Hukum Shalat Malam Nisfu Sya’ban 

oleh -340 views

Syaichona.net- Malam nisfu sya’ban merupakan malam yang sangat mulia. Ummat Islam dianjurkan menghidupkan malam tersebut dengan berbagai ibadah seperti shalat, dzikir, doa dan lain-lain. Hal itu dilakukan tidak lain karena mengharap curahan rahmat dan ampunan dari Allah Swt.

Pada dasarnya, dianjurkan menghidupkan malam nisfu sya’ban dengan ibadah shalat Sunnah, baik shalat Sunnah mutlak, withir, maupun tahajud. Namun ada peraktek shalat yang masih dipermasalahkan oleh para ulama fiqih, yaitu shalat nisfu sya’ban.

Praktek shalat sunnah nisfu sya’ban sendiri dijelaskan oleh Imam al-Ghazali dalam Ihya’-nya dan Syekh Abdul Qadir al-Jailani dalam al-Ghunyah-nya. Syekh Abdul Qadir al-Jailani mengatakan:

أما الصلاة الواردة في ليلة النصف من شعبان فهي مائة ركعة بألف مرة قل هو الله أحد في كل ركعة عشر مرات وتسمى هذه الصلاة صلاة الخير وتعرف بركاتها

 

Artinya, “Adapun shalat yang yang dilakukam di malam nisfu sya’ban ialah sebanyak 100 rakaat dengan membaca sebanyak 1.000 kali surat al-Ikhlas; disetiap satu rakaat dibaca sebanyak 10 kali. Shalat ini dinamakan shalat kebaikan dan berokahnya diketahui”. (Syekh Abdul Qadir al-Jailai, al-Ghunyah, vol 1,. Hal 348)

Imam Ghazali maupun Syekh Abdul Qadir bukan tanpa alasan menganjurkan shalat nisfu Sya‘ban ini. Beliau berdua mendasarinya dengan riwayat Al-Hasan.

حدثني ثلاثون من أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم أن من صلى هذه الصلاة في هذه اليلة نظر الله إليه سبعين نظرة، وقضي له بكل نظرة سبعين حاجة، أدناها المغفرة

 

Artinya, “Diriwayatkan dari Al-Hasan. Dikatakannya, ‘Telah meriwayatkan kepadaku tiga puluh sahabat Nabi shallalu ‘alaihi wasallam. ‘Sungguh orang yang menunaikan shalat ini pada malam ini (nisfu Sya‘ban), maka Allah akan memandangnya sebanyak tujuh puluh kali dan setiap pandangan Dia akan memenuhi tujuh puluh kebutuhan. Sekurang-kurangnya kebutuhan adalah ampunan,’’” (Lihat al-Ghunyah, Jilid 1, hal. 349).

Bahkan Syekh Abdul Qadir al-Jailani mengatakan bahwa ulama salaf terdahulu mengamalkan shalat ini secara berjamaah.

وكان السلف الصالح يصلونها جماعة يجتمعون لها، وفيها فضل كثير وثواب جزيل

Artinya, “Ulama salafu as-shalih mengamalkan shalat ini secara berjamaah. Dan di dalamnya terdapat banyak keutamaan dan pahala yang besar”. (Lihat al-Ghunyah, Jilid 1, hal. 349).

Peraktek shalat sunnah nisfu sya’ban inilah yang banyak dipermasalahkan oleh ulama fiqih. Bahkan menganggap shalat nisfu sya’ban ini sebagai bid’ah. Salah satunya, Imam Nawawi dalam Majmu’-nya mengatakan:

الصلاة المعروفة بصلاة الرغائب وهي ثنتى عشرة ركعة تصلى بين المغرب والعشاء ليلة أول جمعة في رجب وصلاة ليلة نصف شعبان مائة ركعة وهاتان الصلاتان بدعتان ومنكرتان قبيحتان ولا يغتر بذكرهما في كتاب قوت القلوب وإحياء علوم الدين زلا بالحديث المذكور فيهما فإن كل ذلك باطل

Artinya, “Salat yang dikenal dengan nama Salat Raghaib, sebanyak 12 rakaat yang dilakukan antara Maghrib dan Isya’ di Jumat pertama bulan Rajab. Dan Salat di malam Nishfu Sya’ban sebanyak 100 rakaat. Dua salat ini adalah bidah yang buruk dan mungkar. Jangan tertipu dengan pencantuman kedua salat ini di kitab Qut Al-Qulub dan Ihya Ulumiddin, dan jangan terpedaya dengan hadis keduanya. Sebab semua hadisnya adalah palsu” (Al-Majmu’, 4/56)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, menghidupkan malam nisfu Sya‘ban dengan shalat sunnah merupakan hal yang sangat dianjurkan. Yang dipermasalahkan oleh beberapa ulama fiiqih, termasuk oleh An-Nawawi adalah shalat sunnah nisfu Sya‘ban yang 100 rakaat. Adapun mengisinya dengan shalat sunnah yang lain, seperti shalat sunnah taubat, shalat sunnah tahajud, shalat sunnah witir, dan seterusnya, tidak dipermasalahkan. Termasuk shalat sunnah sebanyak dua rakaat dengan niat shalat sunnah nisfu Sya’ban. Sebab tidaklah tercela menambahkan niat lain ke dalam suatu shalat sunnah setelah ikhlas karena Allah. Sayyid Muhammad bin ‘Alawi Al-Maliki mengatakan:

 لا يقدح في نية المصلي إذا ما نوى بعد الإخلاص لله بصلاته نية أخرى مندرجة تحت نيته الأصلية ومضافة إليها

Artinya, “Dalam niat orang yang shalat setelah ia meniati shalatnya dengan ikhlas karena Allah, tidak tercela ada niat lain yang masuk ke dalam niat asalnya dan niat itu ditambahkan kepadanya.”(Sayyid ‘Alawi al-Maliki, Madza Fi Sya’ban, hal 122)

Demikian komentar para ulama terkait shalat nisfu sya’ban. Semoga bermanfaat bagi kita semua.

Penulis : Pusiri

Publisher : Fakhrul

banner 700x350

No More Posts Available.

No more pages to load.