Syaichona.net- Dimalam pembukaan M3 Syaichona tahun pelajaran 1444-1445 H. Ust. Rahmatullah berikan motivasi untuk para santri Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil agar memiliki semangat dan keinginan untuk bergabung didunia Bathsul Masail.
Beliau adalah salah satu alumni Pondok Pesantren Lirboyo Kediri yang sekarang menjadi ketua LBM PCNU Sampang. Pada kesempatan kali ini beliau mengulas tentang problematika yang ada di Pesantren dan trik dasar untuk menciptakan lingkungan Bahtsul Masail
Ust. Rahmatullah menyampaikan bahwa Problematika Pondok Pesantren khususnya di Madura adalah kurangnya pengkaderan ketika santri senior telah boyong.
“Masalah yang dialami hampir setiap pesantren di Madura adalah kurangnya kader yang siap untuk menggantikan posisi seniornya.” Ucap Ust. Rahmat panggilan akrabnya.
Beliau juga mengatakan bahwa esensi Pondok Pesantren ada pada madrasahnya, artinya kemajuan Pondok Pesantren tergantung bagaimana keadaan Madrasahnya.
“Kekuatan pondok pesantren terletak pada madrasahnya, jika madrasahnya maju pesat maka Pondoknya juga akan maju pesat dan begitupula sebaliknya, Artinya jika Bahtsul Masailnya kuat maka Pondok Pesantrennya juga akan kuat, karena Bathsul Masa’il memiliki peran besar dalam kuatnya pondok pesantren.” Jelas Ust. Rahmat.
Bahkan menurutnya kekuatan NU pun juga ada pada Bathsul Masa’ilnya.
“Sebagian guru berkata : Ruhnya NU itu ada di Bahtsul Masailnya, semakin Bahtsul Masailnya kuat di suatu daerah, maka dipastikan didaerah tersebut banyak kader untuk menjadi orang-orang alim.” Tegas Ust. Rahmat.
Oleh karena itu, beliau berupaya untuk membentuk lingkungan Bahtsul Masail dimanapun berada dan beliau juga memberikan cara yang mendasar untuk membentuk lingkungan tersebut.
Adapun cara-cara yang disampaikan oleh beliau adalah
1. Membentuk karakter Bathsul Masa’il, karena dengan memiliki karakter tersebut akan mudah untuk menggiring para santri giat untuk mustholah.
Namun menurutnya, setidaknya ada tiga hal penting yang harus dimiliki seorang santri agar bisa membentuk karakter tersebut, yaitu memiliki rasa berani untuk berpendapat, berani mempertahankan pendapat, dan berani menyanggah pendapat orang lain.
2. Harus memiliki sosok figur. Terbukti menurutnya memiliki sosok figur ini sangat berpengaruh besar akan semangat dan keilmuan dalam berbahtsul masail.
Beliau bercerita, Ketika mondok di Lirboyo Kediri, sosok yang menjadi figur beliau adalah KH. Azizi Hazbullah. Telah mashur KH. Azizi merupakan seorang Rais Syuriah PBNU sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Barran Selopuro, Blitar dan beliau juga dikenal sebagai macan NU karena penguasaannya dalam berbahtsul masail, khususnya dalam ilmu fiqh, Ushul fiqh, akidah, tasawuf dan lain-lain.
“Pernah satu bulan diberi satu permasalahan fiqh oleh KH. Azizi, namun KH. Azizi sampai satu bulan tidak memberikan jawabannya dan beliau berkata : soal jawaban itu mudah, saya tidak butuh dengan jawabannya, yang saya butuhkan adalah ketekunannya.” Singkat cerita Ust. Rahmat tentang sosok guru panutannya.
3. Bersungguh-sungguh dan Istiqomah, karena hanya dengan inilah seorang santri bisa menjadi aktivis Bahtsul Masail yang kuat. Ucap ust. Rahmat diakhir materinya.
Author : Fakhrullah