inginkan.

Tanpa meminta yang aneh-aneh ulama tersebut berkata: “Aku hanya minta agar para ulama yang Anda penjarakan dibebaskan semuanya”.

Maka Sang Gubernur tanpa ada rasa berat hati mengabulkan permintaannya. Akhirnya para ulama-ulama itu bebas dari penjara. Selain itu para ulama itu diberi hadiah plus uang saku untuk kembali ke negeri mereka. Wallahu’alam

Penulis: Abdul Adzim

Referensi:

✍️ Syaikh Musthofa Luthfi al-Mufaluthiy|An-Nadzirat| Hindawi Foundation, halaman 204.

banner 700x350

No More Posts Available.

No more pages to load.