Dalam acara launching Buku Pondhuk Demmangan KH. Syamsuddin selaku pemateri menyampaikan bahwa di salah satu cover kitab Syaicona Moh Cholil terdapat doa yang bisa diamalkan oleh para santri, khususnya ketika ingin muthola’ah suatu kitab
“Saya ingin menghaturkan salah satu tulisan Syaichona Moh Cholil yang berada di salah satu cover kitab beliau, yaitu :
اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد صلى الله عليه وسلم عدد ما كان وما يكون اللهم ارزقني فهم مافي هذا الكتاب بجاه سيدنا محمد صلى الله عليه وسلم وبجاه سيدنا على رضي الله عنه وبجاه المؤلف رحمة الله عليه
Tutur KH. Syamsuddin yang merupakan dzurriyah Syaichona Moh Cholil dari jalur Nyai khatimah yang diperistri KH. Muntaha.
Jika dilihat dari teksnya, doa tersebut merupakan doa saat ingin mempelajari suatu kitab agar ketika belajar menjadi futuh dan mudah memahami pelajaran yang disajikan.
Baca juga : Launching Buku Pondhuk Demmangan
KH. Syamsuddin menyampaikan bahwa terdapat 67 Manuskrip kitab Syaicona Moh Cholil yang ada di tangan beliau, semua manuskrip tersebut rencananya akan ditempatkan di Musium Syaichona Moh Cholil yang sekarang masih berada dalam tahap pengerjaan.
“Saya mohon doanya dalam pengerjaan membuat musium Syaichona Moh Cholil di Bangkalan. Alhamdulillah sekarang sudah 60 % yang akan di tampilkan di musium tersebut, terdapat 67 nama kitab beliau Syaichona Moh Cholil yang mana dari berbagai kitab tersebut beliau banyak menulis riwayat hidupnya, menulis keluarganya, tentang siapa istri-istri beliau, siapa tamu-tamu sitimewa beliau dan semacamnya,” ungkap KH. Syamsuddin.
Beliau mengungkapkan bahwa latar belakang keberadaan 67 manuskrip Syaichona Moh Cholil yang ada di Jengkebuen itu ialah karena dulu Syaichona Moh Cholil memberikan dan memerintahkan menantunya yaitu KH. Muntaha untuk melanjutkan pengajian kitabnya.
“Semua kitab sebanyak 67 itu berada di jengkebuen karena diberikan kepada menantunya KH. Moh Thoha bin kaffal untuk diajarkan kepada santri. Setiap kitab itu ada tulisan min huna Inda Syeikh Muhammad kholil, jadi ada tanda sebelumnya di ajarkan KH. kholil dan dilanjutkan oleh KH. Muntaha,” jelas KH. Syamsuddin.
Selanjutnya, beliau menjelaskan nama Tiemas yang menjadi lembaga pengembangan penulisan karya ilmiah di Ponpes Syaichona Moh Cholil ini, beliau menyampaikan bahwa Tiemas sendiri merupakan nama daripada salah satu putri Syaichona Moh Cholil yang ditulis dalam kitab jurmiahnya.
“Tiemas itu beliau tulis di kitab jurmiahnya, wulidad binti Tiemas, kemudian tanggal bulan dan tahun, ketika di cek di tahun kelahirannya insyaallah Tiemas ini adalah kakak Perempuan KH. Imron,” ungkapnya.
Selain itu, KH. Syamsuddin juga menyampaikan bahwa diantara putra Syaichona Moh Cholil ada yang mondok di Makkah, yaitu KH. Imron dan KH. Hasan.
“Aba saya Kholili ke KH. Imron manggil Syaikhona, KH. Imron mondok di Makkah bersama KH. Hasan, KH.Hasan itu saudara tunggal ayah dengan KH. Imron. Waktu itu ada surat dari KH. Toha ke KH. Imron yang berpesan kepada keduanya yaitu KH. Imron dan KH. Hasan agar jangan suka tidur,” tutur KH. Syamsuddin.
Terakhir, beliau menceritakan tentang KH. Imron yang pada masa awal-awal menikah saat berada di Makkah dikaruniai putri pertama yaitu Nyai Aminah
“KH. Imron bersama istrinya punya putri pertama kali saat berada di Makkah yaitu Nyai Hj. Aminah, dan itu turun ke KH. Fatta seninan Bangkalan. Ada surat dari Makkah yang ditulis oleh KH. romli bin Abu Bakar, beliau dzurriyah KH. As’ad Sokorejo, beliau yang menulis kepada KH. Thoha bahwa KH. Imron sudah punya putri yang bernama Nyai Aminah.” Jelas KH. Syamsuddin.
Author : Fakhrullah