Etika dan Doa Guru Ketika Hendak Memulai Mengajar Dikelas

oleh -848 views

Dalam Islam guru adalah sosok yang dikaruniai ilmu oleh Allah ﷻ yang dengan ilmunya itu ia menjadi perantara manusia yang lain untuk mendapatkan, memperoleh, serta menuju kebaikan di dunia maupun diakhirat. Selain itu guru tidak hanya bertugas mendidik muridnya agar cerdas secara akademik, tetapi juga guru mendidik muridnya agar cerdas secara spritual yaitu memiliki kepribadian Islam.

Maka dari itu seorang guru harus berusaha ikhlas dalam mengajar, bersih jiwa dan raga, beretika mulia dan tidak lupa mendoakan murid-muridnya agar diberi semangat belajar, meraih ilmu yang manfaat dan barokah serta berharap kelak bisa menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsanya.

Menurut Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari dalam kitabnya Adabu al-Alim wa al-Mutallim mengatakan:

“Di antara etika dianjurkan bagi seorang guru ketika hendak mengajar adalah suci dan bersih dari hadats dan najis, memakai parfum, mengenakan pakaian yang terbaik dan lanyak digunakan orang-orang di zamannya. Semua itu dengan niat mengagungkan ilmu dan menghormati syariat Allah ﷻ serta niat mengajar karena ingin mendekat diri kepada Allah ﷻ, menyebarkan ilmu yang mulia, menghidupkan agama Islam, menyampaikan hukum-hukum Allah ﷻ yang telah diamanahkan kepadanya dan diperintah agar menjelaskannya. Selain itu seorang guru dalam mengajar murid-muridnya juga diharuskan niat mencari tambahan ilmu dengan tampaknya kebenaran saat mengajar dan kembali kepada kebenaran. Niat berkumpul dalam majlis dzikir pada Allah ﷻ, mendoakan dengan ucapan salam kepada saudara sesama orang Islam dan mendoakan para ulama salafus sholihin.

Dan ketika telah keluar dari rumahnya menuju ruang kelas , hendaknya seorang guru berdoa yang pernah diajarkan Nabi ﷺ:

 اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ، أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ، أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ، أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَليَّ، عَزَّ جَارُكَ وَجَلَّ ثَنَاؤُكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ، بِسْمِ اللَّهِ وَبِاللَّهِ، حَسْبِيَ اللَّهُ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ وَلَا حَوْلَ وَلا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ أَلعَلِيِّ العَظِيم، اَللَّهُمَّ ثَبِّتْ جِنَانِيْ وَأَدْرِ اْلحَقَّ عَلىَ لِسَانِيْ

“Dengan nama Allah, aku bertawakal kepada Allah. Ya Allah, aku berlindung dari berbuat sesat atau disesatkan, dari tergelincir atau digelincirkan, dari buat zalim atau dizalimi, dari kebodohan atau dibodohi, sungguh mulia perlindungan-Mu, sungguh agung pujian kepada-Mu, tidak ada tuhan selain Engkau, dan tidak ada Tuhan kecuali Engkau, dengan menyebut nama Allah dengan Allah, cukup Allah sebagai penolongku, aku bertawakkal kepada Allah, dan tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah. Ya Allah, tetapkanlah hatiku dan beritahukan kebenaran atas lisanku.”

Sedangkan dalam Tadzkiratu as-Sami’ wa al-Mutakallim fi Adabu al-Alim wa al-Mutallim karya Syaikh Badruddin Muhammad bin Ibrahim bin Sa’dullah bin Jama’ah al-Kattaniy al-Hamuwiy asy-Syafi’i disebutkan: “Setelah membaca doa di atas, hendak seorang guru perbanyak dzikir kepada Allah ﷻ hingga ia masuk ke dalam kelas. Kemudian mengucapkan salam lalu sholat sunah dua rakaat, memungkinkan dan bukan pada waktu-waktu yang dimakruhkan namun bila tempat mengajarnya di Masjid, maka sangat dianjurkan melakukan sholat tersebut secara mutlak. Setelah itu seorang guru berdoa dan minta pertolongan dan penjagaan kepada Allah ﷻ. Waallahu A’lamu

Penulis: Abdul Adzim

Publisher: Fakhrul

Referensi:

✍️ Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari| Adabu al-Alim wa al-Mutallim| Maktabah at-Turats al-Islami, halaman 71-72.

✍️ Syaikh Badruddin Muhammad bin Ibrahim bin Sa’dullah bin Jama’ah al-Kattaniy al-Hamuwiy asy-Syafi’i| Tadzkiratu as-Sami’ wa al-Mutakallim fi Adabu al-Alim wa al-Mutallim| Daru al-Kutub al-Ilmiyah, halaman 40.

banner 700x350

No More Posts Available.

No more pages to load.