Kitab Safinah Kalla Saya’lamun Fi Tafsiri Syaikhina Maimun atau yang biasa diringkas Kalla Saya’lamun merupakan kitab karangan KH. Muhammad Ismail al-Ascholy al-Bangkalani, beliau salah satu majelis keluarga PP. Syaichona Moh Cholil, yaitu putra daripada al-Marhumah Nyai Hj. Muthmainnah Aschal.
Adapun nama “Safinah” beliau ittiba’ kepada Habib Salim bin Abdulllah as-Syatiry, yang mana, beliau habib Abdullah juga memberi nama Safinah pada kitab yang disusunnya sewaktu nyantri kepada Sayyid Alawi al-Maliki.
Sedangkan nama “Kalla Saya’lamun” karena KH. Maimun Zubair sering mengulang-ulang lafadz tersebut ketika mengajar dan menjelaskan keajaiban-keajaiban makhluk Allah SWT dalam ayat-ayatnya.
Kitab tersebut berisi tentang beberapa kajian tafsir dan tadabbur daripada gurunya yaitu KH. Maimun Zubair Dahlan, sarang Rembang Jawa Tengah.
Ra. Ismail (Panggilan akrabnya KH. Muhammad Ismail al-Ascholy) Sewaktu nyantri di sarang selalu menulis penjelasan gurunya yaitu KH. Maimun Zubair yang rutin diadakan setiap hari Minggu, adapun kitab yang diajarkan adalah Tafsir Jalalain karya Imam Suyuti dan imam Mahalli
Sebelum wafatnya KH. Maimun Zubair, salah satu khoddamnya meminta Ra. Ismail untuk mengumpulkan tulisan yang telah dicatatnya, dan sekaligus memberinya tambahan keterangan pengajian KH. Maimun yang berbentuk rekaman
Akan tetapi, Ra. Ismail tidak berkenan akan hal itu, karena sebelumnya beliau pernah mendengar bahwa KH. Abdul Ghafur putra KH. Maimun dan KH. Bahaudin Nur Salim telah mengumpulkan tafsirnya KH. Zubair Dahlan dan tafsirnya KH. Maimun Zubair menjadi dua jilid dengan bahasa Indonesia, kitab tersebut diberi judul Tafsir al-Anwar.
Namun, khodamnya KH. Maimun tersebut tak henti-hentinya membujuk Ra. Ismail untuk mengumpulkan tafsirnya KH. Maimun, bahkan sampai memintakan izin sendiri kepada KH. Maimun dan menghaturkan kepadanya bahwa sebagian santrinya ingin mengumpulkan tafsirnya, dan KH. Maimun Zubair pun meridhoinya.
Ketika Ra. Ismail sowan kepada KH. Maimun, khoddam tadi menghaturkan kepada KH. Maimun, “Wahai guru, ini dia orang yang akan mengumpulkan tafsirmu, mau minta izin,” kemudian dijawab oleh KH. Maimun (kira-kira seperti berikut ini jawabannya) “Aku tidak tau apa-apa tentang tafsir kecuali hanya omong-omongan belaka, didalamnya terdapat (kalam) ulama-ulama yang mulia serta memiliki kalam yang kuat,” jawab KH. Maimun sambil tersenyum serta berisyaroh memberi izin
Kemudian Ra. Ismail mengumpulkan hasil catatan tentang tafsir KH. Maimun sewaktu nyantri disana, dan beliau juga menambahkan beberapa faidah dan ta’lik dari beberapa kitab tafsir lain seperti Tafsir al-Qurtubi, Tafsir Ibnu Kasir serta al-Bidayah wa an-Nihayah dan lain-lain sebagai penguat atau perbandingan dengan tafsir KH.maimun.
- Pekan pertama : Alasan Logis Mengapa Manusia Diperintahkan Untuk Belajar al-Qur’an
- Pekan ke dua : Cara Belajarnya Jin Menurut Ra. Ismail
- Pekan ke tiga : Berikut Tafsir Keren Dari KH. Maimun Zubair
Dikisahkan suatu malam salah satu khodam KH. Maimun Zubair seperti biasa memijat beliau, kemudian khoddam tersebut menunjukkan sebagian tafsir karya KH. Ismail al-Ascholy kepadanya.
