Saling Cacimaki Urusan Nasab Adalah Perilaku Orang-orang Jahiliyah

oleh -388 views

Akhir-akhr ini isu seputar nasab masih marak dibicarakan dan diperdebatkan diberbagai social media. Kedua kubu saling beradu argument menguatkan statement yang dilontarkan hingga sumpah serapah dan cacian tidak dapat dielakkan. Miris melihatnya, sesama umat Islam bertikai hanya gara-gara pembenaran Nasab.

Rasulullah ﷺ jauh-jauh hari telah mengingatkan:

«أَرْبَعٌ فِي أُمَّتِي مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ، لَا يَتْرُكُونَهُنَّ: الْفَخْرُ فِي الْأَحْسَابِ، وَالطَّعْنُ فِي الْأَنْسَابِ، وَالْاسْتِسْقَاءُ بِالنُّجُومِ، وَالنِّيَاحَةُ»

“Empat perkara di dalam umatku termasuk perkara jahiliyah, mereka tidak akan meninggalkannya; berbangga dalam kedudukan, celaan terhadap nasab, meminta hujan dengan bintang, dan niyahah.|¹|”. (Hadits diriwayatkan Imam Muslim dalam Bab al-Janaiz dari Abi Malik al-Asy’ariy dan Imam al-Bukhariy dengan redaksi yang berbeda).

Syaikh Muhammad Abdurrauf al-Manawiy dalam kitabnya Faidu al-Qadir menjelaskan makna yang terkandung dalam hadits tersebut:

Yang dimaksud “berbangga dalam kedudukan” adalah:

 الشرف بالآباء والتعاظم بعد مناقبهم ومآثرهم وفضائلهم، وذلك جهل، فلا فخر إلا بالطاعة، و لا عز لأحد إلا بالله. والأحساب جمع حسب وهو ما يعده المرء من الخصال له أو لآبائه من نحو شجاعة، وفصاحة

“Berbangga dengan kemuliaan nenek moyangnya dan saling mengagung-angungkan sejarah hidup, jejak langkah dan keutamaan-keutamaan yang pernah dimilik mereka. Demikian itu sebuah kebodohan, kerena tidak ada suatu yang harus dibanggakan kecuali ketaatan (kepada Allah ﷻ) dan tidak ada kemuliaan bagi seseorang kecuali dengan (dimuliakan) Allah ﷻ.

Sedangkan kata “Ahsab” adalah Jama’ dari kata Husba yang memiliki arti suatu yang diperhitungkan seseorang berupa perilaku baik yang dimiliki semisal pembarani dan kefahisihan.”

Adapun yang maksud “celaan terhadap nasab” adalah:

الوقوع فيها بنحو ذم وعيب : بأن يقدح في نسب أحد من الناس، فيقول ليس هو من ذرية فلان، وذلك يحرم، لأنه هجوم على الغيب، ودخول فيما لا يعني، والأنساب لا تعرف إلا من أهلها. قال ابن عربي : وهذا أمر ينشأ من النفاسة في أنه لا يريد أن يرى أحداً كاملاً، وذلك لنقصانه في نفسه، ولا يزال الناس يتطاعنون في الأنساب ويتلاعنون في الأديان ويتباينون في الأخلاق قسمة العليم الخلاق، قال: ولا أعلم نسباً سلم من الطعن إلا نسب المصطفى

“Suatu yang menimpa pada nasab berupa mencela dan memaki. Gambarannya adalah ketika seseorang mencaci nasab orang lain dengan mengatakan: ‘orang itu bukanlah keturunan dari fulan’. Tindakan ini hukumnya haram karena merupakan penyerangan terhadap hal yang tersembunyi dan masuk pada perbuatan yang tidak berguna. Dan nasab setiap orang hanya diketahui oleh dirinya sendiri. Imam Ibnu A’rabi berkata: ‘bahwa tindakan ini muncul dari arogansi seseorang yang tak mau melihat orang lain sempurna. Hal ini dikarenakan ia memiliki kekurangan dalam dirinya. Manusia selalu terjebak dalam saling tuduh-menuduh nasab, saling melaknat urusan agama dan bertentangan dalam akhlak. Imam Ibnu A’rabi melanjutkan: ‘Saya tidak menemukan satupun nasab yang selamat dari tuduhan apapun kecuali nasab Baginda Nabi ﷺ.” Waallahu ‘Alamu

Niyahah adalah meratap dan kegiatannya adalah menangis disertai mengungkit kebaikan mayit, menyobek baju, dan menjambak rambut, yang menunjukkan ketidak ihlasan keluarga atas kepergian mayit.

Penulis: Abdul Adzim

Referensi:

✍️Syaikh Muhammad Abdurrauf al-Manawiy| Faidu al-Qadir| Daru al-Kutub al-Ilmiyah, juz 1, halaman 570-571.

banner 700x350

No More Posts Available.

No more pages to load.