Habib Ja’far bin Abu Bakar al-Muhdor sampaikan beberapa kiat-kiat dalam mencintai dan meneladani Rasulullah SAW serta bagaimana menjadi orang yang memiliki derajat tinggi di sisi Allah SWT. Kajian tersebut sangat relevan dengan acara yang digelar, yaitu peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, di Ponpes Syaichona Moh. Cholil pada 6 Rabiul Awwal 1446 H atau 9 September 2024 M.
Mencintai Rasulullah SAW
Beliau Habib Ja’far menyampaikan bahwa seseorang akan dikumpulkan bersama orang yang dicintainya, maka seharusnya bagi kita agar mencintai Rasulullah SAW. Hal itu Sebagaimana jawaban Nabi ketika ditanya oleh salah seorang A’rabi yang disampaikan oleh Habib Ja’far berikut ;
“Rasulullah pernah ditanya oleh seorang lelaki, “Kapan hari kiamat itu wahai Rasulullah?” Kemudian Rasulullah menjawab, “Kenapa kamu bertanya kiamat, apakah kamu sudah mempersiapkannya?”, “Tidak ya rasul, saya tidak punya persiapan apa-apa, apalagi dalam ibadah saya, selain cinta kepada Allah dan Rasulullah,” jawab laki-laki itu dengan mantap. Lalu Rasulullah berkata, “Engkau bersama orang yang engkau cintai.”
“Majelis ini menjadi saksi bahwa kita mencintai Rasulullah SAW. Segala ibadah yang kita lakukan adalah cabang dari rasa cinta, jadi cinta kepada Allah dan Rasulullah adalah puncak dari segala ibadah,” ungkapnya
Tanda-tanda Cinta
Kemudian Habib Ja’far juga menyampaikan beberapa tanda-tanda cinta yang dijelaskan dalam kitab Nashoihu al-Ibad, sebagaimana yang telah kami catat berikut ;
1. Lebih memilih perkataan kekasihnya daripada yang lainnya, atau redaksi yang disampaikan Habib Ja’far yaitu :
أن يختار كلام حبيبه على كلام غيره
2. Lebih memilih majelis kekasihnya atau duduk bersama kekasihnya daripada yang lain, atau yang dalam penyampaiannya Habib Ja’far dikatakan
أن يختار مجالسة حبيبه على مجالسة غيره
3. Lebih memilih ridho kekasihnya daripada ridho orang lain, atau yang dalam penyampaian Habib Ja’far yaitu ;
أن يختار رضى حبيبه على رضى غيره
“Jika kita sudah senang pada sesuatu, maka segala sesuatu yang berhubungan dengannya akan kita kenali dan juga kita senangi,” imbuhnya
Dari penyampaian diatas maka sudah sepatutnya kita mencintai Rasulullah SAW, karena Rasulullah adalah sosok yang paling sempurna baik dalam penciptaannya ataupun dalam budi pekertinya. Sebagaimana yang dituturkan oleh Habib Ja’far berikut ;
كان النبي صلى الله عليه وسلم أحسن الناس خلقا وخلقا
Penciptaan dan akhlak Rasulullah adalah yang paling sempurna dan patut menjadi teladan bagi kita, seperti sifat sabar dll.” Tuturnya
Tawadhu’nya Imam Ahmad bin Hambal, Syaikh Abdul Qadir Jailani dan KH. Nawawi Abdul Jalil
Selain itu, Habib Ja’far juga menyampaikan bahwa, orang yang mencari ilmu itu harus tawadhu’, karena diantara adab bagi seorang pencari ilmu adalah mempunyai sifat tawadhu’.
“Syaikh Abdul Qadir Jailani berkata, Aku wusul kepada Allah bukan karena banyaknya sholat, puasa, dan menghidupkan malam. Tapi salah satu dari sebab aku diangkat menjadi wali karna sifat tawadhu’,” ungkap Habib Ja’far.
Beliau mengatakan bahwa salah satu tanda tawadhu’ adalah Hubbul khumul (tidak pernah menampakkan apa yang ada dalam dirinya), sebagaimana kisah Alm. KH. Nawawi Abdul Jalil Sidogiri yang disampaikan oleh Habib Ja’far
“Salah satu sifat tawadhu’nya Kyai Nawawi Abdul Jalil adalah ketika beliau diminta untuk mendoakan, maka beliau selalu menjawab ; jangan meminta doa padaku, doaku tidak mustajab.”
Diasamping itu, Habib Ja’far juga menceritakan kisah seseorang yang minta didoakan kepada Imam Ahmad bin Hambal dengan subtansi yang sama seperti kisah KH. Nawawi Abdul Jalil diatas
“Di zaman Imam Hambali, ada seorang lelaki mempunyai seorang ibu lumpuh sekitar 20 tahun, kemudian oleh sang ibu anaknya disuruh pergi untuk meminta doa pada Imam Hambali untuk mendoakan dirinya agar cepat sembuh dengan perantara doanya,”
“Kemudian lelaki itu berangkat ke rumah Imam Hambali, sesampainya di rumah beliau, lelaki itu menyampaikan niatnya, namun Imam Hambali menolak dengan keras sambil berkata ; untuk urusan doa aku lebih membutuhkan dari pada kamu, doakan aku jangan lupa.”
“Setelah itu orang tersebut pulang dan bertemu seorang lelaki dan berkata ; sudah, kalo sudah begitu kamu sudah didoakan oleh Imam Hambali. Kemudian lelaki itu pulang kerumahnya dan mengetok pintu. Namun alangkah terkejutnya karena yang membuka pintu adalah ibunya yang telah lumpuh selama 20 tahun (sudah sembuh).” Jelas Habib Ja’far.
Kiat-kiat Agar Allah SWT Mengangkat Derajat Kita
Terakhir, beliau menyampaikan beberapa hal yang bisa membuat derajat seseorang diangkat oleh Allah SWT.
“Sepuluh cara agar kita bisa mendapatkan derajat tinggi disisi Allah, dan hal ini sudah biasa dilakukan oleh ulama-ulama terdahulu, yaitu
1. Memperbanyak Shodaqoh (Kasrotu as-Shodaqoh)
2. Memperbanyak membaca Al-Qur’an. Ada yang mengatakan bahwa Syaichona Moh. Cholil menghatamkan al-Qur’an dalam sehari semalam
3. Duduk bersama orang-orang yang bisa membuat ingat kepada Akhirat, karena manusia itu kebanyakan terpengaruh oleh teman duduknya.
4. Silaturahmi, karakter seorang ulama tidak pernah membalas perkataan orang yang mencacinya.
5. Menyambangi orang sakit
6. Jangan terlalu dekat dengan orang kaya, apalagi orang kaya yang menyebabkan kita jauh dari Allah.
7. Perbanyak berfikir urusan akhirat, jangan selalu berfikir lama hidup di dunia.
8. Pendekkan fikiran tentang urusan dunia, yaitu dengan tidak mementingkan dunia, karena Kaya bisa kita temui dalam sifat qona’ah.
9. Banyak diam, Ulama terdahulu memperbanyak diam hanya berkata jika perlu saja.
10. Tawadhu’, Seseorang bisa dikatakan orang alim adalah orang yang mengamalkan ilmunya, karena tawadhu’ sendiri adalah bagian dari ilmu akhlak.
Itulah ringkasan pengajian Habib Ja’far bin Abu Bakar al-Muhdor, ditulis oleh Dewi Masruroh dan disunting oleh Muhammad Fakhrullah. Allhua’lam semoga bermanfaat.