Syaichona.net- Memasuki Bulan Takepek (Dzul Qa’dah) sebagian masyarakat Madura mulai merasa khawatir, dan menghindari acara-acara hajatan.
Dulu undangan shalawatan al-Maghfurlah RKH. Fakhrillah Aschal selalu penuh di setiap bulannya, termasuk di Bulan Takepek (Dzul Qa’dah) yang oleh orang Madura dianggap Bulan sial (nahas).
Ketika bulan-bulan lain sudah penuh, dan masyarakat tetap ngotot ingin mendatangkan beliau, biasanya oleh beliau disuruh pindah ke bulan Takepek.
Semua itu memang sengaja, beliau ingin menepis anggapan miring masyarakat tentang bulan Dzul Qa’dah yang mereka anggap takepek (kejepit). Padahal Islam menganggap, bulan Dzul Qa’dah adalah tergolong asyhurul hurum, bulan yang mulia.
Tentang mempercayai hari atau bulan nahas, Imam Ibnu Hajar Haitami menegaskan dalam Fatawi al-Haditsiyah :
من يسأل عن النحس وما بعده لإيجاب الأعراض عنه وتصفيه ما فعله ويبين قبحه وإن ذلك من سنة اليهودى لا من هدي المسلمين المتوكلين على خالقهم وبارئهم الذين لايحسبون وعلى ربهم يتوكلون
“Jika ada orang bertanya tentang hari nahas dan hari-hari setelah itu, dengan tujuan mengharuskan untuk berpaling darinya atau menghindarkan suatu pekerjaan pada hari tersebut dan menganggapnya terdapat kesialan, maka sesungguhnya yang demikian ini termasuk tradisi kaum Yahudi, bukan sunnah kaum Muslimin yang selalu tawakkal kepada penciptanya dan tidak berprasangka buruk terhadap Allah.”
Oleh : Shofiyullah el_Adnany
Referensi : Fatawi al-Haditsiyah | Ibnu Hajar al-Haitami | Faidl Qadir 46 juz 1