Syaichona.net- Ulama masih berbeda pendapat, kapan umat Nabi ﷺ berada ditelaga al-Kautsar?
Menurut Al-Qabasiy sebagaimana yang disebutkan Syaikh Sulaiman bin Muhammad bin Umar al-Bujairimiy asy-Syafi’iy (w. 1221 h) dalam kitab Hasyiyah al-Bujairimiy ala al-Khatibnya mengatakan:
الصحيح أن الحوض قبل الميزان
“Menurut pendapat yang shahih bahwa berada ditelaga (al-Kautsar) sebelum timbangan amal.”
Imam al-Ghozaliy dalam kitab al-Kasyaf berkata:
حكى عن بعضهم أن الحوض بعد الصراط وهو غلط، والصواب أنه قبله لأن الناس يخرجون من قبورهم عطاشا فناسب تقديمه
“Diceritakan dari sebagaian ulama bahwa berada ditelaga (al-Kautsar) setelah melewati Shirat (jembatan) hal itu keliru, yang benar adalah sebelum melewati Shirat (jembatan) karena manusia (pada waktu itu) keluar dari kuburannya dalam keadaan haus. Maka yang sesuai (dengan keadaan) adalah sebelumnya.”
Pendapat ini berbeda dengan pendapat al-Qurthubiy yang mengatakan:
ظاهر قوله من شرب منه لم يظماء أن الشرب منه بعد الحساب والنجاة من النار وأهوال يوم القيامة، لأن من وصل إلى موضع فيه المصطفى ﷺ ولم يمنع منه كيف يعود للحساب أو يذوق نكال العذب؟ فالقول به أوهى من السرب
“Dhahir sabda Rasulullah ﷺ “Barang siapa yang meminum darinya, tidak akan dahaga (selamanya).” Sesungguhnya waktu meminumnya adalah setelah perhitungan amal, selamat dari neraka, dan kegentingan hari kiamat karena orang yang sampai ditempat, dimana Rasulullah ﷺ berada disana dan beliau tidak menolaknya. Bagaimana orang tersebut bisa kembali untuk perhitungan amal atau merasakan pedihnya siksa?
Sementara al-Qurthubiy dalam kitab Tadzkirahnya mengatakan:
ذهب صاحب القوت وغيره إلى أن الحوض يكون قبل الصراط وعكس آخرون، والصحيح أن له حوضين: أحدهما في الموقف قبل الصراط، والأخر جنب الجنة وكل منهما يسمى كوثرا
“Pengarang kitab al-Quut dan lainnya berpendapat bahwa berada ditelaga sebelum melewati Shirat (jembatan) sedangkan yang lain sebaliknya. Pendapat yang shahih, sesungguhnya Nabi ﷺ memiliki dua telaga: salah satunya berada di Mauqif (tempat pemberhentian) sebelum melewati Shirat (jembatan) dan yang lain disamping surga dan kedua diberinama Kautsar.”
Syaikh Ibnu Hajar al-Asqalaniy berkata:
وَفِيهِ نَظَرٌ؛ لِأَنَّ الْكَوْثَرَ نَهْرٌ دَاخِلُ الْجَنَّةِ كَمَا فِي حَدِيثٍ رَوَاهُ الْحَاكِمُ عَنْ أَنَسٍ: «الْكَوْثَرُ نَهْرٌ أَعْطَانِيهِ اللَّهُ فِي الْجَنَّةِ تُرَابُهُ مِسْكٌ أَبْيَضُ مِنْ اللَّبَنِ وَأَحْلَى مِنْ الْعَسَلِ، تَرِدُهُ طَيْرٌ أَعْنَاقُهَا مِثْلُ أَعْنَاقِ الْجَزُورِ آكِلُهَا أَنْعَمُ مِنْهَا»
“Pendapat yang menyatakan Nabi ﷺ memiliki dua telaga masih dipertanyakan, karena telaga al-Kautsar adalah telaga yang ada disurga sebagaimana hadits yang diriwayatkan Imam Hakim dari Anas bin Malik ra: “Telaga al-Kautsar adalah telaga yang diberikan Allah ﷻ kepada beliau disurga. Tanahnya adalah minyak kasturi (airnya) lebih putih dari pada air susu dan rasanya lebih manis dari pada madu; sungai itu didatangi oleh burung-burung yang lehernya seperti leher unta. Pemakan (burung-burung itu yakni penduduk Surga) merasakan nikmat darinya.”
