Di pekan ke empat Lora Ismail menjelaskan ayat berikut ;
وَإِن تَتَوَلَّوۡا۟ یَسۡتَبۡدِلۡ قَوۡمًا غَیۡرَكُمۡ ثُمَّ لَا یَكُونُوۤا۟ أَمۡثَـٰلَكُم
Artinya : Jika kalian berpaling maka Allah SWT akan mengganti dengan kaum yang selain kalian dan mereka tidak akan seperti kalian.
Dari ayat tersebut, Lora Ismail menjelaskan panjang lebar terkait isi tafsirnya sebagai berikut ;
“Maksudnya, Ini ancaman dari Allah SWT terhadap para sahabat yang saat itu dijanjikan oleh Allah SWT berupa kemenangan Islam yang diutarakan dalam firman Allah :
إِذَا جَاۤءَ نَصۡرُ ٱللَّهِ وَٱلۡفَتۡحُ ١ وَرَأَیۡتَ ٱلنَّاسَ یَدۡخُلُونَ فِی دِینِ ٱللَّهِ أَفۡوَاجࣰا ٢ فَسَبِّحۡ بِحَمۡدِ رَبِّكَ وَٱسۡتَغۡفِرۡهُۚ إِنَّهُۥ كَانَ تَوَّابَۢا٣
Artinya : Ketika datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah SWT, maka bertasbihlah dengan memuji tuhanmu dan beristighfarlah kepadanya, sesungguhnya dia adalah dzat penerima taubat.
“….Dari ayat ini, ketika Rasulullah menghadapai suatu peristiwa yang secara dzohir terlihat sukses, Nabi Muhammad memang disuruh untuk memuji Allah, tapi juga disuruh istighfar karena disini Allah ingin memberi tau kepada Rasulullah bahwa jika ada satu kesempurnaan maka yang akan terjadi adalah satu kemunduran atau kekurangan, sebagaimana dikatakan oleh penyair Arab ;
إذا تم الأمر بدى نقصه
Artinya: jika suatu perkara telah sempurna, maka akan tampaklah kekurangannya.” Ungkap Ra. Ismail.
Dari itu beliau mencoba menjelaskan bahwasanya tidak ada seorangpun mahluk yang sempurna karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT.
“Hal itu menunjukkan bahwa manusia bukan tempat kesempurnaan, yang memiliki kesempurnaan hanyalah Allah SWT,” Imbuhnya.
Kemudian Ra. Ismail mengkorelasikan ayat tersebut dengan ayat yang lain sebagaimana beliau sampaikan ;
“Dan di ayat yang lain Allah SWT berfirman ;
وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولࣱ قَدۡ خَلَتۡ مِن قَبۡلِهِ ٱلرُّسُلُۚ أَفَإِی۟ن مَّاتَ أَوۡ قُتِلَ ٱنقَلَبۡتُمۡ عَلَىٰۤ أَعۡقَـٰبِكُمۡۚ وَمَن یَنقَلِبۡ عَلَىٰ عَقِبَیۡهِ فَلَن یَضُرَّ ٱللَّهَ شَیۡـࣰٔاۗ وَسَیَجۡزِی ٱللَّهُ ٱلشَّـٰكِرِینَ
Artinya : Dan Muhammad hanyalah seorang Rasul; sebelumnya telah berlalu beberapa rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa berbalik ke belakang, maka ia tidak akan merugikan Allah sedikit pun. Allah akan memberi balasan kepada orang yang bersyukur.
“…Ini juga ancaman Allah kepada para sahabat yang saat itu berada di titik kemenangan begitu hebat yang saat itu Rasulullah SAW bisa menyebarkan Islam ke seluruh penjuru Arab,” Ungkap Ra. Ismail.
Selain itu, ada salah satu hadis Nabi yang juga menunjukkan kejayaan Islam pada saat itu , sebagaimana dijelaskan oleh beliau ;
“Bahkan Nabi bersabda :
أعطيت خمسا ، لم يعطهن أحد من الأنبياء قبلي : نصرت بالرعب مسيرة شهر ، وجعلت لي الأرض مسجدا وطهورا ، فأيما رجل من أمتي أدركته الصلاة فليصل ، وأحلت لي المغانم ، ولم تحل لأحد قبلي ، وأعطيت الشفاعة وكان النبي يبعث إلى قومه خاصة ، وبعثت إلى الناس عامة
Artinya: Aku diberikan lima perkara yang tidak diberikan kepada seorangpun dari Nabi-Nabi sebelumku: Aku ditolong melawan musuhku dengan ketakutan mereka dari jarak sebulan perjalanan, bumi dijadikan untukku sebagai tempat sujud dan suci, maka dimana saja seorang laki-laki dari umatku mendapati waktu shalat hendaklah ia shalat, dihalalkan harta rampasan untukku, para Nabi sebelumku diutus khusus untuk kaumnya sedangkan aku diutus untuk seluruh manusia, dan aku diberikan (hak) syafaat untuk mereka semua.
