SUATU YANG KITA ANGGAP BAIK BELUM TENTU BAIK BAIK UNTUK ORANG LAIN

oleh -5,068 views

Syaichona.net- Diantara etika menjenguk orang sakit adalah jangan terlalu lama saat menjenguknya. Harus tahu situasi dan kondisinya karena sesuatu yang menurut kita baik belum tentu baik untuk orang lain. Jauh hari Rasulullah ﷺ telah mengikatkan:

العِيَادَةُ فَوَاقُ نَاقَةٍ

Artinya: “Menjenguk orang sakit itu waktunya seperti antara dua pemerahan Unta.” (Hadits dari riwayat Anas bin Malik ra dikutip dari kitab al-Misykah dalam bab Iyadatu al-Maridh).

Dan hadits riwayat Said bin al-Musayyib berupa hadit Musral, Rasulullah ﷺ bersabda:

أَفْضَلُ الْعِيَادِ سُرْعَةُ الْقِيَامِ

Artinya: ” Paling utamanya menjenguk orang sakit adalah lekas berdiri (sebentar).” (HR. Al-Baihaqi dalam Sya’bi al-Iman).

Sebuah kisah, ada orang yang tuli hendak menjenguk temannya yang sedang sakit. Di tengah jalan ia berfikir tentang kondisi dirinya yang tuli. Ia tidak ingin mengecewakan temannya yang sedang sakit.

“Saya harus menyusun kata yang baik, agar tidak salah bicara”. Gumam orang tuli itu.

Sembari berjalan orang tuli itu merangkai kata demi kata lengkap dengan jawabannya, katanya:

“Pertama kali aku harus menyapanya dengan ucapan, bagaimana keadaanmu? Ia pasti akan menjawab: “Alhamdulillah sakitku sudah berkurang.” Selanjutnya aku akan menjawab: “Semoga Allah ﷻ memberkahi dan merahmatimu.”

Kedua aku akan bertanya padanya, siapa dokter yang menanganimu? Ia pasti akan menjawab: “Dokter yang menanganiku adalah Dokter Anu.” Lalu aku akan menjawab: “Masyaallah, Dia adalah Dokter yang spesialis dan profesional, terimalah pelayanan dan ikutilah semua sarannya. Dia adalah Dokter yang penyayang dan telaten menangani semua pasiennya.

Ketiga aku akan bertanya padanya, obat apa saja yang ia gunakan? Ia tentu akan menyebutkan: “Obat ini dan dan itu”. Dan aku akan mengatakan: “Masyaallah, itu adalah obat terbaik untukmu, semoga Allah ﷻ memberikan keberkahan dalam obat itu sehingga kamu bisa merasakan nikmat sehat di tubuhmu.”

Setelah dianggap cukup melatih menyusun kata dengan baik orang tuli itu masuk menemui temanya. Ia yakin kata-kata yang telah susah payah dirangkainya akan menjadi pelipur lara dan membawa kebaikan bagi temannya.

Syahdan, ketika temannya yang sakit melihat kedatangan orang tuli itu. Ia terkejut dan kesal sepertinya tidak menyukai kedatang orang tuli itu.

“Celaka! Dari mana orang tuli ini tahu kalau aku lagi sakit, keberadaanya malah menambah penderitaan sakitku. Ia bisanya hanya merepotkanku, berbicara sendiri sesuka hatinya tanpa pernah memperdulikan ucapanku.” Guman temannya yang sakit.

“Assalamu alaikum warahmatullah wa barakatuh, bagaimana keadaanmu saudaraku tercinta?” Ucap orang tuli itu menyapa temannya dengan santun.

“Waalaikum salam, aku sekarang lagi sekarat.” Jawab temannya yang sakit dengan sedikit emosi.

Orang tuli itu menyunggingkan senyum, mengira temannya yang sakit senang dengan kedatangannya dan membalas dengan ucapan: “Alhamdulillah sakitku telah berkurang hari demi hari.” Ia pun membalasnya dengan ucapan: “Semoga Allah ﷻ senantiasa memberkahimu dan menambahkannya hari demi hari”.

Mengira mendapat sambutan yang baik, orang tuli itu terus bertanya: “Siapa Dokter yang telah menangani sakitmu saudarku?”

Temannya yang sakit semakin kesal bukan main ketika orang tuli itu mengajukan pertanyaan demi pertanyaan: “Orang yang telah mengobatiku adalah Malaikat Maut”. Kata temanya yang sakit menunjukan kekesalannya.

“Dia adalah Dokter yang spesialis dan handal, sebaiknya engkau mau menerima pengobatan yang diberikannya. Dia adalah Dokter yang sangat peduli pada pasieannya.” Saran orang tuli itu pada temanya tanpa merasa bahwa temannya tidak menyukai kedatangannya sejak semula.

Kemudian orang tuli itu bertanya perihal obat yang dikonsumsi temanya: “Obat apa yang engkau minum saudarku?”

Dengan nada ketus dan kasar temannya yang sakit menjawab: “Saya minum racun.”

Namun dasar orang tuli, meski temannya yang sakit membalas dengan kata-kata tidak mengenakan dan ingin menyudahi pembicaraan. Ia tetap tidak bisa mengerti dan tidak mau mendengarkan lawan bicaranya. Semua yang didengar dari mulut temannya dianggap suatu yang baik sehingga ia terus membalas dengan santun dan mendoakan temannya: “Masyaallah! Itu adalah obat terbaik bagimu. Semoga Allah ﷻ memberikan keberkahan pada obat itu dan bisa menambah kesehatan dan kesembuhan pada tubuhmu.”

Nah, Sebagaimana orang tuli itu merasa bahagia dengan menjenguk temannya yang sakit dan betapa tersiksanya sang teman oleh kedatangannya. Begitu pula kadang sebagian orang-orang yang sedang menjenguk orang sakit menganggap bahwa apa yang dilakukan adalah suatu yang baik dan dapat menyenangkan orang yang dijenguknya, namun ia tidak pernah merasa dan bertanya, apa yang dilakukan itu sudah benar menjadi pelipur lara bagi orang dijenguknya atau malah justeru mengganggu dan menambah penderitaannya.

Rasulullah ﷺ bersabda:

يسروا ولا تعسروا، وبشروا ولا تنفروا

Artinya: ”Permudahlah dan janganlah kamu persulit, dan berikanlah kabar gembira, dan jangalah kamu menjadikan orang justru berpaling” (Muttafaq ‘alaih). Waallahu A’lamu

Penulis : Abdul Adzim

Publisher: Fakhrul

Referensi:

✍️ ?????? ??? ??????? ???????? ????? ??? ????? ??????| ????? ??-??? ??-?????? ?? ??-??????| ????????? ??-??????? ??-?????????? ??? 111-112.

banner 700x350

No More Posts Available.

No more pages to load.