Minggu (04/08/24) Pengurus Madrosiyah Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil Bangkalan Menggelar Praktek Tajhizul Mayyit dan tata cara menyembelih hewan di desa Pacentan Kec. Tanah Merah Bangkalan. Menurut penuturan Ustad Moh. Tuba, S. Pd. Selaku mentor, Praktek tajhiz mayyit dan penyembelihan hewan ini dilakukan setiap satu tahun sekali yang melibatkan santri kelas tiga Tsanawiyah.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut Ustad Moh. Tuba, S. Pd, selaku Wakil Kepala Madrasah Salafiyah al-Ma’arif, Ust. Ahmad Zahid, Ust. Salman, Ust. Fathurrohman, wali kelas tokoh masyarakat dan masyarakat setempat.
Dalam hasil wawancara kami Ustad Moh. Tuba, S. Pd, menjelaskan latar belakang praktek tajhizul mayyit dan penyembelihan ini di laksanakan diluar pondok pesantren beliau menjelaskan bahwa kegiatan ini sudah dari dulu tapi dilaksanakan di pondok dan ini untuk membekali santri lulusan tsanawiyah yang akan bertugas.
“Sebetulnya kegiatan ini sudah ada sejak lama, tapi dulu hanya tingkat Aliyah saja yang pelaksanaannya dilakukan dipondok, sedangkan praktek yang dilakukan secara komplit sampai proses penguburan itu pertama dilakukan di Masjid Kramat dan pada saat itu yang sering mendampingi adalah KH. Mauridi lalu praktek itu diturunkan ketingkat tsanawiyah karna dulu yang ditugas keluar adalah santri lulusan Tsanawiyah, maka mereka perlu menguasai ilmu kemasyarakatan termasuk Tajhiz mayyit akan tetapi dulu masih belum ada praktek dabihah (penyembelihan) haya tajhiz mayyit saja,” Tutur Ustad Moh. Tuba, S. Pd.
Selain itu beliau juga menyampaikan bahwa kalua pelaksanaan nya di laksanakan dipondok ini tidak maksimal maka Ia menawarkan kepada santri lulusan kelas 3 Tsanawiyah mungkin ada yang berkenan menjadi tuan rumahnya.
“Dan juga sebelumnya pelaksanaan ditaruh didalam pondok didaerah A, Aula dan daerah yang ada dilokasi pondok pesantre tapi karna yang Namanya dipondok itu Ketika ada kegiatan yang tidak biasa itu banyak yang penasaran akhirnya banyak santri-santri yang berkerumun sehingga yang sasarannya adalah anak-anak imni tapi tidak maksimal dikarna kalah dengan santri yang lain. akhirnya kami evaluasi dan kita tawarkan kepada anak-anak imni kelas 3 tsanawiyah mungkin ada yang berkenan menjadi tuan rumah karna diluar itu jauh lebih maksimal,” Imbuhnya
Kemudian beliau juga menyampaikan bahwa ketika pelaksanaan ini berjalan beberapa tahun ada dari salah satu tuan rumah yang menyarankan agar praktek seperti ini tidak hanya melibatkan santri saja tapi juga masyarakat setempat.
“Kemudian setelah pelaksanan beberapa tahun berangkat dari tuan rumahnya itu memberi saran kepada kami, Ia berkata “sayang kalua yang dilibatkan hanya teman teman santri saja mungkin ada baiknya kedepan ini selain santri bertempat diluar masyarakat setempat juga di undang “ dan ini usulan dari tuan rumah tapi saya lupa Namanya karna ini sudah lama akhirnya dari usulan tersebut kita dalam pelaksanaan setiap tahunnya menghimbau kepada teman-teman yang menjadi tuan rumah untuk mengundan para tokoh dan masyarakat setempat,” Jelasnya
Bapak Abd. Rosid selaku tuan rumah menyampaikan sangat bersyukur dengan adanya ini karna bisa menjadi pandangan bagi tokoh dan masyarakat disana.
“Alhamdulillah ini bisa menjadi momen penting umumnya bagi masyarakat khususnya bagi para santeri di Madrasah Miftahul Ulum untuk mengetahui praktek secara langsung dan ini bisa menjadi gambaran bagi para sesepuh disi karna kebanyakan sesepuh itu melakukannya hanya mengikuti sesepuh-sesepuh sebelumnya masih kurang mengetahui praktek yang benar secara kitabnya,”
Reporter: Abdussalam