Diantara kebiasaan mulia para ulama terdahulu khususnya para ulama sufi adalah menyembunyikan nasab mulia mereka hanya demi menjauh dari popularitas diri bahkan ada yang sengaja membakar silsilah keturunan mereka khawatir anak keturunan mereka membangga-banggakan nasabnya.
Salah satu dari para ulama itu adalah Sulthonul Aliya’ Syaikh Abdul Qadir al-Jailani.
Ibnu al-Futhiy (w. 723 h) dalam karya Majmu’ al-Adab mengatakan:
رأيت نسبه متصلا بالحسن بن علي بن أبي طالب، لكن الشيخ محيي الدين لم يكن يعتد به، وكان يمنع أولاده من التلفظ به،
Aku pernah melihat (membaca) nasab beliau bersambung dengan Sayyidina Hasan bin Ali bin Abi Thalib Karamallahu Wajjah, tetapi Syaikh Muhyiddin (Syaikh Abdul Qadir al-Jailani) tidak pernah menanggapinya dan beliau melarang putra-putra beliau membicarakan tentang nasab itu.
Berkaitan dengan hal ini Qadhi al-Qudhah Imaduddin Nashir bin Abdurrazaq (cucu Syaikh Abdul Qadir al-Jailani) berkata:
نحن من أولاد خير الحسنين # من به أصلــــــــح بين الفئتين
يشبه المختــــار في أعلاه إذ # كان أدناه شبيها بالحســـــــين
ســـــــــــــر كتمان أبينا أصله # انه قـــــــــــال بأن الفقر زيني
Kami adalah anak keturunan orang baik di antara dua kebaikan, yaitu orang yang mampu mendamaikan dua kubu (yang bertikai).
Ia menyerupai al-Mukhtar (Nabi Muhammad ﷺ) dalam ketinggian derajatnya, karena di bawahnya disamakan dengan Sayyidana Husain
Ayahkan kami menyembunyikan asal usul keturunannya, beliau berkata bahwa Fakir (Zuhud) adalah hiasanku. Waallahu A’lamu
Penulis: Abdul Adzim
Publisher: Fakhrul
✍️ Syaikh Jamaluddin Abi Hamid Muhammad bin Ali al-Mahmudiy Ibnu ash-Shabuniy| Takmilatu Ikmalu al-Akmal| al-Majmu’ al-Ilmiy al-Iraqiy, halaman 371.
✍️ Ad-Duktur as-Sayyid Abdurrahman bin Amjid Qarjan ar-Rifa’i al-Husainiy az-Zar’iniy| At-Tahqiq al-Jailaniy Dirasati Mukhtashirah li Nasabi asy-Syaikh Abdul Qadir al-Jailaniy| Daru al-Kitab ats-Staqafiy, halaman 44.