Pekan berikutnya masuk pada bab yang menjelaskan tentang pemahaman suatu ta’bir mengenai hukum-hukum dalam al-Quran
باب. احكام في القرآن عبرة في التعبير
وقال في تفسير قوله تعالى
مَنْ ذَا الَّذِيْ يُقْرِضُ اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضٰعِفَهٗ لَهٗٓ اَضْعَافًا كَثِيْرَةً ۗ وَاللّٰهُ يَقْبِضُ وَيَبْصُۣطُ ۖ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ ﴿البقرة : ۲٤۵﴾
Artinya : Guru kami KH. Maimun Zubair berkata dalam tafsir firman Allah SWT yang artinya “Barangsiapa meminjami Allah SWT dengan pinjaman yang baik maka Allah SWT melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah SWT adalah dzat yang menahan dan melapangkan (rezeki), dan kepada-Nyalah kalian semua dikembalikan.” (QS. Al-Baqarah: 245)
قدم القبض على البسط لعمومه وكونه بين الناس أكثر من البسط، والقبض ابتلاء والبسط امتحان؛ كما في تفسير هذه الآية، ومقام القبض مقدم على مقام البسط، إذ لا يبسط صدر امرئ حق البسط حتى يقبض الله صدره.
Artinya : Allah SWT lebih mendahulukan lafadz Qobad (Menahan) daripada lafadz Bastu (Melapangkan) (dalam urusan rezeki), hal itu karena ditahannya (rezeki) merupakan sesuatu yang umum dan juga karena lebih banyak terjadi pada manusia daripada rasa lapang. Adapun ditahannya (rezeki) itu merupakan cobaan, dan kelapangan (rezeki) itu juga merupakan cobaan sebagaimana tafsir ayat ini. Maqom Qobat (ditahannya rezeki) itu lebih didahulukan daripada maqom Bastu (kelapangan rezeki) karena Allah SWT tidak akan benar-benar memberikan kelapangan terhadap seseorang kecuali Allah SWT (telah) menahan (menyempitkan) dada orang tersebut.
Dari redaksi kitab yang ditulis oleh beliau diatas jelas sekali bahwa Allah SWT lebih mendahulukan orang-orang yang dipersulit urusannya daripada yang diberi lapang, karena Allah SWT tidak akan langsung memberikan kelapangan kepada seseorang kecuali dengan melewati kesusahan, bahkan dalam urusan kewalian
“Ada wali yang jalur walinya lewat jalur miskin, ada wali yang jalur walinya lewat jalur kaya, wali yang miskin biasanya lebih diutamakan dari wali yang kaya. Syarat untuk jadi wali yang tinggi itu biasanya Allah SWT melewatkan wali tersebut lewat maqom Qobat (miskin) terlebih dahulu, baru setelah itu diberi maqom Basat (kekayaan),” ungkap Ra. Ismail.
Beliau menyampaikan bahwa seseorang akan mudah bersyukur jika nikmat yang dirasakan adalah yang jarang didapatkan, karena menurutnya, sesuatu yang biasa didapatkan akan nampak biasa saja.
Hal itu sebagaimana perkataan Nabi Sulaiman tatkala salah satu pegawainya mampu memindahkan kerajaan Ratu Bilqis hanya dalam waktu sekejap mata, kisah tersebut diabadikan dalam al-Qur’an berikut ;
قَالَ ٱلَّذِی عِندَهُۥ عِلۡمࣱ مِّنَ ٱلۡكِتَـٰبِ أَنَا۠ ءَاتِیكَ بِهِۦ قَبۡلَ أَن یَرۡتَدَّ إِلَیۡكَ طَرۡفُكَۚ فَلَمَّا رَءَاهُ مُسۡتَقِرًّا عِندَهُۥ قَالَ هَـٰذَا مِن فَضۡلِ رَبِّی لِیَبۡلُوَنِیۤ ءَأَشۡكُرُ أَمۡ أَكۡفُرُۖ ….. [النمل ٤٠]
Artinya : Seorang yang mempunyai ilmu dari kitab berkata, “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum engkau berkedip.” Maka ketika dia (Sulaiman) melihat singgasana itu terletak di hadapannya, dia pun berkata, “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku akan bersyukur atau akan mengingkari (nikmat-Nya)….”
Ra. Ismail menyampaikan bahwa nama pegawai Nabi Sulaiman yang mampu memindahkan istana Ratu Bilqis dengan sekejap mata itu adalah Asif bin Barhiya, dia seorang laki-laki yang diberi pengetahuan tentang kitab-kitab Allah SWT sehingga mampu melakukan hal tersebut.
Beliau juga menyampaikan bahwa ada sebagian orang yang menganggap kerajaan Nabi Sulaiman dan Ratu Bilqis terletak di Indonesia, mereka beranggapan bahwa nama kota Sleman diambil dari Nama Nabi Sulaiman, sedangkan nama Saba’ (tempat kerajaan Ratu Bilqis) dianggap asal dari nama kota “Sobo” yang kemudian menjadi Wonosobo.
Selain itu, mereka juga beranggapan bahwa nama orang arab tidak ada yang berawalan kata “So/Su” (awal kata nama Nabi Sulaiman) sedangkan nama “So” itu adanya di Jawa seperti Supratman, Soekarno, Soeharto dan lain lain,
Bahkan pegawai Nabi Sulaiman yang bernama “Asif” itu dianggap hanya ada di Jawa yang kemudian menjadi “Asep”.sehingga hal itu menjadi penguat bahwa kerajaan Nabi Sulaiman terletak di Indonesia.
