Syaichona.net- Menjadi seorang penemu ilmu atau sauatu yang baru lainnya tentu tidak mudah, butuh keberanian yang membaja untuk menentang pakem dan kebiasaan berfikir orang disekelilingnya. Bisa-bisa ia dianggap orang gila dan bahkan nyawa menjadi taruhannya. Ahmad Syauqiy seorang pujangga Mesir mengatakan:
والناس في عداوة الجـــــديد • وقبضة الأوهــــــام من حديد
Suatu yang baru adalah musuh manusia
Dan genggaman imajinasi lebih kuat dari baja
Hal ini juga menimpa pada Imam Kholil bin Ahmad bin Amr bin Tamim al-Bishriy al-Farahidiy al-Azdiy, guru Imam Sibawih pasca beliau menemukan ilmu Arudh.
Kamaluddin Abdurrahman bin Ahmad Ibnu al-Anbar (w. 577 h) dalam kitabnya al-Alba’ fi Thabaqati al-Adaba’ mengisahkan:
“Pada suatu hari Imam Kholil menulis ilmu Arudh di kediamannya. Sering kali beliau mengucapkan wazan-wazan Arudh yang tak dimengerti oleh orang lain. Suaranya itu pun terdengar oleh sang anak. Khawatir dengan apa yang didengarnya, akhirnya anaknya pergi keluar rumah lalu mengumumkan peristiwa itu di khalayak, “Sesungguhnya ayahku telah gila, dia sering mengucapkan kalimat yang aku tak paham.”
Heran dengan kata-kata si anak, masyarakat langsung bergegas menuju ke kediaman Kholil.
Mereka bertanya kepada Kholil, “Wahai Kholil, apa yang terjadi padamu? Apakah kamu mau agar kami mengobatimu?”
Kholil berkata, “Ada apa dengan kalian?”
Mereka berkata, “Anakmu mengadu kepada kami, bahwa kamu telah gila.”
Dalam versi lain sebagaimana yang dikisahkan Shalahuddin Kholil bin Aybak ash-Shafadiy (w. 764 h) dalam kitabnya Al-Wafi bi al-Wafayat:
“Saat Imam kholil hendak menciptakan ilmu Arudh, beliau menyendiri dalam kamarnya lalu beliau meletakan semacam baskom kemudian menabuhnya dengan kayu sembari melafadz wazan-wazan ilmu Arudh:
فاعلن مستفعلن فعولن
Kejadian itu diketahui oleh saudara laki-laki Imam Kholil lantas sang saudara mengabarkan pada orang-orang di masjid: “Saudaraku al-Kholil telah menjadi orang gila”.
Lalu orang-orang masuk ke rumah Imam Kholil untuk membuktikan kebenaran kabar itu dan benar apa yang dilihat mereka, Imam Kholil sedang menabuh semacam Baskom.
Mereka pun berkata pada Imam Kholil: “Apa yang telah menimpamu, maukah engkau kami obati?”
“Darimana kalian mendapat informasi? Tanya Imam Kholil kepada mereka.
Mereka menjawab: “Saudaramu telah mengira bahwa engkau telah kerasukan.
Seusai mengetahui alasan mereka, Imam Kholil menjawabnya sembari melantunkan syair dengan langgam bahar al-Kamil:
لو كـنت تعلم ما أقول عذرتني • أو كنت أجهل ما تقول عذلكا
لكن جهلت مقــــالتي فعذلتني • وعلمت أنك جــــاهل فعذرتكا
Jika kalian tahu apa yang aku ucapkan, pastilah kalian akan meminta maaf padaku
Atau jika aku yang bodoh hingga tak mengerti ucapan kalian, aku akan menjauhi kalian.
Akan tetapi, pada kenyataannya memang kalianlah yang tak paham akan ucapanku, maka menjauhlah dariku.
Dan aku tahu bahwa kalianlah yang bodoh, oleh karenanya aku memaafkan kalian.
Sekedar mengingatkan sebagaimana yang disampaikan Abdul Wahid bin Ali Abu ath-Thayyib al-Lughawiy dalam kitab Muratubu an-Nahwaini bahwa sebelum Imam Kholil menemukan ilmu arudh, beliau berdia di depan Ka’bah:
اللهمّ ارزقني علما لم يسبقني إليه الأوّلون ، ولا يأخذه إلا عنّي الآخرون
“Ya Allah! Berilah aku sebuah ilmu yang belum pernah ditemukan orang-orang sebelumku dan orang-orang setelahku.”
Setelah itu Imam Kholil pulang ke Negaranya dan mencipatankan Ilmu Arudh.
Penulisan : Abdul Adzim
Publisher: Fakhrul
Referensi:
✍️ Kamaluddin Abdurrahman bin Ahmad Ibnu al-Anbar| Al-Alba’ fi Thabaqati al-Adaba’| Daru al-Kutub al-Ilmiyah hal 50-51.
✍️ Shalahuddin Kholil bin Aybak ash-Shafadiy| Al-Wafi bi al-Wafayat| Daru Ihya’ wa at-Turats al-Arabiy juz 13 hal 243-243.
✍️ Abdul Wahid bin Ali Abu ath-Thayyib al-Lughawiy| Muratubu an-Nahwaini| Al-Maktabah al-Ashriyah hal 47-48.
✍️ A. D. Ahmad bin Ali al-Qarniy| Al-Ibda’ al-Ilmiy| hal 79 https://books.google.co.id