“Cinta tanah air merupakan bagian dari iman” itulah slogan masyhur yang diungkapkan oleh santri Syaichona Moh Cholil Bangkalan yaitu Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang.
Rupanya gagasan tersebut ditulis oleh Syaichona Moh Cholil dalam salah satu kitabnya, yaitu kitab Alfiah Ibnu Malik karya Syeikh Muhammad bin Abdullah bin Malik al-Andalusy.
Dalam manuskrip tersebut tampak jelas tulisan arab “حب الأوطان من الإيمان” yang artinya “Mencintai tanah air adalah bagian dari iman”.
Awalnya, ungkapan cinta tanah air yang kemudian disyiarkan oleh KH. Hasyim Asy’ari ini dikira hadits oleh sebagian orang, bahkan oleh ulama-ulama di tanah Hijaz (Mekkah dan Madinah) karena saking masyhurnya, dan didorong kontribusi KH. Hasyim Asy’ari serta ulama-ulama lain yang menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan.
Rupanya ungkapan cinta tanah air tersebut juga telah di ungkapkan oleh Syekh Ismail Haqqi al-Khalwaty ketika menafsirkan al-Qur’an surah al-Qasas yang berbunyi :
إِنَّ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لَرَادُّكَ إِلَى مَعَادٍ
Artinya: “Sesungguhnya (Allah) yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al-Qur’an benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali.” (QS. Al Qashash: 85)
وفى تفسير الآية اشارة الى ان حب الوطن من الايمان وكان عليه السلام يقول كثيرا الوطن الوطن فحقق الله سؤله فحقق الله سؤله – إلى أن قال – قال عمر رضى الله عنه لولا حب الوطن لخرب بلد السوء فبحب الأوطان عمرت البلدان
[إسماعيل حقي، روح البيان، ٤٤٢/٦]
Artinya: “Di dalam tafsirnya ayat (QS. Al-Qashash:85) terdapat suatu petunjuk atau isyarat bahwa “cinta tanah air sebagian dari iman”. Rasulullah SAW (dalam perjalanan hijrahnya menuju Madinah) banyak sekali menyebut kata; “tanah air, tanah air”, kemudian Allah SWT mewujudkan permohonannya (dengan kembali ke Makkah)….. Sahabat Umar RA berkata; “Jika bukan karena cinta tanah air, niscaya akan rusak negeri yang jelek (gersang), maka sebab cinta tanah air lah, dibangunlah negeri-negeri”.
Selain itu, cinta tanah air juga banyak dijelaskan oleh para muhaddis ketika menjelaskan sabda Rasulullah SAW, diantaranya hadis yang berbunyi :
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ فَنَظَرَ إِلَى جُدُرَاتِ الْمَدِينَةِ أَوْضَعَ نَاقَتَهُ وَإِنْ كَانَ عَلَى دَابَّةٍ حَرَّكَهَا مِنْ حُبِّهَا
[ ابن حجر العسقلاني، فتح الباري لابن حجر، ٦٣١/٣]
Artinya: “Diriwayatkan dari sahabat Anas; bahwa Nabi SAW ketika kembali dari bepergian, dan melihat dinding-dinding madinah beliau mempercepat laju untanya. Apabila beliau menunggangi unta maka beliau menggerakkanya (untuk mempercepat) karena kecintaan beliau pada Madinah. (HR. Bukhari, Ibnu Hibban, dan Tirmidzi).
kemudian Syeikh Ibnu Hajar al-Asqolany menguraikan Hadist tersebut dalam kitab Fathul Bari- nya dengan redaksi sebagai berikut:
وَفِي الْحَدِيثِ دَلَالَةٌ عَلَى فَضْلِ الْمَدِينَةِ وَعَلَى مَشْرُوعِيَّة حُبِّ الوَطَنِ والحَنِينِ إِلَيْهِ
[ ابن حجر العسقلاني، فتح الباري لابن حجر، ٦٣١/٣]
Artinya; “Di dalamnya (hadits) terdapat dalil (petunjuk) atas keutamaan Madinah, dan (petunjuk) atas disyari’atkannya cinta tanah air dan rindu padanya.”
Author : Fakhrullah
Referensi :
– Al-Qur’an al-Karim
– Sohih Buhori | Imam Bukhori | Maktabah Syamilah
– Syeikh Ibnu Hajar al-Asqolany | Fathul Bari | Maktabah Syamilah.
– Syeikh Ismail Haqqy | Ruhul Bayan | Maktabah Syamilah.