Ayat al-Qur’an Yang Bisa Membuat Kaya Raya

oleh -636 views

Melanjutkan pengajian tafsir sebelumnya yang membahas tentang sholat wustha, beliau menyampaikan bahwa sholat wustha yang dimaksud adalah sholat ashar sebagaimana yang diriwayatkan oleh mayoritas ulama.

“Sholat wustho menurut pendapat yang kuat adalah sholat ashar, sebagaimana diriwayatkan oleh Sayyidah Aisyah dan beberapa sahabat lain, yang mana beliau semua menyaksikan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa sholat wustha adalah sholat ashar, dan orang-orang kafir pada saat itu meyakini bahwa orang Islam sangat bersemangat dalam melaksanakan sholat ashar.” ungkap Ra Ismail.

Menurut beliau, perihal para ulama yang  menyatakan bahwa sholat wustha adalah shalat ashar karena memang harus ikut terhadap riwayat hadis yang jelas, sehingga agama Islam tetap murni bukan hanya mengandalkan logika.

“Agama harus menggunakan riwayat, tidak boleh hanya sekedar logika, jika hanya pakai logika maka yang paling baik adalah sholat subuh karena subuh itu waktunya orang ngantuk dan payah tapi masih mengerjakan sholat, atau juga sholat maghrib karena ditempat manapun sholat yang paling ramai dikerjakan adalah sholat maghrib.”

Baca Juga : Keterangan Lengkap Sholat Wustha Oleh KH. Ismail al-Ascholy

Selanjutnya, beliau membaca redaksi kitab yang menjelaskan rahasia diletakkannya ayat yang menjelaskan tentang perintah untuk menjaga sholat wustha itu sebagai berikut:

قال شيخنا : وهذه الآية وضعت في أثناء آيات تتعلق بمسائل النكاح لأنهما اي الصلاة والنكاح أظهر الشرائع منذ عهد سيدنا آدم الى قيام الساعة وفيها سر آخر

Artinya : Guru kami, KH. Maimun Zubair berkata, “Ayat ini diletakkan ditengah-tengah ayat yang berhubungan dengan masalah-masalah nikah, karena sholat dan nikah merupakan syariat yang paling tampak sejak zaman Nabi Adam AS sampai hari kiamat, dan dalam ayat ini juga terdapat rahasia Allah SWT yang lain.

Maksudnya, alasan ayat Haafidzu, ala as-Sholawati wa as-Sholawati al-Wustha itu diletakkan di tengah-tengah ayat yang membahas tentang masalah nikah karena nikah dan sholat sendiri merupakan dua hal yang pasti ada dari sejak zaman Nabi Adam, sebagaimana diuraikan oleh Ra Ismail sebagai berikut :

“Ada ulama yang mengatakan bahwa al-Qur’an itu adalah kitab Allah yang turunnya munajjam, artinya turunnya berperiode atau acak, bukan turun secara murattab sebagaimana persis yang kita baca hari ini. Jadi kata ulama hal itu tidak ada faidahnya karena bisa jadi ayat di atas turunnya tidak bareng dengan ayat-ayat tentang pernikahan,” jelasnya

“Namun ada sebagian ulama yang menjawab diantaranya Syaikhona KH. Maimun Zubair bahwa hal itu dikarenakan syariat yang berupa sholat dan nikah merupakan syariat yang paling unggul dan yang paling lama tampak dari zaman Nabi Adam As,” imbuhnya.

“Pertama Kali Allah SWT menciptakan Nabi Adam disuruh beribadah, dan cara beribadah para Nabi pasti dengan sholat, Nabi Adam karena bosan sendirian di surga maka diciptakanlah Sayyidah Hawwa’ dan dinikahkanlah mereka dengan mahar membaca sholawat kepada Rasulullah SAW.” Ungkap Ra Ismail ketika menjelaskan faidah peletakan ayat sholat wustha di atas.

Selanjutnya, beliau membaca redaksi berikut :

قلت : وهو أن من تشغله مشاكل النكاح وحقوق الأسرة الزوجية فلا ينبغي أن تعرضه عن حقه مع الله في جميع ذلك، لأن الله ذكر وذكّر أمر الصلاة أثناء تلك الآيات، وعلى مثال ذلك قوله تعالى ( ومن يتق الله يجعل له مخرجا) وهو مذكور أثناء سورة الطلاق. وإنني ولله الحمد توافقت في كشف هذا السر بما ذكره السيد محمد بن علوي المالكي في بعض دروسه كما أخبرني به الأخ مؤيد عن شيخنا عبد الرؤوف ميمون عنه

