Syaichona.net- Jika anda ingin mengetahui arti tawadhu’ yang sesungguhnya, lihatlah beliau, RKH. Fakhruddin Aschal. Sifat tawadhu’nya benar-benar berangkat dari hati yang bersih, ikhlas dan jujur tanpa dibuat-buat.
Tawadhu’nya tidak pilih-pilih orang. Kepada siapapun yang masih berstatus manusia beriman, dihadapinya dengan sikap tawadhu’ yang suci tanpa ingin dipuji.
Allah ﷻ berfirman :
وَٱخۡفِضۡ جَنَاحَكَ لِمَنِ ٱتَّبَعَكَ مِنَ ٱلۡمُؤۡمِنِینَ
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang beriman yang mengikutimu.” (QS. Asy-Syu’ara: 215)
وَٱخۡفِضۡ جَنَاحَكَ لِلۡمُؤۡمِنِینَ
“Dan berendah hatilah engkau terhadap orang yang beriman.” (QS. Al-Hijr: 88)
Sebab memang ada tawadhu’ palsu yang dilakukan oleh orang-orang tertentu, karena tidak didasari dengan ilmu.
Beberapa ciri-ciri tawadhu’ palsu :
1. Sikap tawadhu’ kepada orang lain, tapi dalam hatinya merasa sebenarnya dia lebih baik dari orang tersebut. Inilah bentuk kesombongan yang bungkus dengan sikap rendah diri.
2. Tawadhu’ yang berlebihan. Dibuat-buat, agar orang lain menganggap dia orang yang berakhlak sehingga patut untuk dipuji. Namanya tawadhu’ pamer.
3. Tawadhu’ hanya kepada orang yang dianggapnya lebih tinggi derajatnya dari dia menurut ukuran sosial.
4. Tawadhu’ ketika ada maunya. Ada udang di balik batu. Ada maksud tertentu dibalik sikap tawadhu’nya. Contoh; ingin dipilih sebagai pemimpin ketika waktu pemilihan umum.
5. Tawadhu’ hanya ketika didepan umum, tapi saat sepi berkumpul dengan beberapa orang, tawadhu’nya hilang.
Definisi tawadhu’ sendiri adalah, kerendahan hati. Artinya ialah suatu sikap menyadari keterbatasan kemampuan diri, dan ketidakmampuan diri sendiri, sehingga dengannya seseorang tidaklah mengangkuh, dan tidak pula menyombong.
Wallahu A’lam
Oleh : Shofiyullah el_Adnany
Publisher : Fakhrul