Suatu ketika beberapa petani mentimun di Bangkalan merasa resah karena musibah yang menimpanya. Pasalnya, setiap tahun mentimun yang sudah siap panen selalu dicuri.
Merekapun berdiskusi dan akhirnya sepakat untuk sowan kepada Syaichona Moh Cholil yang saat itu sudah masyhur akan kebijaksanaan dan karomahnya.
Sesampainya di kediaman Syaichona Moh Cholil, mereka di tanya “Apakah kalian memiliki hajat ?” Tanya Syaichona Cholil. “Iya kiyai” jawab mereka serentak.
Kemudian mereka melanjutkan pembicaraannya “kami mengharap doa kiai agar tercegah dari pencuri, karena akhir-akhir ini banyak sekali pencuri di kebun kami” tutur para petani dengan penuh harap.
Saat itu Syaichona Moh Cholil sedang mengajar kitab nahwu bersama santri-santrinya dan pelajarannya bertepatan dengan lafadz قام زيد yang artinya “Zaid berdiri”.
Syaichona Cholil mengatakan “Gunakan contoh ini (قام زيد) sebagai wasilah untuk mencegah pencuri..!” jelas Syaichona Cholil. “Iya kiai” jawab para petani meskipun dalam benak mereka masih ragu-ragu.
Setelah pulang, seperti biasanya mereka menuju kebunnya. Ketika sampai di kebun, mereka dikagetkan dengan beberapa pencuri yang tidak bisa melarikan diri, langsung saja para pencuri itu ditangkap.
Anehnya lagi, para pencuri tersebut tidak bisa duduk dan tidak ada seorangpun yang mampu untuk membuat pencuri itu duduk, sampai banyak warga yang datang karena kejadian itu.
Akhirnya sebagian petani berangkat sowan kepada Syaichona Moh Cholil untuk menyampaikan kejadian tersebut. Mendengar hal itu Syaichona Moh Cholil memberikan air barokah kepada mereka.
Langsung saja petani tadi memercikkan air barokah pemberian Syaichona Moh Cholil kepada pencuri, sehingga mereka bisa duduk. Setelah itu mereka langsung minta maaf kepada pemilik kebun karena perbuatannya itu.
Atas kejadian tersebut, para petani sangat bersyukur kepada Allah SWT karena kebunnya terselamatkan dari pencuri dan mereka mengirimkan banyak mentimun kepada Syaichona Moh Cholil sebagai tanda terimakasihnya, sampai setiap sudut Pondok Pesantren dipenuhi dengan mentimun.
Kisah ini dinukil dari kitab Risalatul Lathaif yang disusun oleh almarhum walmaghfurlah RKH. Fakhrillah Aschal.
Author: Fakhrullah
Editor : Fakhrul