Teruslah Menulis Jangan Pernah Berhenti

oleh -1,461 views

Syaichona.net- Menulis adalah mengolah bahan mentah berupa inspirasi yang diperoleh dari peristiwa menjadi masakan lezat untuk bisa dinikmati semua pembacanya.

Menulis tidak memilih usia tua dan muda, tanpa ada sekat kasta sahaya dan yang mulia, maka teruslah menulis tanpa henti hingga kematian menagih janji.

Manfaat menulis tanpa ada batas ruang dan waktu, dinikmati lintas generasi.

Syaikh Abu al-Hasan Ali bin Abdurrahman bin Hudail seorang ulama abad kedelapan Hijriyah dalam karyanya “Ainu al-Adab wa as-Siyasah wa Zainu al-Hasab wa ar-Riyasah” mengatakan:

فإن التأليف غير موقوف على زمان ، والتصنيف ليس بمقصور على أوان لكنها صناعة ربما قصرت فيها سوابق الأفهام، وسبيل ربما حادت عنها أقدام الأوهام قال بعض الحكماء : لكل شيء صناعة ، وصناعة التأليف صناعة العقل

Menulis tidak tersekat oleh waktu dan tidak terbatas oleh zaman tetapi menulis adalah sebuah maha karya. Meski terkadang karya tulisan terhenti oleh imajinasi yang gagal dan derap langkah ilusi yang menyimpang. Sebagian orang bijak berkata: “Segala sesuatu mempunyai industri (pengolahan bahan baku) dan industri penulisan adalah industri inspirasi (pikiran)”.

Abu Ustman Amr bin Bahar al-Jahhad mengakatakan:

لولا تفسير العلماء ونقلهم آثار الأوائل في الصحف ، لبطل أول العلم وضاع آخره ، ولذلك قيل ، لا يزال الناس بخير ما بقي الأول حتى يتعلم الآخر

Seandainya bukan kerena tafsir para ulama dan kutipan mereka terhadap penemuan orang-orang sebelumnya dalam beberapa manuskrip, niscaya awal mula ilmu pengetahuan akan ditolak dan akhirnya akan hilang. Oleh karena itu dikatakan: “Manusia akan terus berada dalam kebaikan, selama peninggalan orang yang pertama masih tetap abadi sampai orang yang datang kemudian (akhir) mempelajarinya.

Baca Juga :

Abu Hasan bin Faris, penulia kitab “Mujmal al-Lughah menambahakan:

 لو اقتصر الناس على كتب القدماء ، لضاع علم كثير ، ولذهب أدب غزير ، ولضلت أفهام ثاقبة ولكلت ألسنة لسنة ، ولمجت الأسماع كل مردد ولفظت القلوب كل مرجع

Jika manusia membatasi diri pada kitab-kitab terdahulu, maka banyak ilmu pengetahuan yang akan hilang, kesusastraan yang melimpah akan sirnah, pemikiran-pemikiran yang cemerlang akan punah, lisan-lisan yang cakap bicara akan lelah, setiap pendengaran akan mencampakkan segala yang didistorsi, segenap kalbu akan menolak semua referensi.

Seorang pujangga yang bernama Abu al-Fath Ali bin Muhammad al-Katib al-Bastiy (W. 400 H) berkata:

إذا تحدثت في قـــــــــــوم لتؤنسهم •

من الحــــــــــديث بما مضى وما يأتي

فلا تعاود حـــــــــــــــديثاً إن طبعهم •

موكل بمعاداة المعـــــــــــــــــــــــادات

Jika Anda berbicara dengan suatu kaum agar membuat mereka simpati

Bicaralah tentang suatu yang sudah lampau dan suatu yang baru

Maka janganlah Anda membiasakan diri mengulang-ngulang lagi pembicaraan Anda, kerena tabiat mereka

Lebih senang mendengarkan pembicaraan yang bervariasi dan berganti-ganti.

Penulis : Abdul Adzim 

Publisher : Fakhrul

Referensi:

✍️ Syaikh Abu al-Hasan Ali bin Abdurrahman bin Hudail| Ainu al-Adab wa as-Siyasah wa Zainu al-Hasab wa ar-Riyasah| Daru al-Kutub al-Ilmiyah, halaman 8.

banner 700x350

No More Posts Available.

No more pages to load.