“Pagi-pagi sekali orang-orang di Desa Gigir Kecamatan Blega Bangkalan dihebohkan oleh berita salah satu warganya yang kehilangan sepasang Sapi ternaknya. Segenap saudara, tetangga dan handai taulan di desa itu datang silih berganti ke rumah orang yang kehilangan untuk turut bersimpati atas musibah yang menimpanya sembari menanyakan kejadian sesungguhnya.” Kenang tokoh masyarakat di desa Blega—nara sumber yang mengisahkan salah satu karomah Kyai Lilur ini.
******
“Tadi jam 02.00 malam, Sapi-sapi itu aku lihat masih ada di kandangnya dan sempat aku memberinya makan rumput sisa dari makanan Siang. Namun setelah sholat Shubuh aku lihat lagi, sepasang Sapi yang telah lama aku pelihara telah raib digotong pencuri.” Tutur Bapak pemilik Sapi yang hilang kepada orang-orang yang datang berempati padanya.
Ia tampak begitu sedih dan nestapa memikirkan sepasang Sapi ternaknya yang hilang. Bagaimana tidak, Sapi ternak adalah harta simpanan satu-satunya bagi masyarakat pedesaan khususnya di Madura. Selain dipekerjakan membajak sawah, Sapi ternak juga tak ubahnya tabungan deposito upah kerja keras mereka—menyabit rumput setiap hari—untuk bisa dijual ketika sewaktu-waktu dibutuhkan. Bapak itu tidak tahu kemana ia harus melapor dan mengadu meskipun Kepala Desa setempat dan pamong-pamongnya sudah berjanji akan berusaha membantu mencarikannya.
“Gusti, sepasang Sapi itu hartaku satu-satunya yang aku pelihara untuk persediaan biaya pernikan anakku nanti. Aku memohon pada-Mu, Kalau sepasang Sapi itu memang masih rezekiku, berilah hamba jalan kemudahan untuk menemukannya kembali.” Keluh dan doa Bapak pemilik sepasang Sapi itu.
******
Selang sehari dari kejadian hilangnya sepasang Sapi miliknya. Datang seorang kerabat dekat berasal dari Desa sebelah menyarankan agar Bapak itu suwan dan minta barokah doa kepada Kyai Lilur di Desa Banjar Kecamatan Galis. Dengan harapan sepasang Sapi itu segera ditemukan.
Dan hari itu juga, menjelang waktu Siang, Bapak itu dengan diantar kerabatnya pergi suwan pada Kyai Lilur.
Sesampainya di dalem Kyai Lilur dan setelah dipersilahkan masuk menemui beliau. Bapak itu tampa segan mengadu dan menceritakan masalahnya kepada beliau.
“Apa keperluanmu datang kesini?” Dawuh Kyai Lilur pada Bapak itu.
“Begini Kyai! Kemarin pagi saya kehilangan sepasang Sapi, harta milik saya satu-satunya…”
Namun belum sempat Bapak itu selesai menceritakan kejadian sesungguhnya dan maksud kedatangannya. Kyai Lilur marah besar seraya berkata pada Bapak itu:
“Kamu ini, kehilangan sepasang Sapi lapor ke saya. Sana pergi ke kantor Polisi biar Pak Polisi yang membantu menemukan sepasang Sapimu yang hilang.”
Melihat Kyai Lilur murka, orang itu ketakutan dan menundukan kepala tidak berani menatap beliau. Namun karena tekat dan keyakinannya sudah bulat, Bapak itu memberanikan diri melanjutkan maksud dan tujuannya.
“Sebelumnya mohon dimaafkan Kyai, jika saya kurang sopan dan lancang suwan mengadu pada Ajunan (bahasa Madura kromo enggil yang berarti Anda). Maksud kedatangan saya kesini hendak memohon doa barokah agar sepasang Sapi saya itu cepat ditemukan.” Tutur Bapak itu dengan nada gemetaran.
Tiba-tiba Kyai Lilur memanggil Khadam (orang) kepercayaannya.
“Ambilkan orang ini Nasi dan lauk pauknya yang banyak”. Perintah Kyai Lilur pada Khadam itu.
Setelah hidangan datang, Nasi dan aneka lauk pauknya. Kyai Lilur dawuh pada tamunya: “Kamu makan yang banyak, jangan berhenti jika kamu belum kenyang betul. Setelah itu kamu pulang kerumahmu.”
******
Setelah Bapak itu sampai ke rumahnya. Tiba-tiba perutnya terasa mules tidak tertahan seperti berontak mengajak buang air besar. Maka dengan segera Bapak itu berlari ke atas bukit batu kapur tidak jauh dari rumahnya, lalu turun ke lembah mencari tempat yang aman dari pandangan orang untuk buang air besar. Maklum di daerah Bapak itu, dulu tidak ada WC pribadi apalagi WC umum seperti diperkotaan.
Maaf, bukan bermaksud menjelekkan atau merendahkan kebiasaan lokal suatu daerah tertentu. Masyarakat di sana dan sebagian daerah pedesaan di pulau Madura zaman dulu ketika hendak buang hajat pergi ke tanah lapang semacam ladang yang tidak ditanami dengan membawa cangkul, menggali tanah lalu dengan asyiknya membuang hajat digalian tersebut kemudian ditutup kembali dengan tanah.
Bapak itu mulai duduk jongkok ambil ancang-ancang siap membuang semua hajatnya, namun sial, ketika posisi siap akan mengeluarkan hajatnya. Tiba-tiba terlihat ada orang yang akan lewat berjalan menuju ke arahnya. Spontan Bapak itu bangkit, menggagalkan usahanya buang hajat sembari berlari mencari tempat lain yang lebih aman. Kejadian ini terulang hingga tiga kali.
Dan saat usaha keempat kalinya, Bapak itu akhirnya menemukan tempat yang aman. Tepatnya di bibir goa, berada jauh dari rumahnya. Ia pun segera mengambil posisi siap untuk menuntaskan segala hajatnya. Namun lagi-lagi usahanya gagal karena terdengar suara Sapi menguak lantang dari dalam Goa. Ia pun seketika bangkit menggagalkan usahanya, penasaran mecari asal suara Sapi yang datang dari dalam Goa.
Syahdan, setelah sampai ke dalam Goa, alangkah terkejutnya Bapak itu. Kerena tenyata Sapi yang berada di dalam Goa adalah sepasang Sapi miliknya yang hilang dibawa lari Pencuri. Rupanya Sang Pencuri tidak langsung menjual sepasang Sapi milik Bapak itu, tapi disembunyikan di dalam Goa untuk menunggu waktu yang aman atau masih mencari pembeli Sapi yang edial.
“Alhamdulillah… Puja Syukur padamu Ya Allah… Engkau telah mengembalikan harta milikku satu-satunya. Ini juga barokah doa Kyai Lilur Waliyullah…” Ucap syukur kebahagiaan Bapak itu setelah sepasang sapinya ditemukan.
By : Abdul Adzim
Publisher : Fakhrul
????? ??? ???? ??????? ???? ????? ???? ????? ?? ????????? ?????, ???? ???? ????? ??? ???????????? ???? ?????? 7 ????? ?????. ?????? ?????????? ??? ????? ???????? ?????? ??????? ??. ?????????????? ???? ???? ????? ????? ????????? ???????? ?????? ?????????. ????