Syaichona.net- Diantara amalan sunah yang sudah jarang dikerjakan umat Islam di zaman ini adalah melakukan sholat Tahajjud. Padahal dalam sholat Tahajjud sendiri banyak keutamaan yang akan didapat bagi orang yang melakukannya. Allah ﷻ berfirman:
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَىٰ أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا
Artinya: “Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ketempat yang terpuji”. (QS. Al-Isra’ :79).
Rasulullah ﷺ bersabda:
عَلَيْكُمْ بِصَلاَةِ الْلَيْلِ وَلَوْ رَكْعَةً
Artinya: ““Hendaknya kalian melakukan sholat malam meskipun satu rakaat”.
Syaikh Abdurrauf al-Manawiy dalam Faidhu al-Qadir Syarah al-Jami’ ash-Shaghir mengatakan:
“Yang dimaksud shalat malam dalam hadits ini adalah shalat Tahajjud, maka hendaknya jangan ditinggalkan walau hanya satu rakaat karena didalamnya terdapat keberkahan dan dalam hadits ini menunjukan perintah kesunahan melaksanakan shalat Tahajjud yaitu shalat malam yang dilakukan setelah tidur.”
Baca Juga : Arti Sholawat dan Salam Kita kepada Nabi Muhammad SAW.
Menurut beliau makruh hukumnya membiasakan diri meninggalkan shalat Tahajjud. Imam Ahmad dalam kitab az-Zuhud, Ibnu Nashr dan ath-Thabraniy dari Ibnu Abbas ra, ia berkata:
أمر رسول الله صلى الله عليه وسلم بصلاة الليل، ورغَّب فيها حتى قال: عليكم بصلاة الليل ولو ركعة
“Rasulullah ﷺ telah memerintahkan untuk shalat malam, dan menganjurkannya hingga beliau bersabda: “Hendaknya kalian melakukan sholat meskipun satu raka’at”.
Dalam riwayat yang lain Rasulullah ﷺ bersabda:
عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأْبُ الصَّالِحِيْنَ قَبْلَكُمْ، وَمُقَرِّبَةٌ لَكُمْ إِلَى رَبِّكُمْ، وَمُكَفِّرَةٌ لِلسَّيِّئَاتِ، وَمَنْهَاةٌ عَنِ الْإِثْمِ وَمُطَرِّدَةٌ لِلدَّاعَنِ الْجَسَدِ
Artinya: “Hendaklah kamu selalu mendirikan shalat malam. Karena sesungguhnya shalat malam itu kebiasaan orang-orang shaleh sebelum kalian, dapat mendekatkan diri kalian kepada Tuhan kalian, penebus dosa-dosa kalian, mencegah dari perbuatan dosa serta menolak penyakit di dalam tubuh.” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, at-Turmudzi, al-Hakim dan al-Baihaqi). Waallahu A’lamu
Penulis : Abdul Adzim
Publisher : Fakhrul
Referensi:
✍️ Syaikh Abdurrauf al-Manawiy| Faidhu al-Qadir Syarah al-Jami’ ash-Shaghir| Daru al-Ma’rifah juz 4 hal 351-351.