Artinya : Saya (KH. Ismail) berkata bahwa sesungguhnya orang yang disibukkan dengan masalah-masalah nikah dan urusan rumah tangga hendaknya agar tidak sampai berpaling dari haknya (kewajibannya) di sisi Allah SWT dalam segala urusan di atas, karena Allah SWT telah menyebut dan mengingatkan perintah sholat di tengah-tengah ayat tersebut. Adapun contoh lain daripada ayat tersebut adalah ayat al-Quran yang artinya (Barang siapa yang takut kepada Allah SWT maka Allah SWT akan memberikannya jalan keluar), Ayat itu disebut di tengah-tengah surah talak. Dan segala puji bagi Allah SWT yang telah membuat pendapatku sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki dalam sebagian pengajiannya ketika menjelaskan rahasia ayat ini, hal itu sebagaimana yang disampaikan oleh teman kami Muayyad yang mana beliau dapatkan dari Syaikhona Abdurrauf Maimun dan Syaikhona Abdurrauf dari Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki.

“Yang tidak disebut oleh KH. Maimun Zubair tentang rahasia Allah yang menyelipkan ayat sholat di antara ayat-ayat pernikahan adalah supaya kita tidak terlalu tenggelam dalam permasalahan itu hingga kita melupakan Allah SWT, makanya seakan-akan Allah berkata, “awas jangan lupa sholat meskipun dalam keadaan bertengkar dengan istrinya”.” tutur Ra Ismail ketika menjelaskan redaksi kitab di atas.

Beliau melanjutkan penjelasannya perihal ayat lain yang sama-sama diletakan di tengah-tengah ayat yang tidak ada kaitannya dengan ayat-ayat sebelum dan sesudahnya, hal itu  sebagaimana beliau paparkan :

“Sebagaimana di ayat lain

وَمَن یَتَّقِ ٱللَّهَ یَجۡعَل لَّهُۥ مَخۡرَجࣰا ۝٢ وَیَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَیۡثُ لَا یَحۡتَسِبُۚ

Ayat ini menjadi ayat popoluler karena dipajang dan dibuat story dan semacamnya, diantara faidahnya apabila sering dibaca maka akan banyak rezeki, sampai-sampai ayat ini disebut ayat dirham, dan uniknya ayat ini terletak pas di tengah-tengah ayat talak, karena seperti tadi walaupun sedang ruwet jangan lupa bertakwa kepada Allah SWT.” Jelas Ra Ismail.

Selain itu, beliau juga menyampaikan bahwa ada salah satu kitab tafsir yang juga membahas tentang hubungan antar satu ayat al-Quran dengan ayat yang lain, kitab tersebut adalah Nadzmu al-Durar fi Tanasub al-Ayat wa al-Suwar, Kitab tersebut terdiri dari 24 Jilid yang di susun oleh Imam Ibrahim al-Biqa’i

Beliau juga menuturkan bahwa syekh Mutawwalli as-Sya’rowi ketika menjelaskan tentang peletakan surah al-Lahab yang terletak setelah surah an-Nasr dan kemudian dilanjutkan surah al-Ikhlas merupakan tanda kekuasaan Allah, yang mana dalam surah an-Nasr menjelaskan tentang kemenangan Islam serta orang-orang yang berbondong-bondong masuk Islam, maka kemudian ditampilkanlah surah al-Lahab yang mengisahkan bagaimana pamannya Rasulullah saja dulu tidak sepakat bahkan menentang Rasulullah,

Secara akal jika keluarganya saja  menentang maka apalagi orang luar yang bukan keluarganya, tapi ternyata itu tidak terjadi, bahkan agama ini menjadi semakin besar. Dan ternyata jawaban dari semua itu adalah surah selanjutnya yaitu surah al-Ikhlas, yang mana isinya adalah tentang ke esaan Allah SWT dan kekuasaannya, artinya meskipun Islam dulunya dikira tidak akan besar sebab ditolak oleh keluarganya Rasulullah sendiri ternyata malah sebaliknya, dan semua itu murni atas kekuasaan dan ke esaan Allah SWT

Maka dari itu beliau menyampaikan kepada para santri agar senantiasa bertadabbur tentang ayat-ayat al-Qur’an

“Al-Qur’an itu indah, jangan hanya dibaca biasa, sambil dipikir tapi jangan menafsiri, kalau niat menafsiri maka siap- siap masuk neraka, tapi hendaknya bertadabbur saja sebagaimana Allah SWT berfirman :

أَفَلَا یَتَدَبَّرُونَ ٱلۡقُرۡءَانَ أَمۡ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقۡفَالُهَاۤ

Artinya: Maka apakah mereka tidak bertadabbur dengan al-Quran ataukah hati mereka terkunci.” Tutur Ra Ismail.

Author : Fakhrullah

Sumber : Pengajian Minggu pertama kitab Safinah Kalla Saya’lamun yang diasuh oleh KH. Ismail al-Ascholy Tahun ajar 2024-2025 M.

banner 700x350

No More Posts Available.

No more pages to load.