Alasan Mengapa Perempuan Sulit Untuk Dipahami

oleh -3,813 views

Pekan ke enam KH. Ismail al-Ascholy menjelaskan ayat berikut :

وعن قوله تعالى

وَالْجِبَالَ أَوْتَادًا

Artinya: Dan gunung-gunung sebagai pasak

وقال في سنده في رواية كتاب رسالة المعاونة وتوفي رحمه الله تعالى في عشية يوم الثلاثاء سابع ذي القعدة من عام ى (۱۱۳۲) هـ)، ومن أثر تاريخ وفاته أن كان من مبارز ما دل على عظمة ذكرى وفاته. وكذا كثيرا ما من علمائنا كان يوم وفاتهم موافقاً ليوم وفاة المؤلف، وهو يوم الثلاثاء، فكانت عادة التلقي والإلقاء فيما يتعلق بتدرس علوم الدين يتعطل في ذلك اليوم كما هو معروف لدينا. ويوم الثلاثاء يوم خلق الله فيه الجبال التي هي أوتاد للأرض لتسكن ولا تميل بأهلها، كما قال تعالى في سورة النبأ:( والجبال أوتادا ). وفي وفاة العلماء شيء يقال له إذا مات العالم ذهب ثلثا العلم، فليتنبه في مثل هذه الخصلة

Artinya : Syeikh Maimun Zubair berkata dalam sanad kitab Risalatul Mu’awwanah karya Sayyid Abdullah bin Alawi al-Haddad bahwasanya Sayyid Abdullah bin Alawi al-Haddad wafat pada malam hari Selasa tanggal tujuh Dzulqo’dah tahun 1132 H. Dan sejarah wafatnya Sayyid Abdullah bin Alawi al-Haddad termasuk salah satu bukti yang menunjukkan akan keagungan beliau. Begitu juga banyak ulama-ulama kita yang hari wafatnya bertepatan dengan hari wafatnya Sayyid Abdullah bin Alawi al-Haddad yaitu hari Selasa, maka kebiasaan belajar mengajar ilmu agama diliburkan di hari tersebut sebagaimana telah kita ketahui bersama. Hari Selasa adalah hari dimana Allah SWT menciptakan gunung-gunung yang mana gunung-gunung tersebut menjadi pasak terhadap bumi suapaya menjadi kuat dan tidak goyah, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat an-Naba yang artinya “Dan gunung-gunung sebagai pasak.” Dalam wafatnya ulama ada yang mengatakan bahwa ketika seorang alim itu wafat maka akan hilang dua pertiganya ilmu, maka waspadalah akan hal ini.

Dari redaksi diatas beliau menyimpulkan bahwa gunung merupakan perumpamaan dari ulama yang apabila gunung-gunung tersebut masih banyak maka kiamat bisa dibilang masih lama, begitu juga sebaliknya, semakin gunung-gunung itu habis maka itu menunjukkan bahwa kiamat semakin dekat.

“Semakin banyak gunung di suatu tempat maka akan semakin minim terjadi gempa, makanya ciri utama kiamat adalah dihancurkannya gunung-gunung seperti ayat :

وَسُیِّرَتِ ٱلۡجِبَالُ فَكَانَتۡ سَرَابًا

وَبُسَّتِ ٱلۡجِبَالُ بَسࣰّا ۝٥ فَكَانَتۡ هَبَاۤءࣰ مُّنۢبَثࣰّا ۝٦

لَّا تَرَىٰ فِیهَا عِوَجࣰا وَلَاۤ أَمۡتࣰا

“…Itu menunjukkan bahwa kiamat terjadi ketika gunung sudah tidak ada, maka ketika banyak gunung pertanda amannya tempat tersebut dari bencana-bencana.” Tutur beliau.

