Syaichona.net- Rasulullah SAW menyampaikan tuntunan kepada seorang laki-laki untuk memilih calon istri yang baik kualitas agamanya, yaitu perempuan salehah. Karena yang demikian, akan menolong suaminya menghidupkan lentera agama seterang-terangnya.
Begitulah, dalam Islam menikah bukan hanya tentang membentuk keluarga yang harmonis tetapi juga menyempurnakan agama.
Sehingga untuk sampai pada tujuan tersebut, memilih calon mempelai istri yang berakhlak terpuji merupakan final, sebagai pengantar memperoleh baiknya agama. Sebagaimana ada ucapan: “Seluruh agama Islam adalah baiknya budi pekerti.”
Kendati begitu, bersabar atas ucapan buruk yang muncul dari lisan seorang istri merupakan ujian para wali Allah. Kalau bisa melewatinya akan mendapat tingkatan kewalian, sebagaimana yang terjadi pada Syaikh Abdurrahman Bajalhaban. Lantas, hal tersebutlah yang digedorkan oleh sebagian orang sebagai anjuran untuk menikahi perempuan yang buruk ucapannya. “Menguji kesabaran, supaya jadi wali” ucap mereka.
Namun, saya tidak merekomendasikan pendapat seperti itu. Sebab kita dengan Syaikh Abdurrahman Bajalhaban berbeda tingkat kesabaran dan ketaatan pada Allah SWT. Oleh karenanya, belum tentu dengan mendapatkan istri yang demikian, bisa mengantarkan kita menjadi wali. Tetapi justru bisa merusak bangunan pernikahan kita sendiri. Maka, lebih baik mengambil jalan aman.
Maka, dalam memilih calon pasangan hidup, carilah yang mempunyai akhlak baik. Tetapi, jika sudah terlanjur memperistri seorang perempuan yang akhlaknya tidak begitu baik, bukan justru langsung ditalak ataupun ditinggalkan begitu saja.
Namun, al-Qur’an memberi pedoman agar tetap menyikapi mereka dengan baik. Bukan justru api dilawan oleh api, melainkan api dipadamkan oleh air. Kalau sang istri bersikap buruk, maka disikapi dengan baik. Sekali pun kita tidak menyukai balasan sikap yang sang istri lakukan.
Karena, terkadang Allah menurunkan hikmah kebaikan yang besar di balik hal demikian. Contohnya, dengan adanya istri yang cerewet meningkatkan sifat kesabaranmu atau justru mempersembahkan rejeki anak-anak yang saleh untukmu.
Penulis : Muhammad Rosul
Publisher : Fakhrul
Referensi:
– HR. Abu Daud dan An-Nasai dari Abu Hurairah
– Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, juz 3 hal 52
– Kalam Gus Mus dalam salah satu ceramahnya
– Wahbah az-Zuhaili, At- Tafsir Munir, juz 4 hal 303