Beliau menjelaskan bahwasanya Rasulullah SAW bersabda seperti diatas saat terjadinya kemenangan-kemenangan dalam Islam tepatnya saat fathu makkah.
Adapun ayat yang berbunyi :
وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولࣱ قَدۡ خَلَتۡ مِن قَبۡلِهِ ٱلرُّسُلُۚ أَفَإِی۟ن مَّاتَ أَوۡ قُتِلَ ٱنقَلَبۡتُمۡ عَلَىٰۤ أَعۡقَـٰبِكُمۡۚ وَمَن یَنقَلِبۡ عَلَىٰ عَقِبَیۡهِ فَلَن یَضُرَّ ٱللَّهَ شَیۡـࣰٔاۗ وَسَیَجۡزِی ٱللَّهُ ٱلشَّـٰكِرِینَ
Menunjukkan bahwa ketika tugas Rasulullah SAW sudah selesai sebagai rasul maka Allah SWT akan mengambilnya.
“Maksudnya, ketika Rasulullah SAW sudah mencapai di puncak kesuksesannya, itu merupakan tanda-tanda bahwa tugasnya sudah selesai,” Tegasnya
Ra. Ismail menceritakan kisah Ibnu Abbas saat menafsiri ayat an-Nasr sebagai berikut ;
“Pada saat itu Ibnu Abbas memahami satu hal yang tidak ada seorangpun dari sahabat yang memahaminya, yakni ketika Ibnu Abbas ditanya perihal dari tafsir ayat an-Nasr oleh Sayyina Umar bin Khattab, Ibnu Abbas menjawab : menurut saya makna dari surat itu adalah dekatnya ajal Rasulullah SAW…”
“…karena ketika sesuatu sampai di titik kesempurnaan maka akan terlihat kekurangannya. Nah kekurangan yang terjadi di umat ketika Rasulullah mencapai kesuksesan itu adalah wafatnya Rasulullah SAW, ketika tugas Rasulullah SAW selesai berati saat itu pula saatnya Allah memindah Rasulullah SAW.” Ungkap beliau.
Beliau menyampaikan bahwa jika wafatnya Nabi Muhammad membuat para sahabat berpaling dari agama Islam maka mereka tidak dianggap sahabat Nabi lagi dan Allah SWT akan menggantinya dengan yang lain.
“Makanya ketika ada sahabat Nabi semisal yang murtad pada Allah SWT maka ya sudah dia tidak pernah menjadi sahabat Nabi, karena yang dinamakan sahabat adalah orang yang bertemu Nabi dalam keadaan iman dan mati dalam keadaan iman, artinya jika ditengah umurnya murtad atau mati kafir maka tidak dianggap sahabat.
Ra. Ismail juga menyampaikan bahwa tidak ada yang namanya murtad, namun orang tersebut memang pada kenyataannya belum beriman kepada Allah SWT, sebagaimana dijelaskan oleh beliau sebagai berikut ;
“Ada hadis yang mengatakan :
وهكذا الإيمان إذا خالطت بشاشته القلوب الخ
Maksudnya, begitulah iman jika telah masuk kedalam hati seseorang maka iman tersebut tidak bisa keluar. Artinya, sekali dia mengatakan iman berarti dia selamanya beriman dan kedatangan satu hal yang namanya cahaya Allah SWT, Makanya kata KH. Maimun Zubair tidak ada ceritanya orang itu murtad, karena jika orang murtad itu aslinya dulu memang belum masuk Islam, dulu itu cuman rasa-rasanya Islam padahal hatinya tidak. Jadi yang pertama itu hanya iman yang ngaku-ngaku dan sholatnya tanpa ruh.” Tutur Ra. Ismail.
Kemudian beliau membacakan redaksi dalam kitabnya sebagai berikut :
قال : إن الله سبحانه له سنة ماضية وعادة جارية بأن الحضارة التي تستغرق في بحار الإعراض عن الله ستبدلها حضارة أخرى. ففي كل مديد من الأزمنة ستظهر حضارة تعلي العزة الإسلامية، فلما تولوا عن الله تعالى وكانوا بذلك سيمة انتكاس الاسلا أظهر الله قوما آخرين يعزونه وينصرونه وتزول حقارة الدين بهم فإن الدولة الأموية لها مكانة في انتشار الإسلام وانتصاره في زمانها فلما ضعفت استبدل مكانها دولة أخرى كذلك وهي العباسية ثم دولة أخرى كذلك وهي العثمانية
ففي كل من جريان الدهر يبدو اسم الإسلام حتى ولو كانوا في صورة اندحار ومغلوب. والقرآن أشار إلى ذلك في قوله تعالى وَإِن تَتَوَلَّوۡا۟ یَسۡتَبۡدِلۡ قَوۡمًا غَیۡرَكُمۡ ثُمَّ لَا یَكُونُوۤا۟ أَمۡثَـٰلَكُم أي أحق منكم في إعزاز الاسلام من حيثية مخصوصة.
