Syaichona.net- Kemarau di tahun ini sepertinya sedikit panjang, sebagian daerah di Indonesia sudah mulai merasakan dampaknya. Gersang, kekurangan air bersih dan pengap yang menguras keringat. Namun tidak perlu resah apalagi berprasangka jelek kepada Allah ﷻ karena sejatinya musim hujan dan kemarau adalah rahmat dan tanda-tanda Esaan-Nya.
Bumi tidak akan tampak indah dipandang dan cocok menjadi hunian para penghuninya, jika sepanjang masa hanya ada musim hujan karena makhluk hidup juga butuh panas dan kehangatan untuk bisa metamorfosis dan tumbuh besar. Sebaliknya jika sepanjang masa hanya ada musim panas, maka kehidupan bumi akan menjadi kering kerontang lalu musnah dan mati.
Tetaplah berprasangka baik, Jika Allah ﷻ belum berkenan menurunkan hujan bukan berarti Allah ﷻ tidak sayang pada hamba-Nya, tapi Allah ﷻ Maha Tahu apa yang terbaik untuk hamba-Nya. Ingat segala sesuatu ada waktu dan tempatnya, jika Allah ﷻ belum berkenan menurunkan hujan di suatu tempat, bisa saja Allah ﷻ berkehendak menyelamat penghuninya dari bahaya badai dan banjir seperti yang terjadi di belahan bumi yang lain atau bisa saja Allah ﷻ sedang mengabulkan permohonan doa hamba-Nya yang lain, yang masih membutuhkan musim kemarau untuk pertumbuhan tanamannya hingga panen atau punya acara besar berharapan semua tamu undangan bisa hadir tanpa basah kuyup dan kehujanan.
Islam telah mengajarkan kepada kita agar senantiasa berprasangka baik kepada Allah ﷻ dan jangan putus asa berdoa semoga Allah ﷻ segera menurunkan rahmat-Nya berupa hujan tanpa ada badai dan banjir melanda.
Teringat sebuah hadits Sayyidah A’isyah ra riwayat Abu Daud, saat Kota Madinah dilanda kekeringan:
حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ سَعِيدٍ الْأَيْلِيُّ حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ نِزَارٍ حَدَّثَنِي الْقَاسِمُ بْنُ مَبْرُورٍ عَنْ يُونُسَ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ شَكَا النَّاسُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُحُوطَ الْمَطَرِ فَأَمَرَ بِمِنْبَرٍ فَوُضِعَ لَهُ فِي الْمُصَلَّى وَوَعَدَ النَّاسَ يَوْمًا يَخْرُجُونَ فِيهِ قَالَتْ عَائِشَةُ فَخَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ بَدَا حَاجِبُ الشَّمْسِ فَقَعَدَ عَلَى الْمِنْبَرِ فَكَبَّرَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَحَمِدَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ ثُمَّ قَالَ إِنَّكُمْ شَكَوْتُمْ جَدْبَ دِيَارِكُمْ وَاسْتِئْخَارَ الْمَطَرِ عَنْ إِبَّانِ زَمَانِهِ عَنْكُمْ وَقَدْ أَمَرَكُمْ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ تَدْعُوهُ وَوَعَدَكُمْ أَنْ يَسْتَجِيبَ لَكُمْ ثُمَّ قَالَ { الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ مَلِكِ يَوْمِ الدِّينِ } لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ اللَّهُمَّ أَنْتَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ الْغَنِيُّ وَنَحْنُ الْفُقَرَاءُ أَنْزِلْ عَلَيْنَا الْغَيْثَ وَاجْعَلْ مَا أَنْزَلْتَ لَنَا قُوَّةً وَبَلَاغًا إِلَى حِينٍ ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ فَلَمْ يَزَلْ فِي الرَّفْعِ حَتَّى بَدَا بَيَاضُ إِبِطَيْهِ ثُمَّ حَوَّلَ إِلَى النَّاسِ ظَهْرَهُ وَقَلَبَ أَوْ حَوَّلَ رِدَاءَهُ وَهُوَ رَافِعٌ يَدَيْهِ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ وَنَزَلَ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ فَأَنْشَأَ اللَّهُ سَحَابَةً فَرَعَدَتْ وَبَرَقَتْ ثُمَّ أَمْطَرَتْ بِإِذْنِ اللَّهِ فَلَمْ يَأْتِ مَسْجِدَهُ حَتَّى سَالَتْ السُّيُولُ فَلَمَّا رَأَى سُرْعَتَهُمْ إِلَى الْكِنِّ ضَحِكَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ فَقَالَ أَشْهَدُ أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنِّي عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ قَالَ أَبُو دَاوُد وَهَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ إِسْنَادُهُ جَيِّدٌ أَهْلُ الْمَدِينَةِ يَقْرَءُونَ { مَلِكِ يَوْمِ الدِّينِ } وَإِنَّ هَذَا الْحَدِيثَ حُجَّةٌ لَهُمْ
Telah menceritakan kepada kami Harun bin Sa’id al-Aili, telah menceritakan kepada kami, Khalid bin Nizar, telah menceritakan kepadaku, al-Qasim bin Mabrur dari Yunus dari Hisyam bin ‘Urwah dari ayahnya dari Aisyah ra, ia berkata; “Orang-orang mengadu kepada Rasulullah ﷺ tentang musim kemarau yang panjang, maka beliau memerintahkan untuk meletakkan mimbar di tempat shalat (tanah lapang), lalu beliau berjanji kepada orang-orang untuk bertemu pada suatu hari yang telah di tentukan.” Aisyah berkata; “Maka Rasulullah ﷺ keluar ketika matahari mulai terlihat, lalu beliau duduk di mimbar, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bertakbir dan memuji Allah ﷻ, lalu bersabda: “Sesungguhnya kalian mengadu kepadaku tentang kegersangan negeri kalian dan keterlambatan turunnya hujan dari musimnya, padahal Allah ﷻ telah memerintahkan kalian agar kalian memohon kepadanya, dan berjanji akan mengabulkan do’a kalian, kemudian beliau mengucapkan: “Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dzat yang menguasai hari Pembalasan. (AlFatihah: 2-4). Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Dia, Dia melakukan apa saja yang dikehendaki. Ya Allah, Engkau adalah Allah, tidak ada tuhan ilah yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha kaya sementara kami yang membutuhkan, maka turunkanlah hujan kepada kami dan jadikanlah apa yang telah Engkau turunkan kekuatan bagi kami dan sebagai bekal di hari yang di tetapkan.” kemudian beliau mengangkat kedua tangannya, dan senantiasa mengangkat kedua tangannya hingga terlihat putih ketiak beliau, kemudian beliau membalikkan punggungnya membelakangi orang-orang dan merubah posisi selendangnya, sedangkan beliau masih mengangkat kedua tangannya. Kemudian beliau menghadap ke orang-orang, lalu beliau turun dari mimbar dan shalat dua raka’at. Seketika itu Allah ﷻ mendatangkan awan yang di sertai dengan gemuruh dan kilat, Maka turunlah hujan dengan izin Allah ﷻ, beliau tidak kembali menuju masjid sampai air bah mengalir (di sekitarnya), ketika beliau melihat orang-orang berdesak-desakan mencari tempat berteduh, beliau tersenyum hingga terlihat gigi gerahamnya, lalu bersabda: “Aku bersaksi bahwa Allah ﷻ adalah Maha kuasa atas segala sesuatu dan aku adalah hamba dan rasul-Nya.” Abu Daud berkata; “Ini adalah hadits gharib, tapi sanadnya bagus, penduduk Madinah mambaca “Malikiyaumid-din” dan hadits ini juga menjadi argumentasi mereka.” [HR. Abu Daud, No. 1173]. Wallahu A’lamu
Penulis : Abdul Adzim
Referensi :
✍️ Syaikh Ibnu Hajar al-Asqalaniy| Bulughu al-Maram min Adillati al-Ahkam| al-Kitab al-Ilmiy li an-Nasyar hal 94.