Dahulu di zaman Rasulullah SAW, syarat orang yang mau mengaji atau belajar kepadanya hanya ada satu, yaitu pernah bertemu dengan Rasulullah SAW dalam keadaan iman. Sebagaimana yang di sampaikan oleh KH. Ismail al-Ascholy dalam sambutannya pada acara pertemuan wali santri Ponpes Syaichona Moh Cholil.
“Ulama berkata, syarat untuk menjadi sahabat atau santri daripada Rasulullah SAW hanya satu, yaitu cukup bertemu dengan Rasulullah SAW dengan keadaan iman.” Tutur Ra Ismail, panggilan akrabnya.
Menurut Ra Ismail, hal itu dikarenakan setiap orang yang bertemu dengan Rasulullah SAW akan mendapatkan nur darinya, sehingga dengan hanya memandang nur Rasulullah SAW saja dapat membuat pengaruh luar biasa kepada para sahabat.
“Hal itu Karena jika para sahabat bertemu dengan Rasulullah SAW maka dia akan mendapatkan nur daripada Rasulullah SAW,” Imbuh Ra Ismail.
Beliau juga menyampaikan bahwa syarat untuk menjadi santrinya Rasulullah SAW dan untuk menjadi santrinya sahabat Nabi itu berbeda, karena untuk menjadi santrinya para sahabat tidak cukup dengan melihat sahabat Nabi saja, namun juga harus terus menerus bersama para sahabat sampai beberapa tahun.
“Beda halnya dengan masa selanjutnya, yaitu masa tabi’in, ulama berkata, untuk bisa dikatakan tabi’in tidak cukup hanya dengan bertemu para sahabat saja, namun juga harus di sertai dengan mulazamah atau duduk (ikut majelisnya) terus menerus dengan para sahabat selama 5 atau sampai 10 tahun sehingga termasuk orang yang disebut oleh Allah SWT dalam salah satu firmannya :
وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Artinya : Dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.
Melihat dari itu semua, Ra Ismail mengingatkan akan zaman ini yang telah jauh dari masa Rasulullah SAW dan jauh dari masa sahabat, menurutnya untuk zaman ini tidak hanya butuh untuk bertemu guru atau mulazamah dengannya saja, namun juga diperlukan rasa cinta kepada ilmu dan kepada sesuatu yang berhubungan dengan ilmu.
“Jika di zaman Nabi cukup bertemu, di zaman tabi’in cukup dengan mulazamah maka dizaman ini juga dibutuhkan mahabah (cinta) kepada ilmu dan kepada ahli ilmu (guru).” Tegasnya
Dan diakhir sambutannya, beliau berpesan kepada semua wali santri agar selalu memberikan motivasi atau dorongan kepada putra-putranya dalam menimba ilmu di Pondok Pesantren.
“Saya harap kepada para wali santri agar saling membantu guru dalam mendidik putra-putranya dengan memberikan dorongan untuk tetap mencintai ilmu dan segala yang berhubungan dengan ilmu.” Harap KH. Ismail al-Ascholy.
Author : Fakhrullah