Artinya : Syeikh Maimun Zubair berkata bahwa sesungguhnya Allah SWT memiliki kebiasaan yang telah berlalu dan adat yang berlaku bahwasanya suatu peradaban yang telah berpaling dari Allah SWT maka Allah SWT akan menggantinya dengan peradaban yang lain. Maka di setiap zaman akan ada suatu peradaban yang memuliakan Islam. Ketika orang-orang pada berpaling dari Allah SWT dan itu menjadi tanda akan berpalingnya agama Islam maka Allah SWT akan menampakkan suatu kaum yang lain yang akan mengagungkan Islam dan menolong Islam serta akan menghilangkan kehinaan agama dengan mereka. Sesungguhnya daulah Bani Umayyah berperan dalam menyebarkan agama Islam serta menjadi penolong Islam di zamannya, kemudian ketika sudah lemah, Allah SWT menggantinya dengan daulah yang lain yaitu daulah Abbasiyah dan setelah itu daulah yang lain yaitu daulah usmaniah.
Maka setiap perjalanan masa, yang akan tampak adalah Islamnya meskipun orang-orang muslimnya berada di titik terendah atau terkalahkan, makanya al-Qur’an berisyarah terhadap hal tersebut dengan firman-nya yang artinya, Jika kalian berpaling maka Allah SWT akan mengganti dengan kaum yang selain kalian dan mereka tidak akan seperti kalian. Maksudnya Allah akan mengganti dengan kaum yang lebih berhak daripada kalian dalam memuliakan Islam dari dari sisi-sisi tertentu.
Ra Ismail menjelaskan redaksi tersebut sebagai berikut ;
“Jadi Allah itu ga mau membela Islam dengan negara yang bayak maksiatnya, semisal ketika Islam keren ketika dibawa oleh satu pemerintahan tertentu maka yang keren adalah Islamnya, ketika pemerintahan berganti dan Islam menjadi jelek maka yang jelek pemerintahannya bukan Islamnya makanya Allah mengganti dengan pemerintahan baru. Intinya Islam tidak ingin dijelek-jelekkan. Tutur Ra. Ismail
Beliau juga menjelaskan akan agungnya tanda-tanda Allah SWT dimuka bumi sehingga membuat orang-orang pada masuk Islam.
“Kata Allah :
سَنُرِیهِمۡ ءَایَـٰتِنَا فِی ٱلۡـَٔافَاقِ وَفِیۤ أَنفُسِهِمۡ حَتَّىٰ یَتَبَیَّنَ لَهُمۡ أَنَّهُ ٱلۡحَقُّۗ
Artinya: Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa al-Qur’an itu adalah benar.
Beliau menjelaskan ayat tersebut sebagaimana berikut :
“Aku akan memperlihatkan ayat-ayatku kepada mereka di seluruh ufuk dunia mulai dari langitnya, buminya, mulai dari janji-janji yang ditawarkan mulai tampak satu persatu sedikit demi sedikit yang akhirnya banyak, mulai dari hadis Rasulullah SAW misalnya di akhir zaman akan terjadi begini dan begitu dan tenyata benar-benar terjadi akhirnya beriman kepada Allah, dan juga seperti sidik jari, penyakit-penyakit ,obat-obat atau keajaiban-keajaiban yang lain, itu sedikit demi sedikit diperlihatkan oleh Allah SWT sampai orang-orang pada masuk Islam.” Paparnya.
Kemudian beliau juga menyampaikan maksud dari redaksi terakhirnya yang berupa lafadz (من حيثية مخصوصة) sebagai berikut ;
“Disatu sisi tidak mengikuti para pendahulu itu baik daripada mengikuti pendahulu yang tidak baik, semisal dulu jarang pakai kerudung tapi sekarang sudah hampir rata tapi dari segi yang lain semisal dari segi kesopanan lebih baik yang dulu, Intinya ada sisi tertentu yang dia unggul daripada orang yang dia ganti tapi disisi yang lain orang yang diganti yang tetap unggul dari orang yang mengganti.” Tutor Ra. Ismail.
Beliau juga menyampaikan salah satu bait alfia yang cocok dengan penjelasan ini, sebagaimana beliau uraikan berikut ;
“Ada istilah di Alfiah kata Imam Malik :
والثاني منقوص ونصبه ظهـــــر * ورفعه ينوى كذا أيضا يجــــــر
- Lafadz ( والثاني منقوص) itu artinya Penerus itu kadang kurang.
- Lafadz ( ونصبه ظهـــــر ) itu artinya ya kalau niatnya sudah bagus,
- lafadz ( ورفعه ينوى) itu artinya nilai mulianya tidak diperlihatkan oleh Allah SWTD
- Dan lafadz ( أيضا يجــــــر) itu artinya ya kadang juga mudah ditarik, satunya ngajak gini berangkat, diajak begini berangkat, artinya mudah ditarik kemana mana…
“…Secara simpel, derajatnya orang yang kedua akan lebih rendah daripada yang pertama.” Ungkap Ra. Ismail.
In kana huna shohihun fahuwa bifadlilllah, wa in kana huna khoto’un fahuwa bidzo’fi fahmil katib al-Faqir Fakhrullah.