Syaichona.net- Dikisahkan, al-Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafiy (w. 95 h) salah satu penguasa Dinasti Umayyah pada suatu hari melaksanakan ibadah haji. Lalu singgah di mata air minum antara Makkah dan Madinah. Kemudian al-Hajjaj mengajak makan bersama dan berkata kepada pengawalnya:
“Carikan aku orang yang bisa aku ajak makan bersama di sekitar daerah ini”.
Tanpa banyak bertanya, pengawal al-Hajjaj mencari seorang yang bisa diajak makan bersama di sekitar mata air itu. Namun usahanya sia-sia karena memang tempat itu jauh dari pemukiman penduduk, sampai akhirnya ia menemukan A’rabi (orang pedalaman Arab) yang sedang tidur nyenyak di atas bukit di antara dua pohon Syamlah dan kerena tidak menemukan orang lagi yang bisa diajak, pengawal al-Hajjaj membangunkan A’rabi tersebut.
“Bangunlah! Rajaku mengundangmu”. Kata pengawal al-Hajjaj.
Sesampainya di hadapan al-Hajjaj, al-Hajjaj meminta kepada A’rabi tadi membasuh tangannya.
“Basuhlah tanganmu, mari makan bersamaku”. Ajak al-Hajjaj.
Namun A’rabi itu menolaknya sembari berkata: “Tidak, aku telah diundang oleh orang yang lebih baik darimu dan aku telah menyanggupinya.”
“Siapa dia”. Tanya al-Hajjaj penasaran.
“Allah ﷻ telah mengundangku untuk berpuasa. Maka hari ini aku harus berpuasa.” Tegas A’rabi.
“Di cuaca yang sepanas ini?” Tanya al-Hajjaj.
Sang A’rabi berkata: “Ia, Aku berpuasa demi hari yang lebih panas dari pada hari ini.”
“Bagaimana jika hari ini engkau batalkan saja dulu puasamu, dan besok kamu berpuasa?” Pinta al-Hajjaj membujuk sang A’rabi.
Dan sang A’rabi berkata kepada al-Hajjaj: “Jika kamu bisa menjamin aku bisa hidup hingga esok hari, aku akan batalkan puasaku.”
“Aku tidak mempunyai kemampuan itu”. Jawab al-Hajjaj.
Sang A’rabi berkata: “Lalu kenapa Tuan meminta puasaku ditunda esok, jika Tuan tidak punya kemampuan menanggung hidupku hingga esok hari?”.
“Makanan yang aku suguhkan padamu ini, adalah makan yang lezat dan mahal. Sayang jika tidak kamu cicipi”. Tawar al-Hajjaj.
Sang A’rabi pun berkata: “Bukanlah Tuan dan orang yang memasak makanan ini yang membuat makan ini lezat, akan tetapi nikmat sehat yang diberikan Allah ﷻ sehingga Tuan dan orang yang memasak merasakan kelezetan makanan ini.” Subhanallah! Semoga Allah ﷻ vmeridhoi A’rabi itu dan kita semua. Amin.
Kisah ini dicerita oleh al-Yafi’iy dari Said bin Abi Urubah.
Penulis : Abdul Adzim
Publisher : Fakhrul
✍️ Syaikh Zainuddin bin Abdul Aziz al-Maribariy| Irsyadu al-Ibad ila Sabili ar-rasyad| Daru al-Kutub al-Ilmiyah hal 81.