Syaichona.net- Bila kita pernah membaca kitab-kitab klasik karya para ulama, tidak jarang kita menemukan nama sang penulis didominasi oleh nama Ahmad atau Muhammad bahkan ada yang rangkap sampai tiga nama menyebut nama Ayah dan kakeknya dengan nama yang sama.
Ternyata, ide pemberian nama dengan nama agung Baginda Nabi Muhammad ﷺ tersebut bukan sekedar meniru atau ikut-ikutan yang tanpa dasar hukumnya. Tapi lebih dari pada itu, selain pemberian nama tersebut merupakan bukti kebanggaan dan kecintaan kepada beliau. Mengingat beliau ﷺ adalah sosok orang yang paling berjasa membawa umat manusia dari alam kegelapan jahiliyah dan kekufuran menuju alam penuh cahaya ilmu pengetahuan dan Islam. Tren tersebut juga didasari banyaknya keutamaan yang akan diperoleh bagi setiap anak laki-laki yang diberi nama dengan nama Ahmad atau Muhammad sebagaimana yang disampaikan dalam banyak hadits Nabi ﷺ tentang keutamaan hal itu. Berikut motifasi mereka di balik tradisi pemberian nama putra-putra mereka dengan nama Ahmad atau Muhammad;
Syaikh Abu bakar Syatho (w. 1300 h) dalam kitabnya Hasyiyah I’anah ath-Tholibin mengatakan:
وينبغي إكرام من اسمه محمد تعظيما له – صلى الله عليه وسلم، ويسن التسمية بهذا الاسم الشريف محبة فيه – صلى الله عليه وسلم. وقد ورد في فضل التسمية به عدة أحاديث، أصح ما فيها حديث: من ولد له مولود فسماه محمدا حبا لي وتبركا باسمي كان هو ومولوده في الجنة.
Sayogyanya memuliakan setiap orang yang diberi nama Muhammad karena untuk mengagungkan Baginda Nabi Muhammad ﷺ dan disunnahkan memberi nama (setiap anak laki-laki yang dilahirkan) dengan nama mulia ini sebagai kecintaan pada beliau ﷺ. Sungguh telah banyak hadits yang menjelaskan akan keutamaan memberi nama dengan nama Nabi ﷺ. Adapun paling shahehnya hadits yang menganjurkan hal itu adalah; “Barang siapa memiliki putra yang dilahirkan, hendaklah diberi nama Muhammad sebagai bukti kecintaan kepadaku dan mengambil keberkahan dengan namaku. Niscaya ia dan putra yang dilahirkan berada di Surga.”
Di halaman yang lain Syaikh Abu bakar Syatho dalam kitab yang sama beliau menambahkan:
منها: قوله عليه السلام: إذا كان يوم القيامة نادى مناد: ألا ليقم من اسمه محمد فليدخل الجنة كرامة لنبيه محمد – صلى الله عليه وسلم
Diantaranya lagi adalah sabda Nabi ﷺ; “Ketika datang hari kiamat, ada yang memanggil; Hai berdirilah orang-orang yang bernama Muhammad lalu masuklah ke dalam surga kerena untuk memuliakan Nabinya yaitu Nabi Muhammad ﷺ.
فينبغي أن لا يخلى الشخص أولاده من اسم محمد، ويلاحظ في ذلك عود بركة اسمه – صلى الله عليه وسلم – عليه
Seyogyanya bagi seseorang salah satu putra-putranya ada yang bernama Muhammad dan perlu dicatat dari anjuran ini bahwa pemberian nama tersebut tiada lain agar barokah putra yang bernama Muhammad kembali kepadanya.”
Al-Imam asy-Syafi’i ra ketika dikaruniai seorang putra memberi nama Muhammad dan beliau berkata;
سميته بأحب الاسماء إلي أي بعد عبد الله، وعبد الرحمان كما في التحفة وكثير يسمون محمدا، ويقول سميته باسم أبي وجدي، فكان الأولى أن يلاحظ فيه اسمه – صلى الله عليه وسلم – أولا، ثم اسم أبيه.
“Aku memberi nama putraku dengan nama yang paling aku cintai (setelah nama Abdullah dan Abdurrahman) sebagimana dikutip dari kitab at-Tuhfah. Para ulama banyak yang beri nama (putranya) dengan nama Muhammad dan Imam asy-Syafi’i ra berkata; Aku namakannya dengan nama Ayahku dan Kakekku. Maka yang perlu diperhatikan di sini bahwa memberi nama dengan nama Nabi ﷺ adalah yang lebih utama kemudian memberi nama dengan nama Ayahnya.
Selain itu Syaikh Said bin Muhammad Ba’ali Ba’isyan ad-Daw’abiy ar-Rubbathiy al-Hadhramiy asy-Syafi’iy (w. 1270 h) dalam Busyra al-Karim Syarhi Masaili at-Ta’lim atau Syarhu al-Muqaddimah al-Hadramiyah mengatakan;
فما زالت الأفاضل يعتنون باسم محمد حتى إن بعضهم يبلغ الثلاث الدرج وأكثر على اسم محمد، كما وقع للغزالي نفع الله به؛ فإنه محمد بن محمد بن محمد، فعادت بركته صلى الله عليه وسلم عليهم كما هو معلوم.
