Syaichona.net- Sebagai Insan al-Kamil (manusia sempurna), sosok dan kehidupan pribadi Nabi Muhammad ﷺ—dari zaman ke zaman bahkan sejak sebelum Nabi merekaAdam as tercipta—selalu menjadi topik yang menarik dibicarakan. Tidak terkecuali tentang bulan dan hari serta tahun Nabi Muhammad ﷺ dilahirkan.
Dan telah diketahui bersama, bahwa Nabi Muhammad ﷺ dilahirkan tetap pada hari Senin, tanggal 12 Rabi’ul Awal di tahun Gajah menurut pendapat yang shahih dari mayoritas ulama.
Lantas jika ada pertanyaan, kenapa Nabi Muhammad ﷺ tidak dilahirkan di bulan Ramadhan yang merupakan bulan di turunnya al-Qur’an, Lailatu Qadar dan di dalam banyak terdapat keutamaan-keutamaan? Tidak dilahirkan di Asyhuru al-Haram (bulan-bulan yang mulia), di mana Allah ﷻ telah menjadikan bulan-bulan itu mulia karena di dalamnya langit dan bumi diciptakan? Tidak juga di malam Nisfu Sya’ban dan tidak pula di malam atau hari Jum’at?
Dalam hal ini, Sayyid Muhammad bin Alawiy bin Abbas al-Malikiy al-Makkiy al-Hasaniy (w. 1425 h) dalam kitab adz-Dzakhair al-Muhammadiyah fi Syamaili wa Fadhaili al-Mushthafa ﷺ mengatakan:
وإنما كان مولده في شهر ربيع على الصحيح ولم يكن في المحرم، ولا في رجب، ولا في رمضان، ولا غيرها من الأشهر ذوات الشرف، لأنه عليه الصلاة والسلام لا يتشرف بالزمان، وإنما يتشرف الزمان به، وكذلك المكان، فلو ولد في شهر من الشهور المذكورة، لتُوُهِّمَ أنه تشرف به، فجعل الله تعالى مولده عليه السلام في غيرها ليظهر عنايته به وكرامته عليه
“Sesungguhnya kelahiran Nabi Muhammad ﷺ berada di bulan Rabiul Awal menurut pendapat yang shahih. Bukan di bulan Muharram, Rajab, Ramadhan dan lain sebagainya dari bulan-bulan yang mulia. Karena Nabi Muhammad ﷺ tidak mulia karena sebab masa atau waktu. Namun waktu-lah yang menjadi mulia sebab Nabi Muhammad ﷺ lahir. Begitu pula tentang (kemuliaan) tempat. Jika Nabi ﷺ dilahirkan di bulan-bulan (mulia) tersebut, bisa jadi akan menimbulkan persepsi, Nabi ﷺ mulia gara-gara lahir di bulan mulia. Maka, Allah ﷻ menciptakan kelahiran Baginda Nabi ﷺ di bulan lain yang justru memberi pertolongan dan kemuliaan pada bulan lain itu sendiri.”
Senada dengan apa yang disampaikan Sayyid Muhammad bin Alawiy, redaksi yang sama bisa dijumpai dalam Subulu al-Huda wa ar-Rasyad fi Siratai Khairu al-Ibad karya Syaikh Muhammad bin Yusuf al-Shalihiy asy-Syamiy (w. 942 h), al-Mawahib al-Laduniyyah bi al-Minah al-Muhammadiyyah karya Syaikh Ahmad bin Muhammad al-Qasthalaniy (w. 923 h), Asyrafu al-Wasail ila Fahmi al-Masail karya Syaikh Syihafuddin Ahmad bin Hajar al-Haitamiy (w. 974 h).
Sementara tentang kelahiran Nabi Muhammad ﷺ di hari Senin, Syaikh Muhammad bin Yusuf al-Shalihiy asy-Syamiy menambahkan:
ما ورد في الحديث من أن الله تعالى خلق الشجر يوم الاثنين [ رواه أحمد ] . وفي ذلك تنبيه عظيم وهو أن خلق الأقوات والأرزاق والفواكه والخيرات التي يمتدّ بها بنو آدم ويحيون ويتداوون وتنشرح صدورهم لرؤيتها وتطيب بها نفوسهم وتسكن خواطرهم عند رؤيتها لاطمئنان نفوسهم لتحصيل ما يبقي حياتهم، على ما جرت به حكمة الحكيم سبحانه وتعالى. فوجوده صلى الله عليه وسلم في هذا الشهر في هذا اليوم قرّة عين بسبب ما وجد من الخير العظيم والبركة الشاملة لأمة محمد صلّى الله عليه وسلم
Terdapat sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad menyebutkan:
“Bahwa sesungguhnya Allah ﷻ menciptakan pepohonan di hari Senin”.
Hadits di atas secara tidak langsung memberitakan bahwa terciptanya makanan pokok yang menguatkan tubuh, rezeki, buah-buahan dan segala suatu yang diperlukan anak adam untuk hidup dan berobat begitu pula hati mereka terasa tentaram dan senang saat memandangnya merupakan rentetan hikmah yang dijalankan Allah ﷻ. Maka dari itu wujud (kelahiran) Nabi Muhammad ﷺ di bulan ini (Rabi’ul Awal) di hari Senin ibarat pepohonan yang menjadi sumber utama kebutuhan dan penyejuk hati anak Adam, sebab kelahiran Nabi Muhammad ﷺ adalah kebaikan yang besar dan barokah yang melimpah bagi umatnya.
Waallahu A’lamu
Penulis : Abdul Adzim
Publisher : Fakhrul
Referensi:
✍️ Sayyid Muhammad bin Alawiy bin Abbas al-Malikiy al-Makkiy al-Hasaniy| Adz-Dzakhair al-Muhammadiyah fi Syamaili wa Fadhaili al-Mushthafa ﷺ| Daru al-Kutub al-Ilmiyah hal 20.
✍️ Syaikh Muhammad bin Yusuf al-Shalihiy asy-Syamiy| Subulu al-Huda wa ar-Rasyad fi Siratai Khairu al-Ibad| Daru al-Kutub al-Ilmiyah juz 1 hal 338.
✍️ Syaikh Ahmad bin Muhammad al-Qasthalaniy| Al-Mawahib al-Laduniyyah bi al-Minah al-Muhammadiyyah| Daru al-Kutub al-Ilmiyah juz 1 hal 75.
✍️ Syaikh Syihafuddin Ahmad bin Hajar al-Haitamiy| Asyrafu al-Wasail ila Fahmi al-Masail| Daru al-Kutub al-Ilmiyah hal 38.