Adapun maksud dari sanad KH. Maimun Zubair perihal wafatnya Sayyid Abdullah bin Alawi al-Haddad pada hari Selasa di atas merupakan tulisan beliau ketika memberikan sanad kitab Risalatul Mu’awwanah sebagaimana dijelaskan oleh Ra. Ismail sebagai berikut ;

“Termasuk kebiasaan ulama dahulu ketika sudah hatam satu kitab maka akan memberikan sanad-sanadnya kepada muridnya. Tradisi sanad tersebut dari masa Rasulullah SAW sebagaimana dikatakan oleh para ulama diantaranya Ibnu Mubarok yang berkata :

إن الإسناد من الدين، ولولا الإسناد لقال من شاء ما شاء

Artinya: Sesungguhnya sanad itu adalah bagian daripada agama, seandainya bukan karena sanad maka orang-orang akan berkata sesuka hatinya.” Ungkap Ra. Ismail.

Kemudian beliau menjelaskan salah satu lafadz yang secara tekstual menyalahi kaidah Shorrof, yaitu lafadz يتعطل yang seharusnya تتعطل, namun hal itu rupanya diperbolehkan dengan alasan-alasan yang dipaparkan oleh Ra. Ismail sebagai berikut ;

“Adapaun lafad يتعطل harusnya pakai ta‘ menjadi تتعطل, berhubung kata عادة jika dibuang tidak merubah makna, maka boleh kita menggunakan mudzakkar di khobarnya kembali kepada muannas di mudhofnya sehingga mudhofnya dibuang berdasarkan bait Alfiah yang berbunyi :

وربما أكسب ثان أولًا # تأنيثًا إن كان لحذف مُوهَلًا

Selain itu, Ra. Ismail juga mengartikan bait Alfiah tersebut dengan makna lain, sebagaimana Syaikhona Moh Kholil dulu ketika ditanya perihal hukum makan memakai sendok juga dijawab dengan bait Alfiah Ibnu malik.

“Nadzom tersebut bisa keluar dari ilmu nahwu dengan arti : kadang orang kedua bisa mencarikan istri untuk yang pertama, junior mencarikan istri untuk seniornya, murid mencarikan istri untuk ustadnya.” Tutur Ra. Ismail dengan kecerdasannya.

Beliau juga menyampaikan alasan mengapa wafatnya ulama dianggap sebagai tanda-tanda dekatnya hari kiamat, simak penjelasannya sebagai berikut ;

“Ketika Ulama hilang maka beberapa keilmuan juga hilang ikut dengan ulama tersebut karena tidak semua ulama menulis semua pendapatnya dalam satu kitab, dan kadang ketika ulama menulis dalam suatu kitab itu tidak mewakili seluruh keilmuan ulama tersebut, itu hanya beberapa persen yang dimiliki olehnya.” Ungkap beliau.

Kemudian beliau menjelaskan redaksi berikut ;

 :قال في تفسير قوله تعالى

وحفظوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلوةِ الْوُسْطَى وَقُومُوا لِلَّهِ قَنتينَ

الصلاة الوسطى كما في الجلالين هي: العصر أو الصبح أو الظهر أو غيرها

Artinya : Syaikhuna Maimun Zubair ketika menafsiri ayat al-Qur’an yang artinya “Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’.” Beliau berkata “Sholat wustho itu sebagaimana dalam kitab tafsir jalalain adalah sholat Ashar, atau subuh, atau Dhuhur atau juga selainnya.”

أقول فالعصر : لاجتماع ملائكة الليل والنهار في هذا الوقت. والصبح عند الشافعي لحديث: بورك لأمتي في بكورها، ولقوله: وَقُومُوا لله قنتين، ولا قنوت في الصلاة إلا الصبح. والظهر لأن وسط الساعة في اليوم والليلة هو وقت الظهر، أو لأنه أول صلاة ظهرت في الإسلام

والمغرب لسر يكون في وقته الذي هو : أكثر الوقوت عمارة بأداء الصلاة وحضور المصلين لاسيما في جاوة، فان أكثر صلاة يصليها المصلي جماعة هي المغرب ولا يكون ذلك إلا لسر فيه. وأما العشاء فلحديث: أصعب الصلاة على المنافق هو العشاء

