Kadang pada sesuatu yang remeh ada mutiara mahal yang perlu kita ambil dan tidak boleh hanya melihat wadahnya saja, hal itu sebagaimana saat kita bergaul dengan orang awam yang kurang tahu beretika dan kerap menjengkelkan ketika bersikap dan berbicara dengan kita. Namun tidak jarang dari sikap dan bicara mereka ada mutiara hikmah yang patut kita renungkan dan mengambilnya sebagai pelajaran agar kita tidak sombong dan merasa paling mulia. Bukankah mereka juga makhluk dan hamba Allah ﷻ yang harus kita kasihani dan kita hormati? Siapa tahu mereka yang lebih dicintai Allah ﷻ dibanding kita yang kerap merasa paling baik dan berilmu.
Kejadian seperti ini juga pernah menimpa seoorang sekelas Syaikh Hasan al-Bashriy, tokoh sufi yang terkenal di masanya dan menjadi rujukan semua ahli sufi akan ilmu dan pengalaman spiritualnya hingga saa ini. Beliau pernah berkata: “Ada empat kalimat menakjubkanku yang aku dengar dari empat orang:
Pertama, “Aku pernah mendengar seorang Bencong (banci) berkata kepadaku: “Wahai Syaikh! Jangan lari dariku dan membelakangiku. Dan masalah yang kedua (membelakangiku) itu yang terjadi sekarang, hal ini menjadi sebuah pertanyaan pada kami. Allah ﷻ yang mengetahui akibatnya.
Kedua, “Aku melihat seorang laki-laki yang sedang mabuk jatuh ke lumpur. Ia berjalan tersinyok-sinyok, terjatuh lalu bangun dan terjatuh lagi. Aku berkata kepadanya: “Tegakkan kakimu wahai Miskin! Sehingga engkau tidak tergelincir dan terjatuh”. Lantas Si Pemabuk berkata: “Anda wahai Syaikh! Tegakkan kaki Anda sehingga Anda tidak tergelincir dengan dakwah Anda ini karena jika Anda sekali terjatuh, Anda tidak akan bisa bangkit lagi. Berbeda denganku, Aku hanya seorang pemabuk. Jika aku jatuh hanya bajuku yang berlumuran lumpur setelah itu akan aku cuci bajuku. Selesai dan mudah”. Ucapan orang mabuk ini sungguh telah membekas begitu dalam di hatiku.
Ketiga, Suatu hari aku bertemu dengan seorang bocah yang membawa lentera, lalu aku bertanya kepadanya: “Dari mana engkau datang dengan membawa lentera ini?”. Mendengar pertanyaanku, bocah itu meniup dan mematikan lenteranya lantas ia berkata: “Katakanlah wahai Syaikh! Kemana akan pergi?” Sehingga aku berkata: “Datang dari mana?”
Menurutku: “Barang kali dalam (ucapan tersebut) adalah sebuah isyarat bahwa bocah itu (hakikatnya) tidak ada dan akan menuju pada ketiadaan sebagaimana ia datang dari ketiadaan dan bocah itu memberi isyarat demikian untuk memberi tahu bahwa sesungguhnya manusia diciptakan Allah ﷻ dari ketiadaan kemudian akan kembali pada ketiadaan (fana) kedua kalinya. Dari ungkapan ini terkuat asal penciptaan dan tempat kembali serta banyak tersingkap rahasia-rahasia ilmu dan amal perbuatan. Hanya Allah ﷻ yang maha mengetahui.
Keempat, “Aku pernah melihat wanita cantik yang terbuka wajahnya dan sedang marah dari suaminya. Ia pergi dari rumahnya untuk mengadukan suaminya. Tatkala ia sampai di hadapanku. Aku berkata padanya: “Wahai Kisanak! Sebaiknya engkau menutupi dulu wajahmu lalu berbicara denganku.” Lantas wanita itu menjawab: “Wahai Syaikh! Demi Allah ﷻ gara-gara aku terlalu mencintai makhluk hingga aku tidak menyadari dan tidak tahu bahwa wajahku telah terbuka. Seandainya Anda tidak mengingatkanku dengan hal itu tentu aku tidak akan mengetahuinya dan aku akan masuk ke pasar dalam kondisi seperti ini. Dan aku heran pada Anda dalam masalah ini. Anda memiliki dakwah yang besar, dengan cara mengajakku untuk mencintai Allah ﷻ dalam kondisi wajahku terbuka. Tapi kenapa Anda bisa lupa dengan Kekasih Anda?”
Penulis: Abdul Adzim
Referensi:
✍️ Syaikh Fariduddin al-Atthar an-Naisyaburiy| Tadzkiratu al-Awliya’| Daru al-Kutub al-Ilmiyah hal 67.