Semua itu menurut Ra. Ismail hanyalah khurofat-khurofat buatan orang-orang tidak jelas. Karena seandainya memang benar kerajaan Nabi Sulaiman terletak di Indonesia maka Baitul Maqdis pasti terletak di Indonesia dan Rasulullah SAW pasti pernah melakukan isra’ ke Indonesia, karena yang membangun Baitul Maqdis adalah Raja Sulaiman.
Dan kenyataannya Baitul Maqdis tidak terletak di Indonesia. Menurut beliau, Kerajaan Nabi Sulaiman ada di Syam, tepatnya di Palestina, sedangkan kerajaan Ratu Bilqis ada di Yaman.
Kemudian beliau juga menceritakan kisah nabi Sulaiman yang kerajaannya dikuasai oleh iblis, hal itu merupakan ujian dari Allah SWT atau yang dalam pembahasan kali ini Nabi Sulaiman sedang berada di Maqom Qobad (kerumitan) sebelum Allah SWT memberikan Maqom Bastu (kelapangan).
Awal mula kejadian tersebut tatkala Nabi Sulaiman masuk ke kamar mandi, ia melepas cincinnya, yang mana cincin tersebut bisa membuat raja Sulaiman bisa menguasai para jin, hewan dan semacamnya.
Akhirnya kerajaan Nabi Sulaiman dikuasai oleh iblis sampai beberapa waktu, sedangkan Nabi Sulaiman tidak bisa berbuat apa-apa, karena cincinnya tidak bisa ia ambil. Setelah itu Nabi Sulaiman berdoa kepada Allah SWT meminta ampun dan meminta agar dikembalikan kerajaannya, hal itu sebagaimana dikisahkan dalam Al-Qur’an berikut :
﴿وَلَقَدۡ فَتَنَّا سُلَیۡمَـٰنَ وَأَلۡقَیۡنَا عَلَىٰ كُرۡسِیِّهِۦ جَسَدࣰا ثُمَّ أَنَابَ ٣٤ قَالَ رَبِّ ٱغۡفِرۡ لِی وَهَبۡ لِی مُلۡكࣰا لَّا یَنۢبَغِی لِأَحَدࣲ مِّنۢ بَعۡدِیۤۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡوَهَّابُ ٣٥﴾ [ص ٣٤-٣٥]
Artinya : Dan sungguh kami telah menguji Sulaiman dan kami menjadikan suatu jasad (yang menyerupainya) di atas kursinya, kemudian dia bertobat. Dia berkata, “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh siapapun setelahku. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Pemberi.”
“Karena nabi Sulaiman berada di maqom Qobad, yaitu maqom yang penuh kesulitan akhirnya berdoa agar diberikan kerajaan yang tidak seorangpun bisa menyamainya setelahnya. Jadi kerajaan sehebat apapun dan sekuat apapun di zaman sekarang tidak bisa menandingi kerajaan Nabi Sulaiman.” Ungkap Ra. Ismail.
Disisi lain, Nabi Sulaiman saat itu sedang lalai kepada Allah SWT sebab mengurus kuda-kudanya yang banyak, kemudian setelah sadar bahwa sedang lalai akhirnya ia bertobat dan menyembelih semua kudanya dan membagi-bagikan daging kuda tersebut kepada rakyatnya.
Setelah Allah menerima taubatnya maka Allah SWT memberinya angin, angin tersebut bisa membawa Nabi Sulaiman dan pegawai-pegawainya untuk melakukan perjalanan.
“Yang awalnya kendaraan nabi Sulaiman berupa kuda kemudian diganti angin, jadi, naiknya pakai alas, kemudian dinaiki, dan kalau Nabi Sulaiman melakukan perjalanan tidak sendirian tapi bersama para menteri-menterinya,” ungkap Ra. Ismail.
“Kadang anginnya nabi Sulaiman pelan dan kadang anginnya cepat, menurut sebagian ulama Allah SWT memberi isyarah bahwa kelak di langit akan ada trefik yang bersifat domestik dan ada yang bersifat internasional, yang domestik adalah angin yang pelan seperti melakukan perjalanan di sekitar Palestina, sedangkan kalau cepat menggunakan rihan Asifa seperti melakukan perjalanan ke luar negri,” imbuhnya
Ringkasnya, Allah SWT ingin memberikan kebahagiaan kepada Nabi Sulaiman, namun untuk memperoleh kebahagiaan tersebut maka harus melewati rasa susah payah terlebih dahulu.
“Semua ini berangkat dari keadaan Nabi Sulaiman yang asalnya qobad dulu tidak langsung jadi raja hebat, karena kalau langsung jadi raja hebat biasanyaa menyebabkan lalai kepada Allah SWT sehingga oleh Allah dikasih cobaan dulu, baru setelah itu diberi Maqom basat. Begitu juga wali wali Allah, sebelum jadi kaya, mereka dibuat miskin dulu,” tutur Ra. Ismail.
Dan menurut beliau, hal itu juga sama dengan jejak Rasulullah SAW, yang mana Rasulullah SAW dalam hidupnya mengalami kesusahan terlebih dahulu, baru setelah itu merasakan kejayaan, sebagaimana ayat ;
أَلَمۡ یَجِدۡكَ یَتِیمࣰا فَـَٔاوَىٰ ٦ وَوَجَدَكَ ضَاۤلࣰّا فَهَدَىٰ ٧ وَوَجَدَكَ عَاۤىِٕلࣰا فَأَغۡنَىٰ٨
Artinya: Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungi(mu). Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.
“Begitulah cara Allah SWT untuk memuliakan hamba hambanya, diberi maqom Qobat dulu baru setelah itu dikasih maqom Basat agar bisa bersyukur ketika diberi oleh Allah SWT.” Tutur KH. Ismail al-Ascholy. Allahu A’lam
Author : Fakhrullah