KH. Maimun Zubair pun membaca dan memperhatikan tulisan-tulisan KH. Ismail tersebut, lalu beliau berkata “Anak Ini adalah orang yang alim, tidakkah engkau melihat ini?” Tuturnya kepada khoddam yang sedang memijat tersebut.
Kembali lagi ke pembahasan kitab tersebut, meskipun KH. Maimun menjelaskan dengan bahasa Jawa, KH. Ismail menulis kitab tersebut dengan bentuk bahasa arab. Setidaknya ada beberapa alasan mendasar tentang penulisan kitab beliau yang menggunakan bahasa arab, diantaranya ;
Yang pertama, alasan beliau menulis dengan bahasa arab karena sebagai sarana latihan dan belajar menulis kalam insya’ sewaktu nyantri di sana
Yang kedua, karena Ra. Ismail berharap bisa mengikuti jejak langkah para ulama salaf dan para guru-gurunya, yang mana mereka semua menulis kitab mereka dengan berbahasa arab meskipun mereka orang ajami, seperti KH. Maimun sendiri, Syeikh Abul Fadhol as-Sanury, Syeikh Hasyim Asy’ari, Syeikh Masduki al-Lasimi serta ulama-ulama lainnya.
Yang ketiga, karena kitab yang berbahasa arab akan dipelajari oleh santri di pondok-pondok pesantren, mereka akan berusaha memahami maknanya satu persatu, dan tidak satupun ditemukan bahasa yang manfaatnya melebihi bahasa arab.
Adapun sistematika penyusunan kitab ini tidak seperti kitab-kitab tafsir biasanya yang tersusun mulai dari awal surah sebagaimana susunan al-Qur’an, kitab ini ditulis dengan menampilkan potongan-potongan ayat yang kemudian disertai penjelasannya.
Dalam keterangannya, jika beliau menulis lafadz (قلتُ) maka itu berati bukan pendapat dari gurunya (KH. Maimun Zubair), kemudian jika menggunakan redaksi(قال في تفسير كذا) maka maksudnya adalah perkataan KH. Maimun Zubair ketika mengisi kajian Hari Ahad bersama santrinya, selanjutnya apabila ada redaksi (وعن قوله تعالى كذا) maka maksudnya adalah KH. Maimun Zubair beristidlal dengan menggunakan ayat tersebut dalam tadabburnya yang disampaikan di beberapa kesempatan saat mengajar atau disaat menyampaikan ceramahnya
- Allah SWT Akan Mengganti Sesuatu Yang Hilang Dengan Yang Lebih Baik
- Kejeniusan Para Ahli Tafsir Dalam Memahami al-Quran
- Naik Haji pakai Pesawat Dalam Kajian Tafsir Al-Qur’an
Dalam kitab Safinah Kalla Saya’lamun ini juga dicantumkan riwayat hidup daripada KH. Maimun Zubair yang ditulis oleh putranya yaitu KH. Muhammad Najih, riwayat tersebut mencakup kehidupan masa kecilnya, nasabnya, rihlah ilmiahnya, murid-muridnya, wasiat-wasiatnya dan masih banyak yang lain.
Kemudian di awal kitab juga terdapat beberapa kata sambutan yang disampaikan oleh para ulama, diantaranya adalah Sayyid Alawi bin Abbas bin Alawi al-Maliki, kemudian kata sambutan dari KH. Muhammad Najih (putra KH. Maimun Zubair), selanjutnya disusul kata sambutan dari Rais Amm PBNU KH. Miftahul Akhyar yang sekaligus merupakan mertua Ra. Ismail, dan yang terakhir adalah kata sambutan dari KH. Zainul Majdi Ketua Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA) yang sebelumnya bernama Ikatan Alumni Al-Azhar Internasional (IAAI)- Indonesia.
Setelah penulisan Kitab Safinah Kalla Saya’lamun tersebut mencapai satu jilid, KH. Maimun Zubair wafat dalam keadaan melakukan ibadah haji, yang kemudian dimakamkan di Makkah berdekatan dengan makam gurunya yaitu Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki dan keluarga-keluarga beliau sehingga buku ini tidak sempat untuk dihaturkan. Allhua’lam, semoga bermanfaat.
Referensi : Safinah Kalla Saya’lamun Fi Tafsiri Syaikhina Maimun (Muqaddimah)
Author : Fakhrullah