KH. Ismail al-Ascholy atau yang kerap di sapa Ra. Ismail dalam pengajian kitab Tafsirnya memaparkan salah satu Nadhom karyanya ketika menjelaskan tentang ayat Al-Qur’an berikut :
حٰفِظُوْا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَوٰةِ الْوُسْطَى وَقُوْمُوْا لِلّٰهِ قٰنِتِيْنَ
Artinya : Peliharalah semua shalatmu, dan peliharalah shalat wustha. Berdirilah untuk Allah dalam shalatmu dengan khusyu’.
Menurut beliau, ayat ini mengandung banyak asumsi perihal sholat Wustha di atas, karena al-Qur’an tidak menyebut secara spesifik apa itu sholat Wustha. Oleh karena itu, beliau menjelaskannya dalam bentuk nadzom sebagai berikut :
الْحَمْدُ للهِ الْعَلِيِّ وَكَفَى # صَلَّى عَلَى خَيْرِ النَّبِيِّ الْمُصْطَفَى
Segala puji bagi Allah SWT yang maha luhur dan dzat yang mencukupi, Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi terbaik yang menjadi pilihan
فَالنَّظْمُ حَلُّ عُقْدَةِ الْمُغَطَّى # فِيْ كَشْفِ مَا هِيَ الصَّلَاةُ الْوُسْطَى
Nadzom ini bernama “Hallu uqdatil mughotto fi kasyfi ma hiya as-sholatul wustho”
الأَوْسَطُ التَّفْضِيلُ تَذْكِيرٌ لَهَا # وَأَوْسَطُ الْأَشْيَاءِ قُلْ أََعْدَلُهَا
Lafadz Ausat maknanya adalah yang paling unggul, berbentuk Mudzakkar dari kata Wustha (Muannas), dan paling tengahnya sesuatu adalah yang paling adil
قَدْ فَرَضَ اللّٰهُ عَلَيْنَا وَتْرَا # مِنَ الصَّلَاةِ فِيْ حَدِيْثِ الْإِسْرَا
Allah SWT telah mewajibkan kepada kita sholat yang ganjil dari kejadian Isra’ Mi’rajnya Nabi Muhammad SAW
يَنْقُصُ فِيْ عِدَّتِهِ عَنْ سَبْعَةِ # زادَ عَلَى ثَلاثَةٍ مَعْدُودَةِ
Banyaknya sholat ganjil tersebut tidak sampai tujuh, namun lebih dari tiga
وَلَمْ يَكُنْ فِيْ الشَّفْعِ أَوْسَطٌ وَهُو # خَمْسٌ وَلَا شِبُهَ لِمَنْ يَنْتَبِهُ
Dan dalam hitungan genap tidak ada tengahnya, maka sholat ganjil itu berati lima sholat, dan tidak ada kesamaran bagi orang yang memperhatikan
فَاخْتُلِفَ الْوُسْطَى مِنَ الصَّلَاةِ # إذ أَبْهَمَ الْقُرْآنُ لِلصَّفَاتِ
Terjadi perkhilafan pada sholat Wustha, karena al-Qur’an menyamarkan ciri-cirinya
فَقِيْلَ صُبْحٌ أَوْ عِشَا أو ظُهْرُ # وَقِيْلَ مَغْرِبٌ وَقِيْلَ عَصْرُ
Ada yang mengatakan itu adalah sholat Subuh, atau sholat Isya, atau sholat Dhuhur, atau sholat Maghrib, dan ada juga yang mengatakan itu adalah sholat Asar
ْوَقِيْلَ جُمْعَةٌ وَقِيْلَ الْفَجْرُ مَعْ # عَتَمَةٍ أَوْ هُوَ مَعْ عَصْرٍ وَقَع
Ada lagi yang mengatakan itu adalah sholat Jum’at, kemudian ada lagi yang mengatakan itu adalah sholat Subuh serta sholat Isyanya atau sholat Subuh serta sholat Asarnya.
وَقِيْلَ كُلٌّ قِيْلَ لَا تَعْبِيْنَا # فَهَاكَ بَعْدَ حِفْظِهَا تَبْيِيْنَا
Ada yang mengatakan semua sholat, dan ada yang mengatakan tidak tertentu. Setelah menghafal perkhilafan ini maka pahamilah alasannya !
ثُمَّ الْعَجِيْبُ كُلُّ أَفْرَادِ الصَّلَاة # الْخَمْسِ أَوْسَطٌ فَهَلْ كُنْتَ تَرَاه ؟
Kemudian yang menakjubkan lagi bahwa semua sholat lima waktu itu memiliki sisi tengahnya masing-masing, tidakkah engkau menyadarinya ?