“Orang yang memiliki keutamaan (dari para ulama) senantiasa memberi perhatian dalam menamani putra-putra mereka dengan nama Muhammad hingga ada dari sebagian mereka yang bernama Muhammad sampai tiga generasi sebagaimana terjadi pada al-Imam al-Ghaziliy, beliau bernama asli Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazaliy. Maka tidak heran jika berkah Nabi Muhammad ﷺ kembali kepada mereka.
Dalam kitab Syarah Ayyuha al-Walad, tanpa ada keterangan penulisnya juga menyebutkan;
عن البعض أن اسم محمد من أجداده بالغ إلى سبعة. وفي “شرح القصيدة البردة” للشيخ زاده محشي البيضاوي عن الغزالي أنه قال : سميت أولادي محمداً إلى عهدنا هذا ، وذلك أنه تعالى قال لنبيه ﷺ بلسان جبرائيل: «إنى لا أعذب من سمى باسمك بالنار”، وفي رواية : «أستحيى أن أعذب بالنار، ولهذا يتوارث بين عظماء الملة تسمية أبنائهم محمد بطناً بعد بطن كما في المواهب اللدنية.
“Dikutip dari sebagian ulama mengatakan; bahwa ditemukan ada tujuh nama yang bernama Muhammad dari kakek-kakek al-Imam al-Ghazali dan didalam syarah al-Qashidah al-Burdah karya Syaikh Zadah Mahsyiy al-Baidhowiy mengutip dari al-Imam al-Ghazali, bahwa al-Ghazali mengatakan; Aku menamakan putra-putraku Muhammad hingga zamanku ini. Hal itu berdasarkan firman Allah ﷻ kepada Nabinya ﷺ melalui malaikat Jibril “Sesungguhnya aku tidak akan menyiksa dengan api neraka, orang yang diberi nama dengan namamu ” dalam riwayat lain Allah ﷻ berfirman; “Aku malu menyiksa (orang yang diberi nama dengan namamu) dengan api neraka.” Karena itulah para pembesar agama Islam secara turun temurun mewariskan pemberian nama putra-putranya dengan nama Muhammad sebagaimana keterangan yang disebutkan dalam kitab al-Muwahibu al-Laduniyah.”
Lalu Syaikh Sulaiman bin Muhammad bin Umar al-Bujairimiy asy-Syafi’i (w. 1221 h) dalam kitabnya Hasyiyah al-Bujairamiy ala al-Khatib juga menyebutkan hadits yang sama dari riwayat Abu Nu’im, beliau mengatakan;
قال الله تعالى: وعزتي وجلالي لا أعذب أحدا سمي باسمك بالنار. وفي رواية: قال الله تعالى: إني آليت على نفسي أن لا يدخل النار من اسمه أحمد أو محمد
“Allah ﷻ berfirman; “Demi sifat muliaan-Ku dan agungan-KU, Aku tidak akan menyiksa orang yang diberi nama dengan namamu (Muhammad ﷺ)”. Dalam sebagian riwayat; Allah ﷻ berfirman: “Sesungguhnya Aku bersumpah atas diri-Ku, untuk tidak memasukkan kedalam neraka kepada orang yang bernama Ahmad atau Muhammad.
وذكر الإمام ابن الحاج في كتابه المدخل عن الحسن البصري: ” إن الله ليوقف العبد بين يديه الذي اسمه أحمد أو محمد, فيقول يا عبدي أما تستحي أن تعصيني واسمك على اسم حبيبي فينكس العبد رأسه حياء, ويقول: اللهم إني قد فعلت فيقول الله عز وجل: يا جبريل خذ بيد عبدي وأدخله الجنة فإني أستحي أن أعذب بالنار من اسمه اسم حبيبي “.
Al-Imam Ibnu al-Hajj dalam kitabnya al-Madkhal mengutip dari al-Hasan al-Bishri menuturkan: “Sesungguhnya Allah ﷻ akan memberhentikan seorang hamba yang bernama Ahmad atau Muhammad disisi-Nya. Kemudian Dia berfirman; Wahai hamba-Ku! Tidakkah engkau malu kepada-Ku, engkau berbuat kemaksiatan kepada-Ku sedangkan engkau menyandang nama kekasih-Ku. Karena merasa malu hamba itu menundukkan kepalanya seraya berkata; “Ya Allah! Sesungguhnya aku telah melakukannya”. Lalu Allah berfirman; “Wahai Jibril! Ambillah tangan hambaku dan masukkan ia kedalam surga, sesungguhnya Aku malu untuk menyiksa orang yang diberi nama dengan nama kekasih-Ku.” Waallahu A’lamu
Penulis : Abdul Adzim
Publisher : Fakhrul
Referensi:
✍️ ?????? ??? ????? ??????| ???????? ?’???? ???-????????| ???? ??-????? ??-??????? ??? 1, 2 ??? 22, 562.
✍️ ?????? ???? ??? ???????? ??’??? ??’????? ??-???’???? ??-????????? ??-????????? ???-?????’??| ?????? ??-????? ?????? ??????? ??-??’???; ?????? ??-?????????? ??-??????????| ???? ??-????? ??-??????? ??? 759.
✍️ ?????? ?????? ??-?????| ????? ??? ?????????? ???????| ???? ??-????? ??-??????? ??? 6.
✍️ ?????? ???????? ??? ???????? ??? ???? ??-?????????? ???-?????’?| ???????? ??-?????????? ??? ??-??????| ???? ??-????? ??-??????? ??? 1 ??? 56.