Masalah Hadiah dalam Resepsi Pernikahan atau Walimah Khitan

oleh -914 views

Syaichona.net- Syaikh Ustman ash-Shufuriy asy-Syafi’iy dalam kitabnya Nushati al-Majalis wa Muntakhibu an-Nafais mengatakan:

(مسألة): لو ختن ولده واتخذ دعوة فحملت إليه هدايا لم يسم أصحابها الأب ولا الابن فهل تكون للوالد أو للولد؟ قطع القاضي حسين بأنها للولد ويجب على الأب قبولها له. وقال الشيخ أبو إسحاق الشيرازي: تكون ملكاً للأب قال النووي: وهذا أقوى وأصح وللأب الرجوع في هديته لولده كالهبة والأم والأجداد والجدات كالأب ولهم الرجوع في الصدقة أيضاً، وأفتى الشيخ نجم الدين النابلسي بأن النقوط المعتاد في الأفراح كالدين لدافعه أن يطالب به القابض ولا أثر للعرف في ذلك فإنه مضطرب فكم من يدفع النقوط ثم يستحي أن يطالب به

(Permasalahan) bila seorang anak dikhitan dan dibuat undangan (walimah khitan) lalu (para tamu) yang datang membawa hadiah untuknya tanpa ada nama tertentu yang tertulis. Apakah hadiah itu untuk anak tersebut atau ayahnya? al-Qadhi al-Husain

memberi kepastian bahwa hadiah itu untuk anak dan wajib bagi sang ayah menerima hadiah tersebut untuk diberikan kepada anaknya. Sedangkan menurut Syaikh Abu Ishak asy-Syairaziy berpendapat: Hadiah itu milik ayahnya. Iman an-Nawawi menambahkan: Pendapat Abu Ishak ini adalah pendapat yang kuat dan ashah dan bagi sang ayah mengambil kembali hadiah yang telah diberikan pada anaknya sama seperti pemberian. Sementara bagi ibu, kakek dan nenek juga disamakan sebagaimana ayah boleh mengambil kembali dalam masalah sedekah yang diberikan pada anak. Syaikh Najimuddin an-Nabalisiy berfatwa: “Bahwa suatu pemberian yang biasa diberikan pada acara gembira (pesta) statusnya seperti hutang artinya orang yang menerima dituntut untuk mengembalikan dan tidak ada efek hukum bagi Uruf (tradisi) semacam itu karena masih simpang siur (belum kuat) betapa banyak orang memberi hadiah (berupa barang, uang dan lainnya) mengharap balasan kembali tapi malu untuk menagihnya.

Syaikh Syamsuddin bin Hamid ra, guru kami berfatwa:

بأن النقوط من الزوج لزوجته ليلة الدخول لا رجوع فيه وإن نقط النساء العروس وسلموه لها فلا رجوع فيه وإن سلموه لأمها وكانت قد نقطتهم قبل ذلك فهو للأم إن قصدوا به المكافأة وإلا فهو للعروس. ورأيت في الذريعة لابن العماد: إذا جرت عادة النقوط في الأعراس والختان على نية العوض فمات المدفوع له قبل التعويض رد ذلك من تركته وله نظائر تأتي في باب الصدقة إن شاء الله

“Bahwa pemberian suami kepada istri dimalam pertama tidak boleh diminta kembali dan jika perempuan-perempuan yang hadir di walimatul ursy menyerahkan hadiah kepada pengantin perempuan, maka juga tidak boleh diminta kembali namun jika mereka para perempuan itu menyerahkan kepada ibu dari pengantin perempuan dan sebelumnya sang ibu pernah memberikan hadiah perempuan-perempuan itu maka hadiah itu milik sang ibu, hal itu jika perempuan-perempuan tersebut saat menyerahkan hadiah bertujuan untuk mengembalikan hadiah yang pernah diberikan kepada mereka. Kalau tidak, maka hadiah itu untuk pengantin perempuan.”

Ditemukan dalam kitab adz-Dzari’ah karya Ibnu Imad: “Jika terdapat kebiasaan di masyarakat memberikan hadiah (berupa barang, uang atau lainnya) dalam acara pesta pernikahan dan walimatul khitan dengan tujuan mengharap balasan. Jika orang yang menerima meninggal dunia sebelum bisa mengembalikannya, maka harus mengembalikan pemberian tersebut yang diambil dari Tirkah (harta peninggalannya). Dan terdapat beberapa pertimbangan dalam masalah ini yang akan dijelaskan dalam bab shodaqah insyaallah. Waallahu A’lamu.

Penulis: Abdul Adzim

Referensi:

✍️ Syaikh Ustman ash-Shufuriy asy-Syafi’iy| Nushati al-Majalis wa Muntakhibu an-Nafais| Daru al-Kutub al-Ilmiyah juz 1 hal 191-192.

banner 700x350

No More Posts Available.

No more pages to load.