Syaichona.net- Laksana minum air laut, semakin diminum semakin haus, begitulah barang kali kata yang bisa menggambarkan semangat dan kecintaan para ulama pada ilmu pengetahuan. Mereka seakan tidak pernah merasa puas dengan ilmu yang dimiliki, meski mereka telah bergelar ulama dengan segudang karya yang diciptakan.
Banyak sekali dijumpai dalam berapa catatan biografi ulama yang mengisahkan kehausan mereka yang luar biasa terhadap ilmu pengetahuan hingga ajal menjemput mereka.
Salah satunya sebagaimana kisah Syaikh Abu Hilal al-Askariy dalam kitabnya “al-Hitsi ala Thalabi al-Ilmi wa al-Ijtihad fi Jam’ihi” tetantang seorang ulama yang bernama Syaikh Ahmad bin Yahya asy-Syaibaniy al-Kufiy al-Baghdadiy atau yang dikenal dengan sebutan al-Imam Tsa’lab (W. 291 H) seorang pakar Nahwu, Bahasa, Sastra, Hadits, Qira’ah dan lainnya.
Menurut penuturannya, al-Imam Tsa’lab setiap hari ia tidak pernah lepas dari membaca kitab. Ketika ia diundang seseorang dalam sebuah acara, ia mengajukan syarat disediakan tempat khusus untuk meletakan kitab dan membacanya”.
Konon penyebab wafatnya, pada suatu sore di Hari Jumat beliau berjalan keluar dari Masjid Jami’ didaerah tempat ia tinggal. Sembari berjalan ia asyik membaca kitab ditangannya. Tiba-tiba ada pengendara kuda melintas dengan kencangnya dan menabraknya hingga ia terpental dan jatuh pada galian ditepi jalan. selain itu ia juga memiliki riwayat gangguan pada pendengarannya yang akut hingga tidak bisa mendengar dengan jelas peringatan orang yang memberi tahu agar segera menepi karena ada kuda lewat. Dua hari setelah kejadian itu, ia wafat di rumahnya dengan luka memar di kepala. Semoga Allah ﷻ memberikan rahmat kepadanya. Amin.
Di halaman yang lain dalam kitab yang sama mengutip dari al-Alamah Thasyakubriy Zadah dalam kitabnya Mitahu al-Sa’dah mengisahkan: “Bahwa Syaikh ‘Isham bin Yusuf al-Balkhiy (W. 215 H) seorang pakar ilmu Fikih dari kalangan madzhab Hanafiy dan seorang Ahli Hadits negeri Balkan, pernah membeli pena seharga satu Dinar (4.25 gram emas) untuk menulis semua apa yang didengarnya dengan segara.
Usia manusia sangat singkat, sedang ilmu pengetahuan banyak sekali. Maka sayogyanya bagi para penuntut ilmu, jangan pernah menyia-nyiakan waktu. Jarahlah ilmu di malam hari dan di waktu sunyi serta burulah ilmu dari para guru karena segala sesuatu yang tertinggal, tidak semua bisa ditemukan kembali.
Seorang punjangga berkata:
ولست بمدرك ما فات مِنِّي # بِلَهُفَ وَلا بِلَيْتَ وَلا لَوَ أَنِّي
Aku tidak akan bisa menemukan kembali apa yang telah tertinggal dariku
Bukan dengan penyesalan, bukan dengan kata “semoga” dan juga bukan dengan kata “seandai aku. Waallahu A’lamu
Penulis : Abdul Adzim
Publisher : Fakhrul
Referensi:
✍️ Abdul Fattah Abu Ghadah| Qimatu az-Zaman ‘inda al-Ulama| Maktabah al-Mathbu’at al-Islamiyah/Daru al-Basyar al-Islamiyah hal 61-62, 75-76.