Artinya : Aku berkata (KH. Ismail) bahwa sholat wustho yang dianggap sholat Asar itu dikarenakan berkumpulnya Malaikat siang dan Malaikat malam pada waktu itu. Sedangkan yang dianggap itu sholat subuh menurut Imam Syafi’i karena ada hadis yang artinya “Umatku diberkahi pada saat waktu pagi.” Dan juga alasan Imam Syafi’i menganggap sholat wustho itu adalah sholat Subuh dikarenakan ada ayat al-Quran yang berbunyi وَقُومُوا لِلَّهِ قَنتينَ, (menurut Imam Syafi’i arti potongan ayat tersebut adalah “Berdirilah untuk Allah dalam shalatmu dengan qunut”), dan tidak ada sholat yang ada qunutnya kecuali sholat Subuh. Kemudian yang mengatakan itu adalah sholat Dhuhur dikarenakan pertengahan siang dan malam hari adalah waktu Dhuhur, atau juga karena waktu Dhuhur adalah awal sholat yang nampak dalam Islam. Kemudian yang mengatakan itu adalah sholat Maghrib dikarenakan ada suatu rahasia pada waktu itu, yaitu waktu yang paling ramai orang-orang melaksanakan sholat serta paling banyaknya orang-orang yang datang untuk melaksanakan sholat, terlebih di Jawa, karena paling banyaknya jama’ah sholat itu pada saat sholat Maghrib, dan hal itu tidak akan terjadi kecuali karena ada rahasia di dalamnya. Sedangkan yang mengatakan itu adalah sholat Isya dikarenakan ada hadis yang artinya “Paling beratnya sholat bagi orang munafiq adalah sholat Isya.”

Menurut Ra. Ismail, dari perkhilafan tentang sholat Wustha di atas yang paling kuat adalah sholat Asar, karena bertendensi terhadap salah satu hadis Sayyidah Aisyah yang oleh beliau paparkan sebagai berikut ;

“Semua qoul tentang sholat Wustha yang paling mendekati benar adalah sholat Asar, karena berdasarkan hadis dari Sayyidah Aisyah yang menceritakan bahwasanya Rasulullah saat berperang, musuh-musuhnya tidak akan ada yang menyerang kecuali menunggu tiba sholat Asar, karena menurut orang kafir, orang Islam itu sangat khusyu’ sholatnya kalau sholat Asar.” Ungkap beliau.

Menurut Ra. Ismail, perihal beratnya melaksanakan sholat Isya yang dijadikan sebagai tanda orang munafik karena dahulu ketika masuk waktu Isya Nabi tidak langsung sholat, akan tetapi terkadang melaksanakannya tengah malam bahkan sampai dini hari, sedangkan para sahabat saat itu menunggu untuk sholat berjamaah bersama Rasulullah SAW mulai awal waktu Isya, maka dari itu akan tampak bahwa sahabat yang tidak sabar menunggu Rasulullah SAW akan dianggap orang munafik.

“Dahulu, kalau sholat Isya, Nabi kadang datang di awal waktu, namun juga kadang malam, dan para sahabat harus menunggu, tidak ada yang berani menggantikan beliau menjadi imam, sehingga di waktu Isya itu banyak hadis yang menunjukkan bahwa Nabi kalau sholat Isya sering di pertengahan malam. Akhirnya sahabat yang tidak sabar akan malaksanakan sholat di rumahnya. Karena Rasulullah SAW menandai orang yang benar-benar mukmin dengan sholat berjamaah dan orang-orang yang munafik dengan yang tidak mau sholat berjamaah.” Jelas beliau.

Dan dari kejadian tersebut muncul hukum-hukum baru dalam fiqih, seperti misalnya orang yang tidur dalam keadaan duduk maka tidak membatalkan wudhu, karena saat itu sahabat Nabi yang menunggu sholat Isya sampai tidur tidak berwudhu lagi jika tidurnya sambil duduk.

