Syaichona.net- Suatu hari Raja Harun ar-Rasyid mengutus salah satu Menterinya yang bernama Tsumamah ke tempat penampungan orang-orang gila untuk meninjau keadaannya.
Setelah masuk dan memeriksa keadaaan, Tsumamah melihat seorang pemuda yang tampan rupawan berada di tengah-tengah mereka yang tampak bukan seperti orang gila. Ia pun berkeinginan ngobrol tentang banyak hal dengan pemuda itu. Di tengah asyik-asyiknya bicara, pemuda memotongnya:
“Bolehkah saya bertanya pada Tuan?”
“Silahkan, utarakan pertanyaanmu? Jawab Tsumamah serius.
Lantas pemuda itu bertanya: “Kapan orang tidur itu bisa merasakan nikmatnya tidur?”
Spontan Tsumamah menjawab: “Ketika ia telah terbangun dari tidurnya”
“Bagimana ia bisa merasa nikmatnya tidur, sedangkan penyebab kenikmatan telah tiada?” Sahut pemuda itu.
“Ya, berarti sebelum tidur” Ujar Tsumamah berusaha mengalihkan jawabanya.
Pemuda itu masih saja tidak mau menerima jawaban dari Tsumamah sembari menyangkalnya:
“Bagaimana ia bisa merasakan nikmat tidur, sedangkan ia belum tidur?”
Ya, berarti ketika tidur” Jawab Tsumamah datar tampak seperti orang yang akan menyerah.
“Bukankah orang yang tidur tidak merasakan apa-apa, bagaimana ia bisa merasakan nikmat tidur?” Tegas pemuda itu tidak mau kalah.
Sang Menteri “Tsumamah” akhirnya kehabisan akal dan menyerah. Sejurus kemudian ia pergi meninggalkan pemuda itu dan bersumpah: “Demi Allah, selamanya aku tidak akan berdebat lagi dengan orang gila.” Waallahu A’lamu
Penulis : Abdul Adzim
Publisher : Fakhrul
Referensi:
✍️Nuzhatu an-Nadzir fi Mulahi ath-Tharaifi an-Nawadir| D. Ibrahim Badru Syihab al-Khalidiy| Daru al-Faruq, Amman-Urdzun hal 62-63.