﴾۹ وَجَعَلْنَا مِنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ سَدًّا وَّمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَاَغْشَيْنٰهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُوْنَ : ﴿يس
Artinya: “Dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang mereka juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat. (QS. Yasin: 9).
Bagi yang gemar membaca Surat Yasin, tentu banyak yang hafal dengan Ayat tersebut. Namun barang kali sedikit yang tahu tentang kronologi, arti dan kepada siapa Ayat tersebut diturunkan?.
Syaikh Hamami Zadah Afandi dalam Tafsirnya mengatakan: “Menurut sebagian riwayat kronologi turunnya Ayat ini berkaitan dengan pribadi Abu Jahal dan para komplotannya dari Bani Makhzum. Saat itu Abu Jahal telah bersumpah:
“Sungguh! Jika aku melihat Muhammad sholat, Aku meremukkan kepalanya dengan Batu”.
Hari berlalu, Abu Jahal selalu mencari kesempat untuk melakukan aksinya dan pada suatu hari Abu Jahal benar-benar mendapati Nabi Muhammad ﷺ melakukan sholat. Ia pun mendatangi Nabi ﷺ yang sedang sholat. Ketika berada dibelakang Nabi ﷺ dengan kebencian yang membara, Abu Jahal segera mengangkat Batu di tangannya namun sial seketika tangannya lumpuh layuh tidak punya tenaga hingga Batu yang di tangannya mengena pada lehernya sendiri. Setelah kejadian itu Abu Jahal berceritakan pada kawan-kawannya. Lantas seseorang dari mereka berkata dengan pongahnya:
“Aku yang akan membunuh Muhammad dengan Batu ini”.
Seperti Abu Jahal, orang itu pun melakukan niat busuknya. Ia mendatangi Nabi Muhammad ﷺ yang sedang sholat. Dengan batu di tangan orang itu hendak melempar Nabi ﷺ namun belum sempat ia melaksanakan niatnya, Allah ﷻ membutakan kedua matanya hingga ia hanya bisa mendengar suara Nabi ﷺ tapi tidak bisa melihat apa-apa. Ia lantas kembali kepada kawan-kawan dengan mata yang buta.
“Apa yang telah kamu perbuat”. Tanya kawan-kawannya setelah orang sampai di hadapan mereka.
“Aku tadi hendak membunuh Muhammad dengan Batu, setelah aku bertemu dengannya dan mengangkat Batu, kedua mataku tidak bisa melihat apa-apa tapi anehnya aku masih bisa mendengar suaranya. Rasanya seperti ada penghalang antara aku dengannya, di depanku seperti ada anak Sapi yang mengebas-ngebaskan ekornya. Andai aku mendekat, anak Sapi itu akan menyantapku mentah-mentah.” Tutur orang itu menceritakan apa yang baru ia alami kepada kawan-kawannya.
Setelah kejadian itu, setiap Abu Jahal hendak menyelakai Nabi Muhammad ﷺ. Ia tidak bisa melihat Nabi ﷺ.
Dalam riwayat lain, bahwa kronologi Ayat ini ditujukan pada sekelompok orang dari kalangan kaum Quraisy. Kala itu Nabi ﷺ dan para sahabatnya duduk-duduk di samping pintu Ka’bah lalu salah satu dari kalangan orang Quraisy berkata pada kawan-kawannya: “Kemarilah kalian semua, bagaimana kalau kita tangkap Muhammad dan para sahabatnya kemudian kita bawa mereka ke bukit Abi Qubais lalu kita bunuh mereka kecuali orang yang mau mengingkari agamanya kita lepaskan? Atau kalau tidak, kita langsung menghabiskan mereka semua.”
Setelah kesepakatan itu, mereka kaum Quraisy segera mendatangi Nabi ﷺ dan para sahabatnya untuk melakukan aksinya. Maka Allah ﷻ menjadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan dibelakang mereka juga sekat sehingga mereka di tidak bisa melihat Nabi ﷺ dan para sahabatnya.
Dalam satu riwayat yang lain dikatakan, bahwa kronologi Ayat ini ditujukan pada masalah orang-orang yang Musyrik. Kala itu orang-orang Musyrik berkumpul di salah satu perkumpulan mereka dan salah satu di antara mereka memperbincangkan perihal Nabi Muhammad ﷺ dengan berkata:
“Muhammad itu telah mengerjakan begini dan begitu”.
Lalu datanglah Nabi ﷺ dan berdiri di dekat mereka sembari membaca Surat Yasin hingga pada firman Allah ﷻ:
﴾۹ فَهُمْ لَا يُبْصِرُوْنَ ﴿يس
Kemudian Nabi ﷺ mengambil segenggam Debu lalu ditaburkan pada Wajah dan Jenggot mereka setelah itu Nabi ﷺ pergi dari hadapan mereka tanpa ada yang bisa melihat beliau. Mereka hanya bisa termangu sembari membersihkan Wajah dan Jenggot dari Debu, mereka berkata: “Demi Allah aku tidak bisa melihat dan mendengar suaranya sama sekali (saat ia pergi).
Wallahu A’lamu.
Penulis : Abdul Adzim
Publisher : Fakhrul
Referensi:
✍️ Syaikh Hamami Zadah Afandi| Tafsir Yasin Hamami| Toko kitab al-Hidayah hal 4.