فَالصُّبْحُ أَوْسَطُ صَلَاتَيْ جَهْرٍ # وَمَا يُصَلُّونَهُمَا بِالسِّرِ
Sholat Subuh adalah pertengahan dua sholat jahar (Maghrib & Isya) dan dua sholat Sir (Dhuhur & Asar)
ثُمَّ الْعِشَاءُ بَيْنَ مَا لَمْ تُقْصَرَا # وَالظَّهْرُ وَسْطٌ لِلنَّهَارِ قَدْ جَرَى
Kemudian Isya adalah pertengahan antara dua sholat yang sama-sama tidak bisa di qosor (yaitu Maghrib dan Subuh), sedangkan Dhuhur adalah pertengahan siang hari
وَالْمَغْرِبُ الْأَوْسَطُ فِي التَّعْدِيدِ # مِنْ رَكْعَةٍ لَا نَقْصِ أَوْ مَزِيدِ
Kemudian Maghrib adalah pertengahan antara hitungan rakaat sholat yang tidak sedikit (2 rokaat) dan juga tidak banyak (4 rokaat), berati (3 rokaat)
وَالْعَصْرُ بَعْدَهَا صَلَا تَا لَيْلَةِ # وَعَنْ صَلَاتَيِ النَّهَارِ تَلَتِ
Kemudian sholat Asar adalah pertengahan antara dua sholat malam (Maghrib & Isya) dan dua sholat siang (Subuh & Dhuhur)
وَإِنَّمَا الْوُسْطَى تَكُونُ جُمْعَةْ # لِلْعِيْدِ وَالخُطْبَةِ وَالْجَمَاعَةْ
Kemudian yang menganggap sholat Wustha adalah sholat Jum’at dikarenakan dianggap hari rayanya orang islam, karena ada khutbahnya dan karena harus dikerjakan berjamaah
وَوَجْهُ فَجْرِ مَعْ عِشَاءٍ إِِذْ هُمَا # أَحْيَى جَمِيعَ اللَّيْلِ قَائِمُوهُمَا
Adapun yang mengatakan itu adalah sholat Subuh serta sholat Isyanya dikarenakan seseorang akan dianggap menghidupkan malamnya dengan ibadah jika melaksanakan dua sholat tersebut
وَالْفَجْرُ مَعْ عَصْرِ تَعَاقُبُ الْمَلَكْ # لَيْلاً نَهَارًا فِيْهِمَا مَدَى الْفَلَك
Sedangkan yang mengatakan itu adalah sholat Subuh serta sholat Asarnya dikarenakan pada dua waktu itu Malaikat siang dan Malaikat malam bergantian sepanjang waktu
كَذَاكَ (سَبِّحْ) وَاسْتَمِرْ مُنتَبِهَا #( قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ) زِدْ (غُرُوبِهَا)
Begitu juga karena ada ayat al-Quran yang artinya “Sholatlah sebelum terbitnya matahari dan sebelum terbenamnya”
وَقَوْلُ ( كُلُّ ) أَنَّ فِي اللوَاتِي # لَهَا اشْتِرَاكُ الْفَرْضِ وَالنفلَاتِ
Kemudian qoul yang mengatakan bahwa sholat Wustha adalah semua sholat fardu dikarenakan sesungguhnya sholat itu mencakup sholat fardhu dan sholat Sunnah…(lanjut nadhom selanjutnya)
مِنْ (حَافِظُوْا عَلَى الصَّلٰوٰاتِ) تُخَصْ # بِالْفَرْضِ فِيْ الْوُسْطَى كَمَا فِي ذَاكَ نَصْ
(Kelanjutan Nadhom sebelumnya)…Dengan melihat terhadap Ayat al-Quran yang artinya “Jagalah sholat-sholat kalian”, ayat itu mencakup semua sholat fardhu dan sholat sunnah, sedangkan sholat Wustha itu khusus sholat fardhu saja, sebagaimana nas al-Qur’an di atas
وَكَانَ فِيْ الْإِِبْهَامِ أَسْرَارٌ كَمَا # فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ لِكَيْ نَغْتَنِمَا
Dan samarnya sholat Wustha tersebut memiliki banyak rahasia-rahasia yang terpendam di dalamnya sebagaimana malam Lailatul Qadar suapaya kita berusaha meraihnya
وَلَكِنِ الْمُخْتَارُ أَنَّهَا تَقَعْ # عَصْرًا لِأَخْبَارِ النَّبِيِّ الْمُتَّبَعْ
Akan tetapi menurut qaul Mukhtar sholat Wustha tersebut adalah sholat Asar dikarenakan ada hadis Nabi Muhammad SAW yang mendukungnya
تَمَّتْ بِحَمْدِ اللّٰهِ جَلَّ الْمُعْتَلِي # سُبْحَانَهُ مَنْظُومَةُ ابْنِ الْعَسْخَلِي
Telah sempurna Nadhom Ibnu Ascholy (KH. Ismail al-Ascholy) dengan memuji Allah SWT.
In kana huna shohihun fahuwa bifadlilllah, wa in kana huna khoto’un fahuwa bidzo’fi fahmil mutarjim al-Faqir Fakhrullah.