“Ilmu tanpa amal bagaikan pohon yang tidak berbuah, maka dari itu wajib kepada para santri agar mengamalkan ilmu yang telah didapatkan dari pondok pesantrennya,” Tutur Syaikh Asyraf Hamid Hassanain Al-Ja’fari Al-Azhari dalam memberikan mauidzotul hasanah kepada para santri di Pondok Pesantren Syaichona Moh Cholil Bangkalan, (Jumat/14/10/22).
Beliau juga menyampaikan langkah-langkah dalam menuntut ilmu yang baik dan benar. “Ada enam langkah dalam menuntut ilmu agar ilmu yang didapatkan dapat bermanfaat bagi umat,” Dauh Syaikh Asyrof.
Adapun keenam cara tersebut yaitu :
1. Niat, niat merupakan unsur utama dalam menuntut ilmu. Adapun niat yang dianjurkan adalah dengan bermaksud mencari ridho Allah SWT, niat menghilangkan kebodohan dan niat untuk beribadah kepada Allah SWT.
Sebagaimana dikatakan oleh Rasulullah SAW :
Dan juga dikatakan dalam Al-Qur’an :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya: “Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk menyembahku”
2. Mendengarkan, syarat yang kedua adalah mendengarkan ilmu dari guru, karena santri yang tidak mendengarkan penjelasan dari gurunya khawatir akan tersesat dalam ilmu yang dipelajarinya, “Hendaknya para santri mendengarkan penjelasan gurunya dengan duduk di depannya, memperhatikan apa yang dijelaskannya dengan baik dan tenang,” lanjut beliau.
3. Memahaminya, paham berarti memahami dengan baik apa yang disampaikan oleh gurunya, karena dengan memahami ilmu yang dipelajarinya dapat membuat seorang penuntut ilmu dapat beristifadah atau mengambil manfaat daripada ilmu tersebut, “Pahamilah keterangan-keterangan gurunya, dan pahamilah ilmu-ilmu yang telah dihafalkan, niscaya akan mendapatkan faidah daripada ilmunya itu,”Tutur beliau.
“Beliau mengumpamakan orang yang menghafal ilmu tapi tidak memahaminya seperti keledai, karena tradisi orang Arab keledai biasa digunakan untuk mengangkut barang-barang yang akan dijual kepasar, keledai ini hanya mendapatkan lelah saja, tidak ada untungnya, karena dia tidak tau, sedangkan yang untung adalah majikannya karena telah dibawakan barang bawaannya,” Jelas beliau.
4. Menghafalnya, menghafal ini merupakan salah satu metode yang mayoritas ulama salaf lakukan turun temurun, karena dengan menghafal, ilmu yang dibaca atau didengarnya dapat terjaga dengan baik sekaligus dapat memperluas ilmu yang dihafalkannya, sebagaimana Dauh Ulama :
من حفظ المتون حاز الفنون
Artinya : “Barangsiapa yang hafal kitab matan, maka dia akan menguasai berbagai fan ilmu.”
5. Mengamalkannya, sebagaimana alenia pertama, ilmu tanpa amal bagaikan pohon yang tak berbuah, Bahkan beliau menyampaikan bahwa musibah paling besar adalah mengetahui ilmu tapi tidak mengamalkannya. Kelak orang-orang alim yang banyak masuk neraka adalah orang alim yang tidak mengamalkan ilmunya.
“Kelak orang-orang alim ada yang masuk neraka, kemudian bertemu dengan orang-orang semasa hidupnya dahulu, lalu orang tersebut bertanya kepada yang alim, bukankah engkau dahulu orang alim yang dihormati ? Kenapa engkau berada di sini ?, Maka orang alim itu menjawab, karena aku tidak mengamalkan ilmuku,” Sambung Syaikh Asyrof.
6. Menyebarkannya, Tingkatan terakhir adalah menyebarkan ilmu, sebagaimana Rasulullah SAW mengajarkan ilmu kepada para sahabat, kemudian dari sahabat Kepada para tabi’in dan dari ta’biin kepada tabi’it Tabi’in hingga sampailah kepada kita semua.
Begitu juga Rasulullah SAW bersabda :
خيركم من تعلم القرآن وعلمه
Artinya : “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” Tutur Syeikh asyrof.
Selain itu beliau juga mengatakan bahwa Syaichona Cholil merupakan sosok teladan bagi umat, karena Syaichona Cholil telah mempelajari ilmu dengan tekun dan Syaichona Cholil juga mengajarkannya kepada semua orang sehingga banyak dari murid-muridnya menjadi ulama besar.
“Kalian memiliki Syaichona Cholil untuk dijadikan teladan, Syaichona Cholil menyebarkan Islam kemana-mana, mendidik para murid-muridnya hingga tersebar di segala penjuru, maka oleh karenanya pahalanya tidak akan putus meskipun Syaichona Cholil ada di kuburnya.” Tutur beliau mengakhiri penjelasannya.
Author : Fakhrullah