Sementara Syaikh Ahmad bin Muhammad ash-Shawiy al-Mishriy al-Khalwatiy al-Malikiy (w. 1241 h) dalam kitab tafsir Hasyiyah ash-Shawiy ala Tafsir al-Jalalain juga mengatakan:
واختلف في الحوض، هل هو بعد الصراط أو قبله وهل هو بعد الميزان أو قبله. والصحيح أنه قبلهما، لأن الناس يخرجون من قبورهم عطاشاً، فيشربون منه شربة لا يظمؤون بعدها أبداً. روي عن ابن عباس أنه سأل رسول الله صلى الله عليه وسلم عن الوقوف بين يدي رب العالمين، هل فيه ماء. قال: “أي والذي نفسي بيده، إن فيه لماء، وإن أولياء الله ليردون حياض الأنبياء، ويبعث الله تعالى سبعين ألف مالك بأيديهم عصي من نار، يذودون الكفار عن حياض الأنبياء” وهذا الطرد لا يكون بعد الصراط، لأنه لا يسلم من الصراط إلا المؤمنين، فلا وجود للكافر هناك حتى يذادوا لسقوطهم في جهنم قبل ذلك
“Dan masih terjadi perdebatan tentang masalah (kapan waktu masuk) ke telaga al-Kautsar? Apakah setelah Shirat (melewati jembatan) atau sebelumnya dan apakah setelah Mizan (timbangan amal) atau sebelumnya. Menurut pendapat yang shoheh bahwa waktu masuknya sebelum Shirat (melewati jembatan) dan Mizan (timbangan amal) karena manusia pada saat itu dalam keadaan haus, maka mereka meminum seteguk dari air telaga itu yang tidak akan haus selamanya setelah itu. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, bahwa Nabi ﷺ pernah ditanya tentang berdiri dihadapan Allah ﷻ, Tuhan semista alam: “Apakah di sana ada air?” Nabi bersabda: Demi Tuhan yang jiwaku berada ditangan-Nya! Sungguh disana ada air dan sesungguhnya para kekasih Allah ﷻ akan mendatangi telaga-telaga para Nabi dan Allah ﷻ mengutus 70 ribu Malaikat yang memegang tongkat terbuat dari api, mengusir orang-orang kafir dari telaga-telaga para Nabi.” Hadits ini sebagai penolakan (pada pendapat yang mengatakan) bahwa waktu mendatangi telaga terjadi setelah Shirat (melewati jembatan) karena pada saat itu tidak akan selamat dari Shirat (melewati jembatan) kecuali orang-orang mukmin. Maka tidaklah ada satupun sosok orang kafir disana kecuali mereka terusir karena terjatuhnya mereka kedalam api neraka jahanam sebelum itu.” Waallahu A’lamu.
Penulis: Abdul Adzim
Publisher: Fakhrul
Referensi:
✍️ Syaikh Sulaiman bin Muhammad bin Umar al-Bujairimiy asy-Syafi’iy| Hasyiyah al-Bujairimiy ala al-Khatib| Daru al-Kutub al-Ilmiyah juz 1 hal. 243.
✍️ Syaikh Ahmad bin Muhammad ash-Shawiy al-Mishriy al-Khalwatiy al-Malikiy| Hasyiyah ash-Shawiy ala Tafsir al-Jalalain| Daru al-Kutub al-Ilmiyah juz 4 hal. 437.