Rabu, (08/02/23). KH. Ikhwan Efendi Ismail Pengasuh Pondok Pesantren Darussalam, Paterongan Galis Bangkalan. hadiri acara penutupan lembaga Majelisul Munadhoroh wal Maktabah atau yang lebih dikenal dengan M3 Syaichona. Dalam acara penutupan tersebut beliau mengisi ceramah agama kepada segenap para santri. Dalam ceramahnya beliau banyak menceritakan kisah-kisah santri Syaichona Moh. Cholil yang banyak menjadi pendiri Pondok Pesantren, Tokoh Nasional dan Tokoh pergerakan.
Diantara kisah yang beliu sampaikan adalah kisah KH. Abdul Majid, beliau adalah salah satu santri Syaichona Moh. Cholil Bangkalan, Pendiri Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-bata, memiliki santri bernama Sholeh yang setiap harinya hanya bertugas melayani KH. Abdul Majid.
Diceritakan konon ketika KH. Abdul Majid hendak membangun dapur didalemnya, beliau menyuruh Sholeh Khoddamnya untuk membeli paku guna pembangunan dapur.
“Sholeh…tolong belikan saya paku di pasar, dan bawalah kuda saya ini..! “Perintah KH. Abdul Majid kepada khoddam setianya. Tanpa banyak tanya, langsung saja Sholeh berangkat membeli paku dengan membawa kuda kianya.
KH. Abdul Majid menuggu Sholeh yang sedang pergi membeli paku untuk membangun dapurnya, lama sekali Sholeh tak kunjung datang hingga membuat KH. Abdul Majid marah besar.
Dapurnya tak kunjung jadi karena menunggu Sholeh yang sedang membeli paku, hingga ketika Sholeh datang KH. Abdul Majid langsung marah besar kepadanya.
“Kemana saja kamu Leh…?” Tanya KH. Abdul Majid, Sholeh tidak mampu menjawab karena ketakutan, sehingga Sholeh dipukul oleh KH. Abdul Majid, sampai Bu, Nyai (Istri KH. Abdul Majid) keluar dari rumahnya.
“Sudahlah ba…” Dauh Bu Nyai. melerai keadaan. Lalu menyuruh Sholeh makan kedalam, dan didalam Sholeh ditanya oleh Bu Nyai.
“Sholeh… jujur dari mana saja kamu kok membeli paku lama sekali, bukankah kamu sudah membawa kudanya Kiai ?” Tanya Bu Nyai dengan pelan.
“Maaf Bu Nyai, saya tidak kemana-mana lagi dan benar saya membawa kudanya Kiai, akan tetapi Kiai hanya memerintahkan padaku untuk dibawa saja tidak memerintahkan untuk di tunggangi, jadi agak lama yang pergi ke pasar,” Jawab Sholeh dengan polos.
Masyaallah…Bu Nyai. menghela nafas takjub dengan kepatuhan dan kejujuran Sholeh, lalu menyampaikan hal tersebut kepada KH. Abdul Majid.
Kemudian KH. Abdul Majid memanggil Sholeh dan berkata “Wahai Sholeh, kamu adalah orang yang jujur, kamu ku perintahkan untuk membawa kudaku dan engkau benar-benar membawa kudaku tanpa menafsiri untuk kamu tunggangi, aku Ridho kepadamu, maka pulanglah kamu dan Molang (Madura_red)
Sholeh kebingungan akan perintah kiainya, karena selama nyantri tidak pernah mengaji kepada kiainya sebab kesibukan menjadi khoddam.
Akan tetapi karena dia merasa itu adalah perintah dari gurunya yang harus dipatuhi maka dia pulang ke kampung halamannya, lalu mencoba membaca Kitab Safina dan kitab-kitab lain dan langsung bisa untuk memahaminya hingga beliau mendirikan Pondok Pesantren di Jember.
Author : Fakhrullah
Editor: Fakhrul