Syaichona.net- Kh. Ismail Al-Ascholy, yang akrab disebut Lora Ismail atau Mas En dan Dr. Kh. Afifuddin Dimyathi Lc. M.A, yang biasa disapa Gus Awis, menjadi pemateri pada acara seminar santri (29/12/22) bertema “Al-Qur’an dalam Perspektif Ulama Nusantara” dan merupakan rangkaian dari acara BMW XII (Bathsul Masail Wustho ke-26) di PP Syaikhona Moh. Cholil.
Ulama Nusantara mempunyai perspektifnya tersendiri dalam menafsiri atau mantadabburi ayat-ayat al-qur’an. Di antaranya tafsir almarhum Kh. Maimoen Zubair, kitab Kalla Saya’lamun. Beberapa hasil tadabbur beliau disampaikan oleh Lora Ismail, sebagai pemateri pertama dalam acara seminar tersebut.
Di antaranya yang unik, bahwa di dalam al-qur’an hanya pada surat Al-Ikhlas saja yang mempunyai huruf “dal” berjumlah lima. Kata “dal lima” mirip-mirip dengan “dilema” atau bahasa Jawanya “delimo” yang berarti susah/bingung/galau. Sehingga Kh. Maimoen Zubair menyampaikan tafsir: orang yang dilanda dilema maka perbanyak membaca surat Al-Ikhlas.
Dalam surat Al-Ikhlas juga disebutkan lafazd “احد” itu ada dua tetapi maknanya berbeda. ‘Ahad’ yang pertama berarti khaliq (pencipta) sedangkan ‘ahad’ yang kedua di akhir surat bermakna makhluq (ciptaan). Dan di dunia ini hanya ada dua saja. Tidak ada yang ketiga yaitu makhluk setengah Tuhan.
Kemudian Gus Awis, sebagai pemateri kedua, memaparkan kalau ulama Nusantara memandang al-qur’an dalam empat perspektif, (1) sebagai bacaan, (2) sebagai bahan kajian, (3) sebagai materi pengajaran, (4) sebagai panduan amal.
Interaksi ulama Nusantara terhadap al-qur’an ada tiga inti sari, (1) selektif (memilih mana yang terbaik untuk masyarakat, contohnya ketika ingin menuliskan kitab yang membahas al-qur’an), (2) akomodatif (menyesuaikan materi yang digunakan terhadap masyarakat Nusantara), (3) progresif (penyajiannya dimodifikasi dengan cara berbeda).
Reporter : Muh. Rosul
Publisher : Fakhrul