Syaichona.net- Banyak cara dilakukan oleh orang tua untuk memberikan nama bagi anaknya yang baru lahir, hingga ada yang meminta petunjuk kepada gurunya, atau sudah ada namanya dan dihaturkan kepada gurunya.
Konon yang demikian pernah dilakukan oleh KH. Muhammad Rowi Mancengan, menghaturkan sang putra kepada gurunya, yaitu Syaichona Muhammad Cholil.
Lalu gurunya berta, “Siapa nama anaknya?” “Muhammad Tolhah, kyai.” “Lafadl Tolhah itu Isim Alam apa?” “Jenengan yang lebih tahu, kyai.” Kemudian Syaichona mendongakkan kepala ke atas, dan menjelaskannya kepada KH. Muhammad Rowi, “Lafadl Tolhah itu Isim Alam Manqul dari pohon surga yang sangat subur, dan buahnya yang lebat.”
Kelak KH. Muhammad Tolhah Rowi ini adalah satu-satunya santri yang dapat mengecup tangan Syaichona Cholil menjelang wafatnya, dan satu-satunya orang yang menyandingi beliau waktu itu.
Adalah Nabi Yahya di antaranya yang namanya langsung diberi oleh Allah yang tersebut dalam al-Quran. Allah berfirman:
یَـٰزَكَرِیَّاۤ إِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلَـٰمٍ ٱسۡمُهُۥ یَحۡیَىٰ لَمۡ نَجۡعَل لَّهُۥ مِن قَبۡلُ سَمِیࣰّا
“Wahai Zakaria! Kami memberi kabar gembira kepadamu dengan seorang anak laki-laki namanya Yahya, yang Kami belum pernah memberikan nama seperti itu sebelumnya.” (QS. Maryam: 7)
Abu Usaid dari kalangan sahabat yang pernah meminta petunjuk kepada Rasulullah ﷺ untuk nama anaknya. Ketika Rasul ﷺ bertanya siapa nama anaknya, beliau menjawab “Fulan, wahai Rasulullah.”
قالَ: لَا، وَلَكِنِ اسْمُهُ المُنْذِرُ فَسَمَّاهُ يَومَئذٍ المُنْذِرَ
Rasulullah ﷺ bersabda, “Tidak. Tapi namanya adalah Mundzir.” Lalu sejak itu Abu Usaid memberi nama anaknya dengan nama Mundzir.
Meminta petunjuk guru atau saran nama bagi anak yang baru lahir sepertinya lebih pas daripada memberi nama sendiri, yang kadang tidak tahu apa artinya. Kadang ada orang yang penting ada nama yang terdengar keren, lalu dipakai saja untuk nama anaknya tanpa mempertimbangkan artinya.
Padahal ada nama yang terlarang dalam Islam. Dan nama itu dituntut sebagus mungkin, sebagaimana tersebut dalam hadits riwayat Abi Darda’ berikut ini:
قال رسول الله صل الله عليه و سلم: انكم تدعون يوم القيامة باسماءكم واسماء آبائكم، فاحسنوا اسمائكم
Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya kalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama-nama kalian dan nama bapak kalian, maka perbaguslah nama kalian.” (Muhyiddin Dhib 146)
Namun demikian, sah-sah saja orang tua memberi nama sendiri untuk anaknya, toh itu adalah haknya mereka. Namun tetap harus memperhatikan arti atau makna dari nama yang dipilih tersebut, sebab nama adalah doa, nama akan dipakai seumur hidup, dan nama adalah media untuk mengenalkan seorang anak manusia kepada manusia lainnya.
Sedangkan KH. Bahuddin Nur Salim (Gus Baha’) berbeda dengan pandangan di atas. Menurut beliau, tidak dianjurkan meminta saran nama kepada seorang guru atau kyai. Alasannya kata beliau takut membingungkan guru.
Semoga kita semua mendapatkan barakahnya. Amin
Wallahu A’lam
Oleh : Shofiyullah el_Adnany