“Orang yang benar-benar mukmin akan menunggu Rasulullah SAW untuk sholat berjamaah, jadi mereka datang ke masjid, kemudian karena Nabi masih lama, mereka ada yang tidur sambil duduk, lalu ketika Nabi sudah datang mereka bangun. Dari kejadian tersebut muncul hukum fiqih yang apabila orang tidur duduk maka tidak batal wudhunya, karena saat itu ketika Nabi datang mereka langsung sholat tidak perlu berwudhu lagi.” Imbuh Ra. Ismail.

Selain itu, Ra. Ismail juga menyampaikan bahwa pada saat menunggu sholat Isya bersama Rasulullah SAW para sahabat tidak berani bersuara karena ada firman Allah SWT yang berbunyi :

یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ لَا تَرۡفَعُوۤا۟ أَصۡوَ ٰ⁠تَكُمۡ فَوۡقَ صَوۡتِ ٱلنَّبِیِّ وَلَا تَجۡهَرُوا۟ لَهُۥ بِٱلۡقَوۡلِ كَجَهۡرِ بَعۡضِكُمۡ لِبَعۡضٍ أَن تَحۡبَطَ أَعۡمَـٰلُكُمۡ وَأَنتُمۡ لَا تَشۡعُرُونَ

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap yang lain, nanti (pahala) segala amalmu bisa terhapus sedangkan kamu tidak menyadari.

Terakhir, beliau menceritakan peristiwa dimana Rasulullah SAW mengisi ceramah untuk para sahabat full sehari semalam. Pada saat itu hanya di selai dengan sholat maktubah saja, dan yang banyak dibahas adalah perihal fitnahnya perempuan. Sebagaimana beliau uraikan berikut ;

“Di suatu hari Rasulullah SAW pernah dari Subuh ngimami sholat kemudian setelah sholat berkhutbah menyampaikan cerita-cerita, sampai terbitnya matahari belum selesai, kemudian sampai masuk waktu Dhuhur lalu sholat Dhuhur. Setelah sholat Dhuhur lanjut khutbah lagi, sampai Asar, dari Asar sampai Maghrib, setelah Maghrib sampai Isya dan setelah Isya sampai Subuh lagi dan selesai, kemudian Nabi masuk ke kamarnya.” Tutur beliau.

“Ternyata yang diceritakan oleh Nabi dari subuh itu sebagaimana yang dikutip oleh Imam Ibnu Kasir dalam kitab an-Nihayah wal Bidayah-nya bahwasanya pada saat itu Rasulullah SAW menceritakan awal mula Allah SWT menciptakan segala sesuatu sampai akhir cerita orang masuk surga dan neraka. Jadi semua masa-masa penting dari Nabi Adam, Nabi Nuh, dan Nabi-Nabi yang lain sampai masa Rasulullah SAW, masa Sahabat, masa Tabi’in, masa Tabi’it Tabi’in dan sampai masa sekarang. Cuman para sahabat tidak mampu untuk mengingat semuanya karena sehari semalam…”

“…Dan yang paling diingat oleh sahabat dari ceramahnya Rasulullah SAW adalah tentang fitnahnya perempuan. Dimulai dari masa Nabi Adam rusak gara-gara perempuan, masa Qabil Habil rusak gara-gara perempuan, dan seterusnya sampai ke akhir zaman harus hati-hati terhadap perempuan. Sampai Rasulullah SAW sebelum wafatnya pesannya hanya dua, yang pertama agar menjaga sholat dan yang kedua agar berhati-hati terhadap fitnahnya perempuan. karena perempuan selain merupakan nikmat terbesar juga cobaan terbesar. Pada inti yang disampaikan oleh Rasulullah SAW adalah tentang perempuan. Begituah perempuan sulit untuk dipelajari, Rasulullah SAW saja menjelaskan wanita butuh waktu sehari semalam, karena wanita sulit untuk dimengerti.” Imbuh beliau.

In kana huna shohihun fahuwa bifadlilllah, wa in kana huna khoto’un fahuwa bidzo’fi fahmil katib al-Faqir Fakhrullah.

banner 700x350

No More Posts Available.

No more pages to load.