Sebagai umat Muslim, siapa yang tidak ingin berjumpa dengan Nabi Muhammad ﷺ meski hanya dalam sebuah mimpi. Maka dari itu para ulama khususnya para waliyullah. Selain diberi anugerah melihat Allah ﷻ, dapat menatap dan bertemu Baginda Nabi Muhammad ﷺ adalah sebuah impian utama dalam setiap panjatan doa-doa mereka.
Syaikh Abdul Wahhab bin Ahmad asy-Sya’raniy (w. 973 h) dalam Thabiqatu al-Qubro Lawqihi al-Anwar fi Thabaqati al-Akhar mengatakan:
وكان رضي الله عنه يقول: رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم في المنام، فقال لي: قل: عند النوم أعوذ بالله من الشيطان الرجيم خمساً بسم الله الرحمن الرحيم خمساً ثم قل: اللهم بحق محمد أرني وجه محمد حالا، ومآلا فإذا قلتها عند النوم، فإني آتي إليك، ولا أتخلف عنك أصلا ثم قال: وما أحسنها من رقية.
“Syaikh Muhammad Abu al-Mawahib asy-Syadziliy (w. 850 h) berkata; Aku telah bermimpi Rasulullah ﷺ dan Beliau ﷺ berkata kepadaku, “Ketika tidur bacalah بسم الله الرحمن الرحيم sebanyak 5 kali dan أعوذ بالله من الشيطان الرجيم sebanyak 5 kali, kemudian bacalah do’a berikut :
اَللَّهُمَّ بِحَقِّ مُحَمَّدٍ أَرِنِيْ وَجْهَ مُحَمَّدٍ حَالاً وَ مَالاً
Artinya : “Yaa Allah dengan berkat Muhammad ﷺ perlihatkanlah kepadaku wajah Muhammad ﷺ saat ini ataupun pada saat nanti”
Jika engkau mengamalkannya ketika hendak tidur, maka sungguh aku akan mendatangimu dan aku tidak akan meninggalkanmu sama sekali.”
Kemudian Syaikh Abu al-Muwahib asy-Syadziliy berkata: “Bacaan ini merupakan paling baiknya rukyah (amalan) dan bermakna sekali bagi siapa saja yang mempercayainya”.
Dalam kitab asalnya Syarhu al-Hikam al-Atha’yah, Syaikh Abu al-Muwahib asy-Syadziliy menambahkan: “Amalan ini adalah paling agung dan paling mudahnya doa-doa untuk bisa bertemu dengan Baginda Nabi ﷺ dalam mimpi karena tidak banyak memakan waktu. Sungguh banyak orang dan saudara-saudaraku fillah—semoga Allah ﷻ menguatkan komunitas dan menambah pengikut mereka—yang membuktikan keampuhan amalan tersebut dangan cara ini. Dan untuk menambah terkabul amalan ini, hendak memperbaharui wudhu terlebih dahulu dan membaca di malam Jum’at sebagaimana telah banyak keterangan yang menjelaskan keutamaan hal ini. Aku telah bermimpi bertemu Rasullullah ﷺ di bulan Ramadhan di sepuluh akhir. Pada saat itu aku melihat Rasulullah ﷺ seperti bulan purnama begitu indahnya, memakai pakaian sutra, menghadap dengan rambut terurai tanpa penutup kepala dan tersenyum menyungging arahku. Cahaya beliau berkilau nyaris merampas semua mata yang memandang dan aku saat itu sedang sibuk membaca wiridku lalu Rasulullah ﷺ memanggilku sembari berkata: “Mendekatlah padaku”. Lantas aku mendekat pada beliau kemudian beliau menganugerahkan kepadaku sebuah berita bahagia.
ذٰلِكَ فَضْلُ اللّٰهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَّشَاۤءُ ۗ وَاللّٰهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيْمِ ﴿الجمعة : ۴﴾
Artinya: “Demikianlah karunia Allah, yang diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki; dan Allah memiliki karunia yang besar.” (QS. Al-Jumu’ah: 4).
اللهم متعنا وإخواننا بالنظر إلى وجهك ووجهه الكريم، وأدم علينا مشاهدته يا رحمن يا رحيم
Artinya: “Ya Allah! Semoga Engkau sudi mengkaruniakan kepada kami dan saudara-saudara kami semua dengan bisa melihat Dzat-Mu dan wajahnya (Rasulullah ﷺ) yang mulia dan semoga Allah ﷻ melanggengkan kita semua bisa memandang wajahnya. Duhai Dzat Yang Maha Pengasih, Duhai Dzat Yang Maha Penyayang.”
Dari hasil pantauan penulis, amalan ini selain disebut Syaikh Abdul Wahhab asy-Sya’raniy dalam kitabnya di muka dan Syaikh Abu al-Muwahib sendiri dalam kitabnya. Banyak ulama yang mengutip dan mengabadikan amalan ini dalam beberapa karya mereka di antaranya:
Syaikh Abdul Mahmud bin Syaikh Nur ad-Daim ath-Thayyibiy (w. 1222 h) dalam kitabnya Raudhu al-Ma’aniy wa Majalisu al-Unsi wa at-Tahaniy, Syaikh Abi Ali al-Hasan bin Muhmmad bin Qasim al-Kauhani al-Fasiy al-Maghribiy (w. 1247 h) dalam kitabnya Thabqatu asy-Syadziliy al-Kubro Jami’i al-Karamat al-Aliyah fi Thabqatu as-Sadati asy-Syadziliy, Syaikh Abdul Majid bin Thaha ad-Dahibiy al-Jailaniy al-Qadiriy ar-Rifa’iy dalam kitabnya Kanzu al-Asror wa al-Ma’aniy fi Ahzabi wa ‘Ud’iyah as-Sadati al-Aqthab wa al-Qathbu al-Jailaniy, Syaikh Abdullah Muhammad bin Muhammad al-Jurjaniy (w. 1270 h) dalam kitabnya al-Minahu al-Wahbiyati ala Talkhishi asy-Syamaili an-Nabawiyah, Syaikh Yusuf bin Ismail an-Nabahaniy (w. 1350 h) dalam kitabnya Afdhalu asah-Shalawat ala Sayyidi as-Sadah ﷺ, Syaikh Muhammad al-Maruni dalam kitabnya Syumsyi al-Anwar wa Ma’dani al-Asror ala ash-Sholati al-Qathbu al-Akbar Maulana Abdus Salam bin Masyisyis dan lain sebagainya. Waallahu A’lamu
Penulis: Abdul Adzim
Referensi:
✍️ Syaikh Abdul Wahhab bin Ahmad asy-Sya’raniy| Thabiqatu al-Qubro Lawqihi al-Anwar fi Thabaqati al-Akhar| https://lib.eshia.ir/40239/2/66 juz 2 hal 66.
✍️ Syaikh Abu al-Muwahib asy-Syadziliy| Syarhu al-Hikam al-Atha’yah| Book-Publisher hal 6.
✍️ Syaikh Abdul Mahmud bin Syaikh Nur ad-Daim ath-Thayyibiy| Raudhu al-Ma’aniy wa Majalisu al-Unsi wa at-Tahaniy| Book-Publisher hal 53-54.
✍️ Syaikh Abi Ali al-Hasan bin Muhmmad bin Qasim al-Kauhani al-Fasiy al-Maghribiy| Thabqatu asy-Syadziliy al-Kubro Jami’i al-Karamat al-Aliyah fi Thabqatu as-Sadati asy-Syadziliy| Daru al-Kutub al-Ilmiyah hal 125.
✍️ Syaikh Abdul Majid bin Thaha ad-Dahibiy al-Jailaniy al-Qadiriy ar-Rifa’iy| Kanzu al-Asror wa al-Ma’aniy fi Ahzabi wa ‘Ud’iyah as-Sadati al-Aqthab wa al-Qathbu al-Jailaniy| Daru al-Kutub al-Ilmiyah hal 132.
✍️ Syaikh Abdullah Muhammad bin Muhammad al-Jurjaniy| Al-Minahu al-Wahbiyati ala Talkhishi asy-Syamaili an-Nabawiyah| Daru al-Kutub al-Ilmiyah hal 343.
✍️ Syaikh Yusuf bin Ismail an-Nabahaniy| Afdhalu asah-Shalawat ala Sayyidi as-Sadah ﷺ| Daru al-Kutub al-Ilmiyah hal 69.
✍️ Syaikh Muhammad al-Maruni| Syumsyi al-Anwar wa Ma’dani al-Asror ala ash-Sholati al-Qathbu al-Akbar Maulana Abdus Salam bin Masyisyis| Daru al-Kutub al-Ilmiyah hal 506.
✍️ Syaikh bin al-Haj Ali al-Bairamiy al-Midiy| Nafaisu al-Masail al-Multaqati wa al-Mujtamiati li al-Fadhail| Maktabah Sida hal 203.
✍️ Syaikh Shadiq Salim Shadiq| Ash-Shadiri al-Amah li at-Talaqi ‘Inda ash-Shufiyah Aradhan wa Naqadhan| Maktabah ar-Rusydu Riyadh hal 342.